Dengan payung penghalang langit menerima tenaga hingga pecah, kekuatan Jing Dongxuan dalam tubuh Han Sen juga turut runtuh berantakan. Tapi keruntuhan ini bukanlah kehancuran sebenarnya.
Zat-zat tersusun dari molekul. Kekuatan Jing Dongxuan hanya terpecah namun tidak hancur, melainkan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
Berbagai tenaga mengerikan terus menembaki payung penghalang langit, membuat retakan di permukaannya semakin banyak. Rangka payung mengalami distorsi dan perubahan bentuk, dipenuhi celah-celah kecil seolah akan remuk setiap saat.
Penguasa Wilayah Ilahi dan para petarung kuat lainnya menyaksikan payung legendaris itu hampir hancur, kegembiraan tak terkira menggelora di hati mereka meski berusaha menyembunyikannya.
Han Sen benar-benar lawan yang sulit ditaklukkan. Andai bukan karena Kuno Iblis yang terus mengganggunya, mungkin mereka bukan hanya gagal membunuhnya, malah bisa jadi menjadi korban tipuannya.
Pertempuran kelompok terhadap Han Sen sangat minimal efeknya. Kemampuan seperti ini bahkan membuat Saudara sekalian leluhur terkejut di hati. Ditambah berbagai Inti Gen kuat, performa Han Sen jauh melampaui dugaan mereka.
Kini payung penghalang langit hampir pecah, Han Sen akan kehilangan andalan terbesarnya. Hal ini secara alami membuat mereka diam-diam menghela nafas lega di hati, mengira sebentar lagi bisa memenggal Han Sen.
Boom!
Kuno Iblis menampar dengan telapak tangan ke payung penghalang langit. Tenaga yang bagai neraka dan samudera itu seolah menghancurkan seluruh langit-bumi. Payung yang sudah menjadi rongsokan itu akhirnya limbung, hancur seperti kaca berantakan, berubah menjadi debu menyebar ke segala penjuru.
"Haa!" Han Sen membuka mulut menyemburkan darah.
"Bunuh!" Banyak leluhur dan Kaisar menggeram menyerang.
Kilatan pedang yang merobek ruang, tombak panjang mirip Naga Hitam, aurora pemusnahan dunia, lapisan-lapisan gaya ruang yang saling bertumpuk - berbagai kekuatan menggeram bagaikan kiamat yang melanda. Di pusat kehancuran itu, Han Sen berdiri tegak menghadapi fenomena-fenomena mengerikan.
Sorot mata Han Sen tetap tenang bagai sumur kuno yang tak beriak, memandang fenomena aneh para dewa tanpa sedikit pun gentar.
Kini tenaga Jing Dongxuan dalam tubuhnya telah hancur bersama payung penghalang langit. Sisa kekuatannya redup bagai butiran pasir di galaksi, namun tersirat hubungan mistis yang tak terucapkan.
Saat penghancuran itu, kilatan pencerahan menyinari batinnya. Meski darah dan amarah menyembur deras, seluruh raganya dipenuhi kenyamanan yang tak terperi.
Menatap fenomena kataklismik yang hendak menghancurkan dirinya, Han Sen mengulurkan tangan dan menggenggam. Tenaga halus itu kembali terkristal, membentuk kembali bayangan payung penghalang langit di telapaknya.
Penampilan payung penghalang langit ini hampir tidak mengalami perubahan, hanya sudah kembali sempurna seperti semula, orang luar tidak melihat perbedaan apapun.
Tapi di mata Han Sen, payung ini sudah sama sekali tidak bisa disamakan dengan payung sebelumnya. Baik esensi maupun struktur rantai keteraturannya, semua telah mengalami perubahan besar.
Transformasi luar biasa juga terjadi pada tenaga Jing Dongxuan milik Han Sen.
Boom!
Segala fenomena kiamat yang turun dari langit tertahan oleh payung tersebut. Kekuatan mengerikan bagaikan wibawa ilahi itu hanya menghantam permukaan payung seperti hujan, lalu mengalir turun seketika, tanpa bisa menggoyahkan payung itu sedikit pun.
Naga Hitam menghantam bidang payung dan hancur, ruang yang jatuh di permukaan payung remuk, gunung-gunung pecah di atas bidang payung - segala sesuatu hancur lebur di permukaannya, mengalir turun seperti air sepanjang bidang payung.
Di mata Han Sen, fenomena aneh itu hanyalah aliran molekul yang kacau. Dibandingkan dengan struktur molekul padat dan rantai keteraturan payung penghalang langit, tenaga mereka terlalu encer, tetap seperti pasir hisap atau cairan yang tidak stabil.
Setelah menghantam payung itu, tenaga-tenaga itu mengalir turun seperti cairan. Bagai aliran air yang menyapu batu besi, sama sekali tidak mungkin menggoyahkan payung tersebut.
Para leluhur vampir panik, bahkan si Kuno Iblis pun ekspresi wajahnya berubah sedikit.
Awalnya mereka mengira akhirnya berhasil menghancurkan payung itu dan mendapat kesempatan membunuh Han Sen. Tapi ternyata Han Sen bisa mengkristalkan payung baru lagi. Serangan gabungan mereka ternyata tidak mampu melukai payung itu, membuat mereka semua terkejut.
Tombak Naga Hitam di tangan Leluhur Hitam berubah menjadi naga hitam, kembali menerkam Han Sen dengan ganas.
Han Sen berdiri di udara dengan satu tangan menopang payung, menghadapi Naga Hitam yang menggeram mendekat seolah bisa menelan seluruh langit-bumi. Sorot matanya berkedip halus, lalu telapak tangannya yang satu terentang dan menampar dahi naga itu.
Pertemuan Han Sen dan Naga Hitam di udara bagaikan Godzilla berhadapan dengan semut. Telapak tangan Han Sen di hadapan tubuh naga itu nyaris bisa diabaikan.
Namun di detik berikutnya, tubuh besar Naga Hitam justru hancur berantakan di bawah telapak tangan Han Sen. Seluruh raganya musnah dalam sekejap mata, lenyap bagai debu yang tersapu angin.
Haa!
Leluhur Hitam memuntahkan darah dari mulutnya, matanya dipenuhi ketidakpercayaan. Tombak Naga Hitam adalah Inti Gen-nya yang telah melewati pembaptisan waktu abadi, tak pernah sekalipun retak sebelumnya.
Kini senjata itu remuk menjadi debu oleh tamparan Han Sen. Betapa mengerikannya tenaga yang dimiliki pria ini.
Bukan hanya Leluhur Hitam, para petarung kuat tingkat leluhur lainnya juga menunjukkan wajah pucat ketakutan. Di hati mereka mulai tumbuh keinginan untuk mundur.
Satu tamparan langsung menghancurkan Tombak Naga Hitam menjadi abu, mereka benar-benar tak percaya apa yang akan terjadi jika tamparan itu mengenai tubuh mereka.
Kuno Iblis mengawasi para petarung leluhur yang mundur, sorot matanya sedikit mendingin sementara sudut bibirnya mengembang membentuk senyum mengerikan: "Meski masih terlalu dini, tapi hanya bisa dilakukan sekarang."
Kuno Iblis duduk bersila di punggung keledai berbulu putih, satu tangan membentuk mudra sementara tangan lainnya memutar tasbih tengkorak, bibirnya sedikit gemetar seolah sedang melafalkan mantra kitab suci, namun tak ada suara yang terdengar.
Tapi seiring lafalnya, tasbih tengkorak itu mulai mengeluarkan energi gelap yang seperti api hitam.
Hampir bersamaan, semua makhluk mutan dan roh mutan yang menyerang Perlindungan Liying juga memancarkan energi gelap serupa, termasuk para petarung tingkat leluhur sekalipun.
Energi gelap seperti abu beterbangan yang terbakar, bangkit dari tubuh jutaan makhluk hidup dan melayang menuju rosario tengkorak di tangan Kuno Iblis, membuat energi gelap pada rosario semakin pekat.
"Kuno Iblis, apa yang kau lakukan?" Para petarung tingkat leluhur panik, mengarahkan raungan dahsyat mereka pada sang iblis.
Tanpa menjawab, Kuno Iblis tetap duduk bersila seperti dewa-iblis, terus melantunkan mantra sambil memutar rosario. Alam semesta seketika gelap gulita, energi gelap tak terbatas mengalir deras ke tubuhnya.
Seorang leluhur yang murka mengerahkan Inti Gen-nya untuk menyerang. Namun saat proyektil genetik itu terlempar, ia mulai terurai dan menghilang, menjatuhkan gumpalan-gumpalan energi gelap. Ketika akhirnya tiba di hadapan sang iblis, Inti Gen itu telah sepenuhnya berubah menjadi energi gelap, menyatu dengan aura mengerikan yang menyelimuti Kuno Iblis.
Sang leluhur yang kehilangan inti gen itu langsung mengalami luka parah, darah menyembur dari mulutnya. Namun darah yang keluar dari tubuhnya pun terurai menjadi asap hitam energi gelap, melayang menuju Kuno Iblis.
Semua makhluk hidup gemetar ketakutan, tapi mereka segera menyadari fenomena ini hanya terjadi pada makhluk di pihak mereka. Makhluk hidup di Perlindungan Liying sama sekali tidak mengalami hal serupa.
"Kuno Iblis, apa yang kau lakukan pada kami?!" Penguasa Wilayah Ilahi bertanya dengan suara mengguntur sambil gemetar antara marah dan takut. Bahkan dirinya yang berstatus makhluk roh pun merasakan raganya mulai terurai cepat menjadi energi gelap yang melayang ke arah Kuno Iblis.
