Kucing tua terkejut setengah mati, melonjak turun dari prasasti dan segera mengejar Han Sen.
Tapi sarung tangan itu menarik Han Sen berlari terlalu cepat. Ketika kucing tua mengejar, bayangan Han Sen sudah menghilang. Di depan terlihat bayangan bangunan rusak parah dan persimpangan jalan, tidak tahu jalur mana yang ditempuh Han Sen.
Akhirnya kucing tua terpaksa berhenti, menyapu sekeliling area sambil mengendus-endus, baru memilih satu jalan untuk diteruskan pengejarannya.
Han Sen diseret sarung tangan menuju kedalaman reruntuhan, kedua kakinya mendorong tanah hingga membentuk dua parit, tetap tak mampu menghentikan raganya melanjutkan perjalanan.
Masuk ke dalam kompleks bangunan yang rusak parah, berbelok kiri-kanan beberapa saat, sarung tangan langsung menyelundupkannya ke pintu masuk bangunan setengah terkubur di bawah tanah.
Di dalam bangunan yang gelap gulita, Han Sen tak bisa melihat jelas apa yang ada di depan, ditarik sarung tangan dalam kecemasan samar.
Tapi dengan pengalaman sebelumnya, Han Sen tidak terlalu panik kali ini.
Setelah berputar beberapa kali dalam kegelapan, tinjunya tiba-tiba menghantam sesuatu hingga hancur berkeping-keping, lalu terus menariknya maju.
Setelah menghancurkan beberapa lapisan penghalang berturut-turut, tinju itu akhirnya berhenti.
Area sekitarnya masih gelap pekat tanpa gerakan apapun, sunyi yang "mengerikan".
Sarung tangan menggantung di hadapan Han Sen, membuat tangan kanan dan tubuhnya membentuk sudut 90 derajat seperti mayat.
"Anggota ini berhenti di sini, apakah sarung tangan lainnya ada di sini?" Han Sen berpikir sambil mengibaskan tangan kirinya. Kobaran api menyala di tangannya seperti obor, menerangi sekeliling.
"Aduh!" Han Sen menjerit keras sambil mundur mati-matian. Tapi karena tertarik sarung tangan, lengannya tetap terkunci di posisi itu.
Di depan Han Sen terdapat benda mirip mayat kering yang melototi dirinya. Tiba-tiba melihat ini, siapa pun pasti akan kaget.
Setelah tenang, Han Sen menyadari itu benar-benar mayat tanpa aura atau vitalitas - sudah mati total.
Mayat itu duduk di atas sebuah kursi, bajunya sudah membusuk, tubuhnya juga sepertinya sudah tidak mengandung air sama sekali. Tapi kondisi mayatnya tetap terlihat cukup lengkap, pada pandangan pertama dikira seperti mayat hidup atau sejenisnya.
Setelah menatap sekeliling lagi, Han Sen langsung menyadari ini kemungkinan adalah ruangan milik ras kristal. Di dalamnya dipenuhi instrumen-instrumen kristal, tapi dibandingkan dengan ruang kontrol kristal yang pernah dilihat Han Sen sebelumnya, instrumen di sini jauh lebih banyak dan lebih presisi. Han Sen merasakan atmosfer seperti laboratorium percobaan.
Selain instrumen-instrumen itu, terlihat juga beberapa baris tabung kristal berisi cairan yang merendam benda-benda aneh.
Ada hewan, burung pemangsa, tumbuhan, dan beberapa benda yang belum pernah dilihat Han Sen sebelumnya.
"Tempat ini benar-benar mirip dengan markas pelatihan yang diceritakan kucing tua itu. Apakah ini laboratorium di dalam markas?" Pikir Han Sen. Tiba-tiba tangan kanannya bergerak sendiri maju ke depan di luar kendalinya.
Han Sen berdiri tepat di depan mayat yang duduk di kursi tersebut. Sarung tangannya langsung menekan tubuh mayat itu, jari-jarinya dengan lihai meraba-raba permukaan jasad.
"Jawaban apaan itu, apakah orang ini pengagum mayat?" gumam Han Sen dalam hati dengan perasaan frustasi. Syukurlah tidak terjadi hal berbahaya.
Tak lama kemudian, tangan kanannya mengeluarkan sebuah objek dari balik pakaian lapuk mayat itu, menggenggam erat sesuatu yang berhasil diambilnya.
Karena tertutup telapak tangan, Han Sen tidak bisa melihat apa itu. Saat tangan kanannya ditarik kembali, tiba-tiba dia merasakan gaya yang mengendur - tangan kanannya kembali normal.
Baru sekarang Han Sen menyadari ada benda keras di genggamannya. Kepekaan sentuhannya mengingatkannya pada biji kenari atau biji persik.
Saat membuka telapak tangan, matanya terbelalak. Objek yang dipegangnya ternyata menyerupai benih berwarna abu-abu gelap, lebih kecil dari bola pingpong. Di salah satu ujungnya tumbuh tunas hijau sepanjang tiga sentimeter.
Han Sen mengira sarung tangan itu sama seperti sepatu kristal, datang untuk mencari sarung tangan lainnya. Tapi ternyata tidak, Dia malah datang ke sini untuk mencari sebutir benih.
"Jangan-jangan sarung tangan satunya harus ditumbuhkan?" gumam Han Sen dalam hati.
Karena sarung tangan tidak berniat membahayakannya, dan sudah tidak mengendalikan tangan kanannya lagi, setelah berpikir sebentar, Han Sen menyimpan benih itu ke dalam kantong lalu berkeliling di laboratorium percobaan tersebut.
Peralatan-peralatan di dalamnya tidak bisa dipahaminya. Yang paling menarik perhatiannya adalah deretan tabung kristal dan benda-benda yang terendam di dalamnya.
Tabung kristal itu mirip dengan yang digunakan sebelum begadang, tapi cairan di dalamnya terlihat agak berbeda.
Cairan yang biasa digunakan untuk terendap itu transparan tak berwarna. Meski cairan-cairan ini juga transparan, sebagian besar memiliki sedikit warna, kebanyakan berwarna kekuningan. Ada juga yang berwarna hijau kebiruan dan biru, serta beberapa yang tetap transparan tak berwarna.
Han Sen melihat satu per satu isinya. Di dalamnya benar-benar ada segala macam benda aneh, termasuk rompi baja setengah badan dan helm yang terendam di dalamnya.
Namun baik makhluk hidup maupun benda seperti baju zirah, semuanya terlihat agak cacat atau tidak seimbang. Bagi Han Sen, barang-barang ini terkesan belum lengkap.
"Sepertinya ini semua adalah produk gagal dari percobaan," pikir Han Sen dalam hati, tiba-tiba matanya berbinar.
Di salah satu guci depan terlihat penuh dengan cairan transparan. Di dalamnya terendam seekor makhluk hidup dengan raga yang memadukan kejantanan pria sekaligus kelembutan wanita. Di punggungnya tumbuh sepasang sayap putih bersih, bagaikan malaikat suci yang sempurna dalam lukisan minyak.
“Terlihat agak mirip malaikat kecil, tapi yang tidak jelas gender-nya ini terasa aneh.” Han Sen mengamati makhluk mirip malaikat dalam guci itu, sorot matanya bergerak ke bagian bawah.
“Tidak ada 'ayam'-nya, rupanya memang bukan makhluk normal, ini juga produk gagal.” Han Sen menemukan bagian bawah makhluk ini halus seperti papan datar, tidak ada apa-apa. Sepertinya ini makhluk tanpa gender, mungkin juga akibat kesalahan dalam penanaman.
Setelah memeriksa bagian bawah, Han Sen secara alami menegakkan kepala. Tapi yang dilihatnya justru makhluk mirip malaikat itu ternyata sudah membuka mata tanpa disadarinya.
Kedua mata itu terbuka lebar sampai batas maksimal. Tapi berbeda dengan makhluk biasa, di matanya hanya ada pupil raksasa berwarna merah darah yang memenuhi rongga mata. Saat ini, tatapan intens itu tertuju langsung pada Han Sen.
Hati Han Sen berdebar kencang, raganya perlahan bergeser dua langkah ke samping. Mata merah darah itu ternyata mengikuti pergerakan tubuhnya, kepala makhluk itu berputar kaku seperti mesin, tetap menatapnya dengan fiksasi intens.
"Jangan-jangan aku bernasib sial begini?" Han Sen diam-diam merasa situasi tidak beres. Barang-barang buatan Ras Kristal memang selalu beraura angker, anggota yang satu ini jelas-jelas terlihat bukan barang bagus.
"Kabur! Itu Suku Bulu!" Kucing Tua muncul di lubang dinding laboratorium. Begitu melihat makhluk mirip malaikat dalam guci, ekspresinya langsung berubah drastis. Ia berteriak memperingatkan Han Sen.
Sebelum Han Sempat menyadari, terdengar gemerisik pecahan kristal. Makhluk cantik nan angker itu menghancurkan guci dengan satu pukulan, tubuhnya yang memadukan gaya dan keindahan melesat keluar, tangan langsung meraih ke arah Han Sen.
