Memandang ular wanita cantik semakin mendekat, berjuta-juta pikiran melintas di hati kucing tua. Saat ini ia tak juga menemukan solusi untuk melepaskan diri dari kesulitan ini.
"Ahem, Saudara Han, bukankah tadi kita sepakat mencari cara bersama untuk mengeliminasinya? Aku punya gagasan bagus..." kata kucing tua kepada Han Sen dan yang lain.
Han Sen dan Xie Qing Di malah tersenyum lebar dan berkata: "Maaf, kami sudah berubah pikiran. Apa yang kamu katakan benar, nyawa lebih penting. Sebentar lagi kami akan kabur secepatnya."
Ular wanita cantik sudah berenang mendekat. Raut wajah kucing tua berubah-ubah tak karuan. Saat ular itu hampir menabraknya, aura mengerikan tiba-tiba meledak dari tubuh kucing tua. Cakar tajamnya menyambar ke arah tubuh ular wanita cantik dengan kecepatan yang bahkan Han Sen hampir tidak bisa melihat bagaimana gerakannya.
Dalam jarak sedekat ini, baru saja kucing tua bergerak, ular wanita cantik langsung bereaksi. Telapak tangan bersisiknya bertabrakan dengan cakar kucing tua dalam sekejap.
Boom!
Tenaga mengerikan meledakkan tanah pasir kristal hingga membentuk lubang besar. Debu beterbangan di sekitarnya. Han Sen dan Xie Qing Di terguling oleh gelombang kejut, lalu bangkit dan langsung kabur.
"Dari belakang terus terdengar letusan tenaga mengerikan yang berulang-ulang, membuat Han Sen pun merasa jantung berdebar-debar."
"Kali ini saat mereka maju ke depan, tidak lagi berputar-putar di tempat seperti sebelumnya. Dengan cepat mereka mencapai tepi reruntuhan, dan kedua orang itu berturut-turut berhasil keluar dari situs kuno tersebut."
"Di Perlindungan Keempat ternyata ada makhluk mengerikan seperti itu. Sekalipun para Kaisar, mungkin sulit menandingi kedua makhluk itu." Xie Qing Di merasakan getaran tanah dan derasnya gelombang kejut yang bertubi-tubi, akhirnya tidak kuasa berkata.
"Gelar Kaisar memang tak berarti apa-apa bagi mereka." Han Sen berdiri di luar reruntuhan mengamati interiornya. Di dalam terlihat aura-aura bagaikan naga sejati yang berguling-guling, mirip para dewa yang menjuntai dari langit. Meski hanya dua makhluk yang bertarung, suasana mengerikan layak medan perang maut terpancar kuat.
"Kita benar-benar tidak peduli pada kucing itu?" tanya Xie Qing Di sambil menatap ke dalam reruntuhan.
“Kekuatan kita yang sedikit ini, benar-benar tidak bisa mengurus.” Han Sen baru saja mengucapkan satu kalimat, tiba-tiba terdengar suara kucing mengerikan yang memekakkan telinga, lalu aura menakutkan bergerak dengan kecepatan luar biasa mendekat ke arah mereka.
“Sial! Kucing tua itu memang bukan tandingan, kabur ke arah kita. Cepat kita pergi!” teriak Han Sen sambil mempercepat langkahnya berlari ke luar.
Kucing tua belum sempat mendekat, sudah kembali dibelit oleh ular wanita cantik, pertempuran dahsyat pun meletus kembali.
Han Sen mendengar kucing tua berteriak sambil bertarung: “Idiot! Kukira Kakek Kucing ini benar-benar takluk padamu? Andai saja tidak khawatir melanggar aturan perlindungan, kau sudah mati sepuluh ribu kali! Kalau tahu diri, cepat minggirlah! Jangan ganggu Kakek Kucing! Jika kau benar-benar memancing amarahku, akan kurebus kau untuk dibuat sup!”
"Di situasi seperti ini, si kucing tua itu masih sempat ngibul?" Han Sen berpikir dalam hati, tapi kakinya tak berhenti berlari. Tiba-tiba punggungnya terasa panas membara, seolah seluruh tulang belakangnya terbakar.
Han segera merasa tak beres. Tato Kucing Darah Sembilan Nyawa di punggungnya menunjukkan reaksi seperti ini, jelas bukan pertanda baik.
Saat menoleh ke belakang, di balik kabut salju samar-samar terlihat siluet kucing merah darah yang menguasai langit-bumi. Aura mengerikan yang dipancarkannya memenuhi seluruh semesta seketika.
Han Sen terpaku. Tekanan mengerikan dari siluet kucing itu begitu dahsyat, bahkan dirinya yang sekarang pun merasa sekecil semut di bawah wibawa itu.
"Alasan pola Kucing Darah Sembilan Nyawa di punggungnya mengeluarkan aura panas membara, tak lain karena terinfeksi oleh aura tersebut, atau mungkin memicu resonansi."
Kucing Tua sama sekali tidak menunjukkan sikap licik dan mesum seperti biasanya. Bagai binatang buas purba yang ganas, dengan sekali cakarannya, langsung merobek lengan ular wanita cantik itu.
Ular cantik itu menjerit kesakitan dan berbalik ingin kabur, tapi cakar Kucing Tua sudah merobek dadanya hingga jantungnya terkoyak keluar.
"Barang sialan! Berani mengganggu urusan Kakek Kucing! Kubuat kau mati tanpa mayat utuh!" Kucing Tua menggeram dengan nada penuh kebencian, kilau merah darah dari cakarannya berkilauan di udara.
Hampir seketika tubuh ular cantik itu dirobek menjadi fragmen-fragmen. Bahkan sepotong tulang utuh pun nyaris tak tersisa. Percikan darah beterbangan di angkasa, membuat Han Sen dan Xie Qing Di terpana.
“Kucing itu sekuat ini?” Xie Qing Di memandang dengan mata berbinar.
Han Sen sama sekali tidak bicara. Meski terkejut dengan kekuatan kucing tua, rasa panas membara yang semakin menjadi pada tato di punggungnya membuatnya mulai khawatir.
Usai memenggal ular wanita cantik, sebelum sempat berbuat apa-apa, kucing tua tiba-tiba melihat perubahan drastis di langit—sebuah lubang hitam raksasa muncul bagaikan matahari hitam yang terus meluas.
Lebih tepatnya, itu adalah lubang hitam yang terus membesar. Seiring perluasannya, tarikan kuat yang mengerikan mulai muncul dari dalamnya.
Kucing tua yang bagaikan binatang buas purba itu terseret tak terkendali menuju lubang hitam. Dengan cakar mencabik-cabik tanah untuk menahan tarikan, sayangnya sia-sia. Bekas cabikan sepanjang beberapa kilometer tertinggal di tanah, sementara tubuhnya terangkat perlahan ke udara menuju pusaran hitam itu.
Tarikan sebesar itu sama sekali tidak mempengaruhi objek lain di sekitarnya. Bahkan sehelai dedaunan di dekat si Kucing Tua pun tak tergoyahkan, seolah tarikan itu hanya menargetkan si Kucing Tua saja.
Namun bukan berarti tak ada yang merasakan tarikan tersebut. Pola Kucing Darah Sembilan Nyawa di punggung Han Sen mulai memancarkan kilau merah menyala, sementara tubuhnya sendiri seperti tertarik magnet, tanpa sadar melayang menuju lubang hitam.
Han Sen buru-buru memeluk erat sebuah pohon besar di dekatnya, berusaha menahan tarikan kuat itu. Tapi bahkan pohon raksasa itu tercabut hingga ke akar-akarnya, tak mampu menghentikan tubuhnya yang terus terangkat ke lubang hitam di langit.
Xie Qing Di bergegas ingin menahan Han Sen, tapi Han Sen mengangkat tangan untuk menghentikannya. Kekuatan mengerikan si Kucing Tua saja tak mampu menahan tarikan lubang hitam, apalagi jika Xie Qing Di ikut menarik - dikhawatirkan mereka akan terbawa masuk ke dalam lubang hitam bersama-sama.
"Bantu sampaikan informasi ke mereka, beri tahu bahwa aku akan berusaha segera kembali, suruh mereka ekstra hati-hati dulu..." Ucapan Han Sen belum selesai, tubuhnya sudah seperti peluru yang tersedot masuk ke dalam lubang hitam.
Kucing tua itu meronta-ronta mati-matian sambil meraung, tapi tetap tak mampu melawan kekuatan lubang hitam. Akhirnya ia pun terserap masuk, lenyap tak berbekas dalam sekejap mata.
Setelah menelan kucing tua itu, lubang hitam seolah telah menyelesaikan misinya. Perlahan ia memudar dan menghilang, segala sesuatu kembali normal seakan tak pernah terjadi apa-apa.
Han Sen merasa seperti dilempar ke mesin cuci berputar gila. Badannya terpelintir tak karuan dalam gulungan tanpa henti. Entah berapa lama waktu berlalu, barulah gerakan itu berhenti.
Dor!
Han Sen merasakan sensasi terjatuh dari ranjang dalam mimpi. Jerit kesakitan meledak dari mulutnya tanpa kendali, rangka tulangnya hampir rontok.
