“Ini putrimu？” Di ruang tamu villa keluarga Qiao, Qiao dan Lan Se sama-sama memperhatikan Han Sen dan Bao'er yang duduk di sofa dengan tatapan terkejut.
“Iya, selama beberapa hari ini aku pergi untuk menjemputnya ke sini.” Han Sen berkata.
“Tidak mirip... Sama sekali tidak mirip...” Lan Se menggelengkan kepala.
“Kenapa tidak mirip? Lihat, kami berdua seperti dicetak dari satu cetakan.” Han Sen mendekatkan wajahnya ke pipi Bao'er. Bao'er juga menempelkan wajah kecilnya ke wajah Han Sen, bersama-sama memperlihatkan emoticon senyum.
“Putrimu jauh lebih cantik dari kamu.” Lan Se menyatakan dengan tegas.
Garis hitam memenuhi dahi Han Sen. Bibirnya bergerak-gerak beberapa saat sebelum akhirnya diam. Meski wajahnya tidak jelek dan masih ada aura kejantanan, jelas tidak bisa menandingi kecantikan Bao'er. Ucapan itu memang tak terbantahkan.
“Sudah datang ya baiklah. Tapi jangan sampai mengganggu pekerjaan. Biarkan tante yang jaga dulu, kita harus segera berangkat tugas.” Qiao berdiri sambil berkata.
“Tidak perlu, aku bisa bawa Bao'er pergi bersama. Sejak kecil dia sudah terbiasa mengikuti aku, tidak ada masalah.” Han Sen cepat-cepat menjawab.
Han Sen mana berani meninggalkan Bao'er di rumah. Cuma sedetik lengah, bisa-bisa Bao'er membongkar habis rumah mereka.
“Ayah macam apa ini? Membiarkan anak kecil ikut petualangan berbahaya? Ini benar putrimu?” Qiao mengerutkan kening.
Han Sen tersenyum pahit: “Jujur, aku juga tak ingin membawanya. Tapi lebih baik dia ikut daripada aku tak tenang meninggalkannya di rumah. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja.”
Meski Qiao dan Lan Se tak sepenuhnya menerima alasan Han Sen, tapi karena tekadnya bulat membawa Bao'er, akhirnya Qiao mengalah.
Lan Se harus kembali bekerja. Selain itu dia bukan anggota Tim Pesulap, jadi yang berangkat hanya Qiao, Han Sen, plus Bao'er - total tiga orang dengan perhitungan dipaksakan.
“Kita tidak akan naik ini, kan?” Han Sen melihat Qiao mendorong sebuah motor keluar, berkata dengan nada frustrasi.
Qiao melemparkan sebuah helm ke Han Sen, langsung menaikinya dan berkata datar: “Kau tahu kendaraanku rusak waktu itu. Mayat varietas langka itu hanya laku tujuh ribu lebih. Setelah dipotong pengeluaran belakangan, uang sisa hanya cukup beli motor bekas ini. Jika mau uang, kerjakan tugasmu baik-baik dan bunuh lebih banyak varietas langka.”
Han Sen memakaikan helm ke Bao'er lalu naik motor. Begitu Qiao menarik gas, motor langsung melesat. Meski bekas, tenaganya sepertinya cukup bagus.
“Mengejar tanpa henti!” Setelah menempuh perjalanan hampir seharian, saat tujuan hampir terlihat, rombongan konvoi dan Alat Terbang bermerek Kelompok Hitam muncul di depan. Qiao tak bisa menahan gumamannya.
Qiao tidak berhenti. Ia terus melaju hingga depan konvoi. Saat jalan benar-benar terblokir, barulah ia harus berhenti.
"Hardman, Lina, Chris mendekat. Ekspresi Hardman dipenuhi senyuman. Ia menyapa Qiao tanpa menunggu respon, lalu tersenyum manis pada Han Sen: 'Han Sen, lama tak jumpa. Belakangan ada waktu? Bagaimana kalau kita tentukan jadwal minum bersama sambil berbincang?'"
"Pak Ha, berani-beraninya merekrut anak buahku di hadapanku? Kau benar-benar keterlaluan!" Qiao mengejek.
"Aku hanya haus akan talenta. Han Sen, apa hari ini kamu punya waktu? Lebih baik kita cari tempat untuk berbincang sekarang?" Hardman sama sekali tidak marah, masih tetap tersenyum.
Hardman memang terjepit. Tuan Muda Ketiga sebentar lagi akan kembali. Jika ia gagal menyelesaikan misi ini, konsekuensinya jauh lebih mengerikan daripada harus merendahkan diri atau kehilangan muka.
"Maaf Pak Ha, kami masih harus berburu varietas langka. Sepertinya tidak ada waktu luang." Han Sen berkata dengan datar.
"Pak Ha, dengar itu? Tolong minta anak buahmu minggir." Kata Qiao.
Hardman tidak menyuruh bawahannya minggir, malah menggelengkan kepala sambil berkata: "Jika kalian ingin berburu varietas langka di sekitar Sungai Hitam, tidak perlu pergi."
"Kenapa? Sungai Hitam sudah dikuasai Kelompok Hitam kalian? Tim lain tidak boleh berburu varietas langka?" Qiao mengerutkan kening.
Hardman mengangkat tangan: "Kelompok Hitam kami tidak punya kuasa sebanyak itu. Jujur saja, kami pun tidak bisa melewati sana."
"Apa maksudnya?" Qiao terlihat bingung.
Hardman memberi isyarat ke Lina di sampingnya. Lina menjelaskan: "Orang-orang Santo Surga sedang menangani urusan di sana."
Mendengar tiga kata "Santo Surga", wajah Qiao langsung berubah pucat. Ia memandang Hardman dengan tidak percaya: "Pasukan Santo? Kenapa mereka datang ke sini? Jenis varietas kecil seperti ini juga menarik minat mereka?"
Chris menambahkan: "Benar. Pasukan Santo sekarang sedang di Sungai Hitam. Kami pun dihalangi di sini, bahkan fondasi utama sungai Hitam saja tidak terlihat."
"Han Sen, kamu akhirnya datang. Katanya mau mengajarkan jurus pedang, tapi kenapa berhari-hari tidak bisa ditemui?" Yang Mulia Harimau mendekat dari posisi terdepan rombongan, berseru keras sambil berjalan: "Kamu juga datang berburu varietas langka ya? Kali ini gagal total, benar-benar sial. Entah kenapa orang-orang Surgawi tertarik pada spesies kecil begini, bahkan mengirim dua sekaligus..."
Mendengar pernyataan Yang Mulia Harimau, Qiao pun menyadari bahwa Hardman dan kawan-kawan memang tidak berbohong. Tampaknya benar-benar ada utusan Surgawi yang datang ke Sungai Hitam.
"Surgawi apa? Perusahaan besar lainnya?" Han Sen bertanya dengan kebingungan. Ia tidak pernah menemukan informasi tentang kelompok besar seperti itu di internet.
"Andai saja kelompok lain yang datang, setidaknya kita masih punya kesempatan bersaing," Chris menghela asap perlahan.
Qiao menurunkan suaranya dan berkata pada Han Sen: "Surga Suci sebenarnya merujuk pada Ras Bersayap, ras kelas atas yang berbeda dengan kita Keterian. Mereka adalah bangsawan alami, semua anggota ras mereka tanpa terkecuali akan menyelesaikan evolusi kedua. Ras mereka dipenuhi petarung-petarung kuat. Mereka merebut sebuah ruang varietas langka besar sebagai markas besar ras, menyebutnya Surga Suci. Orang luar pun memanggil mereka demikian."
"Planet Keter hanyalah planet bawahan kecil di bawah Surga Suci. Apa pun yang mereka katakan, kita harus patuh. Kalau tidak, kita bisa mati tanpa tahu penyebabnya." Chris mengangkat bahu dengan pasrah.
Han Sen mengerutkan kening halus. Sebelumnya dia pernah bertemu seorang anggota Ras Bersayap, meski itu hanya anak-anak dengan keterbelakangan mental. Sekalipun begitu, itu sudah cukup mengerikan, benar-benar tak bisa disamai dengan manusia biasa.
Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba keributan terjadi di depan rombongan. Semua orang berbalik memandang, dan langsung menyaksikan sepasang burung mirip malaikat - satu pria dan satu wanita - terbang mendekat dari langit.
Pria tampak gagah sementara wanita terlihat bugar, tinggi badan mereka sekitar dua meter. Keduanya mengenakan rompi anti peluru keemasan. Wanita itu membawa busur dan panah, sedangkan pria membopong tombak ksatria di punggungnya. Bagi yang tidak tahu, mungkin akan mengira mereka adalah prajurit malaikat.
"Apakah Ras Bersayap juga memiliki perbedaan gender?" tanya Han Sen penasaran. Dari penglihatannya sebelumnya, ras itu sepertinya tidak memiliki jenis kelamin.
"Ras Bersayap cukup unik. Saat lahir mereka tidak memiliki gender. Baru setelah melewati upacara kedewasaan, jenis kelamin akan terbentuk." Qiao menjelaskan sambil membuat gerakan diam. Dua anggota Ras Bersayap itu mulai mendekat ke arah mereka dengan berlari di udara.
