"Kamu... kamu... dan kamu... ikut aku..." Dua Ras Bersayap itu melayang di sekitar Han Sen dan kawan-kawan tanpa berniat mendarat. Pria bersayap itu memandang dari atas ke bawah sambil menunjuk beberapa orang dengan tombaknya.
Di antaranya termasuk Hardman, Chris, Yang Mulia Harimau, dan Han Sen. Ekspresi wajah Hardman berubah sedikit, namun segera berganti dengan senyuman: "Apa yang bisa kami bantu untuk Yang Mulia? Silakan perintahkan, Kelompok Hitam kami pasti akan memberikan bantuan sepenuhnya."
"Buat apa banyak bicara? Ikut saja ketika dipanggil!" Dengus dingin sang pria bersayap, berkata dengan tak sabar.
"Yang Mulia, apakah perlu membawa lebih banyak orang?" Hardman tak berani melawan frontal, hanya bisa terus tersenyum penuh basa-basi.
Dor!
Tombak ksatria keemasan di tangan pria bersayap itu menyambar, kilau emasnya membelah sebuah kendaraan lapis baja menjadi dua bagian semudah mengiris tahu. Dengan wajah beku ia berkatak: "Aku tak suka mengulangi perintahku dua kali."
Ekspresi Hardman kadang hijau kadang pucat, tapi tetap harus menahan diri. Ia memberi beberapa instruksi pada Lina, mengatupkan gigi memanggil Chris dan Yang Mulia Harimau untuk mendekati Ras Bersayap itu bersama.
Han Sen berkata pada Qiao: "Kamu pulang dulu, aku akan segera kembali."
Setelah berkata demikian, ia mengikuti sisi Yang Mulia Harimau mendekat. Melihat sikap kedua Ras Bersayap itu, kalau tidak ikut pasti tidak mampu.
Tapi Han Sen tidak terlalu khawatir. Kemampuan berpindah antar perlindungan yang dimilikinya memungkinkannya kembali ke dalam perlindungan untuk menghindar jika menghadapi bahaya.
Namun jika bukan terpaksa, Han Sen juga enggan Berbalik Melawan dengan Ras Bersayap. Mengingat pengaruh mereka yang pasti, Han Sen sekarang masih terlalu lemah, sama sekali tidak memiliki modal untuk perlawanan.
Han Sen tak ingin selamanya bersembunyi dalam perlindungan. Ia harus segera memperkuat diri dan mengembalikan bunga kecil itu.
Dua anggota Ras Bersayap tidak peduli dengan mereka, tetap asyik terbang di depan sementara Han Sen dan keempat orang lainnya berlari mengikuti dari belakang.
"Seandainya kita mengemudikan mobil ke sini." Keempat orang itu berlari hingga keringat bercucuran, namun dua Ras Bersayap masih belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Yang Mulia Harimau bergumam kesal.
Yang paling menderita adalah Hardman. Karena dia bukan bangsawan dan jarang ikut pertempuran, kebugarannya paling buruk di antara mereka. Setelah berlari sekian lama, bibirnya mulai pucat. Tapi dia tak berani berhenti, terpaksa terus lari mati-matian mengikuti dua Ras Bersayap.
Setelah menempuh belasan kilometer, mereka tiba di tepi sungai besar berwarna hitam. Kedua Ras Bersayap akhirnya mendarat di atas sebuah batu besar di pinggir sungai.
"Yang Mulia, perintahkanlah apa saja. Kami pasti akan menggunakan segala upaya kami untuk membantu." Hardman yang masih terengah-engah itu tersenyum manis sambil mendekat.
"Kalian berempat masuk ke sungai dari sini, berenang mengikuti arus sungai ke arah hilir." Ras Bersayap pria berkata dengan dingin, raut wajahnya penuh Kesombongan.
Mendengar ini, ekspresi keempat orang termasuk Hardman berubah drastis. Sekarang bahkan dengan dipikir sembarangan pun, mereka tahu apa yang diinginkan kedua Ras Bersayap ini.
Pastilah varietas langka itu bersembunyi di dalam sungai dan enggan keluar. Kedua Ras Bersayap ini tidak ahli dalam pertempuran air, belum bisa mengalahkan varietas langka di dalam air. Karena itulah mereka dipanggil untuk dijadikan umpuan, memancing varietas langka itu keluar dari air.
Dalam hati, Hardman dan yang lain mengutuk kedua Ras Bersayap yang tidak bermoral ini. Tapi ekspresi wajah tidak berani menunjukkan hal itu. Hardman cepat-cepat berkata: "Yang Mulia, jika ingin memancing varietas langka keluar, pasukan Kelompok Hitam kami sangat banyak. Mari panggil lebih banyak orang, pasti bisa..."
"Masuk sungai." Ras Bersayap pria itu mengawasi Hardman dengan dingin, tombak panjang keemasan di tangannya perlahan diangkat tinggi-tinggi. Ujung tombak yang memancarkan kilau emas itu kini menyorong tepat ke arah Hardman.
"Dilihat dari ekspresinya, mungkin begitu Hardman mengucapkan satu kalimat basa-basi lagi, dia akan langsung membunuh Hardman, lalu melemparkan mayatnya ke sungai sebagai umpan."
Hardman mengatupkan gigi, melirik Chris dan Yang Mulia Harimau di sisinya, lalu melangkah lambat-lambat ke tepi sungai.
Chris dan Yang Mulia Harimau saling bertukar senyum pahit, terpaksa mengikuti Hardman turun ke sungai sambil bergumam dalam hati.
"Kubilang turun ke sungai, apa kau tuli?" ujar pria Ras Bersayap itu dengan suara dingin, menatap Han Sen yang masih tak bergerak sama sekali.
"Sudahlah, dia membawa anak. Biarkan saja dia tidak ikut turun." ujar wanita Ras Bersayap.
Pria itu tetap tidak bergeming. Tombak ksatria di tangannya teracung mengarah ke Han Sen: "Jangan buat ku mengulangi perintah ini."
Han Sen masih diam membatu, pandangannya tak lepas dari sosok pria Ras Bersayap yang berdiri di atas batu besar.
Meski Dia memiliki kemampuan bertahan hidup, jika benar-benar turun ke sungai, sama sekali tidak tahu kapan varietas langka di sungai akan muncul, juga tidak tahu level varietas tersebut atau taktik apa yang dimilikinya.
Bagaimana jika varietas langka itu menyerang di bawah air saat Han Sen tidak bisa mendeteksinya tepat waktu, sama sekali tidak memberi kesempatan menggunakan kemampuan berpindah ruang? Nanti, metode perlindungan diri sekuat apapun akan percuma. Karena itu Han Sen tidak bisa mengambil risiko turun.
Sorot mata pria Ras Bersayap memancarkan aura pembunuhan, tombak ksatria emas di tangannya siap diayunkan.
Han Sen diam-diam menggenggam erat pisau belati tanduk badak di tangannya. Daripada nyawanya berada di luar kendali, lebih baik menjatuhkan frontal ras bersayap ini.
Tepat saat pria Ras Bersayap hendak mengayunkan tombak, tiba-tiba terdengar suara cipratan deras dari Sungai Hitam, disusul jerit keras yang memilukan.
Sorot mata dua anggota Ras Bersayap langsung beralih ke permukaan sungai. Han Sen juga melihat ke arah yang sama. Tampak tiga orang anggota kelompok Hardman yang sudah berenang sampai ke pusat sungai dan mulai hanyut ke bagian bawah. Dua dari mereka telah dililit benda mirip tentakel yang sedang menarik mereka ke dalam air.
Hanya pedang besar persenjataan gen di tangan Yang Mulia Harimau yang berhasil membelah sebuah tentakel. Meski tidak bisa memutusnya sepenuhnya, serangan itu meninggalkan luka besar pada tentakel tersebut, memaksanya menarik diri. Berkat itu, sang pemimpin terhindar dari jerat makhluk itu.
Hardman dan Chris hanya sempat menjerit keras sebelum langsung ditarik ke dasar sungai. Sama sekali tak ada kesempatan untuk melawan. Kekuatan rompi anti peluru genetik mereka ternyata terlalu rapuh di hadapan kekuatan tentakel-tentakel itu.
Boom!
Tiba-tiba kilatan cahaya keemasan menyambar udara. Sebuah panah emas menembus kehampaan, langsung menusuk tembus salah satu tentakel.
Detik berikutnya, sosok pria dari Ras Bersayap itu tiba-tiba melesat bagai kilat, tombaknya menghujam permukaan sungai. Air sungai langsung terbelah ke dua sisi membentuk parit selebar belasan meter.
Han Sen seketika melihat monster mirip gurita yang tersembul di dalam parit. Separuh tubuhnya masih berada di dalam air di bawah, tentakel sepanjang belasan meter mengayun-ayun, dengan dua di antaranya melilit tubuh Hardman dan Chris.
Pria Ras Bersayap itu mengarahkan tombak ksatrianya ke kepala varietas langka. Sang monster segera mengerahkan segerombolan tentakel untuk menjerat tombak dan si pria.
Dari kejauhan, panah-panah emas melesat bertubi-tubi. Satu anak panah menancap di sebuah tentakel, mengenai semua tentakel yang mengincar pria itu, sehingga sama sekali tak bisa menghalangi gerakannya.
Dang!
Sebuah tentakel biru kristal tiba-tiba muncul dari bawah tubuh monster, menahan tombak Ksatria Emas di tangan pria itu. Kekuatan dahsyatnya membuat tubuh pria tersebut terlempar mundur beberapa meter ke udara.
