Dor!
Harvey membuka mulutnya, darah membanjir deras. Panah telah menembus jantungnya, raganya runtuh ke tanah berkedut-kedut, napasnya tersengal-sengal. Jelas-jelas nyawanya tak tertolong lagi.
Nietzsche menggigil kedinginan. Seorang Baron yang mengintai dua Viscount, ternyata berhasil membunuh satu bangsawan tinggi dengan satu panah. Andai bukan mata kepalanya sendiri yang menyaksikan, sementara panah itu adalah miliknya, pasti ia takkan percaya ada hal seperti ini.
“Apakah anggota ini sebenarnya berasal dari ras atas Da Dao Tian? Bagaimana mungkin dia memiliki kemampuan sulit dipahami seperti itu?” Berjuta-juta pikiran melintas di benak Nietzsche.
Selain ras-ras istimewa yang memiliki gen sempurna yang sulit dijangkau makhluk biasa, Nietzsche benar-benar tidak bisa membayangkan makhluk hidup apa lagi yang mampu mencapai tingkat seperti ini.
Han Sen tidak memiliki banyak pikiran. Ia mengulurkan tangan dan mencabut panah tanduk dari dada hangat Harvey. Darah semakin deras menyembur dari mulut Harvey, sementara vitalitas di tubuhnya semakin cepat sirna.
Menaruh kembali panah tanduk pada busur bulu emas, Han Sen mulai menarik tali busur perlahan ke arah Nietzsche.
Nietzsche mengatupkan gigi, menyisihkan satu lagi panah tanduk dan menarik tali busurnya untuk menyorongkan ke arah Han Sen.
Dalam situasi sekarang, Nietzsche tahu tidak ada jalan mundur lagi. Hanya dengan membunuh Han Sen-lah secercah harapan masih tersisa.
Untuk kemampuan memanah, Nietzsche memiliki kepercayaan diri yang kuat. Jika tidak, persenjataan gen-nya juga tidak akan berupa busur—ini adalah kehidupan utamanya.
Panah Han Sen yang baru saja melesat memang hebat, tapi Nietzsche tidak menganggap dirinya akan kalah. Teknik panah spiral seperti itu juga bisa ia lakukan, bahkan dengan tenaga yang lebih kuat dan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan Han Sen, karena busurnya lebih unggul.
Nietzsche sangat yakin: jika kedua orang ini melepaskan panah secara bersamaan, pasti Han Sen yang mati lebih dulu.
Seluruh tubuh Nietzsche berubah hening. Setelah tali busur ditarik, cahaya redup aneh tiba-tiba menyelimuti panah bertanduk itu—kekuatan yang diberikan persenjataan gen ini bisa membuat panahnya semakin mematikan dengan daya tembus mengerikan.
Bahkan Viscount dengan persenjataan gen perisai berat pun akan sulit menghalangi panah bertanduk yang telah diperkuat daya penetrasi ini.
Han Sen memandang dengan sorot mata yang damai, tatapannya terus tertuju pada jari-jari Nietzsche yang mencengkeram panah. Busur dan panah di tangannya perlahan-lahan ditarik hingga titik maksimal.
Busur Bulu Emas yang berasal dari roh Banshee Bulu Emas hanya berlevel Baron, sedikit lebih rendah dibanding busur Nietzsche. Namun bagi Han Sen, ini sudah cukup.
Bzzzt!
Dua suara tali busur nyaris bersamaan terdengar, seolah hanya satu kali dentang. Dua panah melesat serentak dengan tenaga rotasi yang kuat, bagaikan dua ular berbisa yang menembus udara hingga hampir tak terlihat orbitnya.
Sungguh sulit dipahami, kedua panah tanduk yang berkelok seperti ular berbisa itu ternyata bertemu di ruang angkasa yang luas. Ujung panah yang mirip kepala ular itu bertabrakan pada orbit yang sama.
Namun karena panah Nietzsche memiliki tenaga dan kecepatan yang lebih unggul, lokasi tabrakan terjadi sangat dekat dengan posisi Han Sen.
Nietzsche tertegun sejenak, tak menyangka situasi seperti ini bisa terjadi. Namun, kegembiraan langsung meluap-luap dalam dirinya. Sebenarnya dia masih berpikir cara menghindari panah Han Sen, tapi sekarang tak perlu lagi.
Dengan kekuatan panah yang ditembakkannya, pasti bisa menabrak panah Han Sen. Prinsip panah spiral sama: yang kuat dalam kecepatan dan tenaga rotasi akan menang.
Ujung panah yang berputar kencang saling bertabrakan bagai dua bor logam. Bagian keratin keras di ujung panah mengeluarkan percikan api, seolah petir menyambar di antara kedua anak panah.
Hanya sekejap mata, kedua panah itu sudah menentukan pemenang.
Satu panah terlempar seperti kain lapuk yang terpelanting dari mesin cuci, berguling-guling di udara. Sementara panah satunya, justru semakin menguat setelah tabrakan itu. Kecepatan dan tenaganya melesat membelah angkasa dalam sekejap.
Nietzsche kehilangan akal, dia sama sekali tidak mengerti mengapa panah Han Sen yang jelas-jelas lebih lemah tenaganya dibanding panahnya, justru membuat panahnya terlempar keluar. Bahkan kecepatan panah Han Sen tidak melambat, malah semakin cepat. Ini jelas melanggar hukum alam.
Tak sempat berpikir panjang, panah itu datang terlalu cepat setelah percepatan kedua. Nietzsche bahkan tak sempat menghindar. Dari pinggangnya dia mencabut pisau pendek, lalu menghantam panah Han Sen dengan keras.
Gaya pisau yang menekan ke bawah memengaruhi panah itu, membuatnya otomatis menyimpang dari orbit semula, seolah panah sihir yang hidup kembali.
"Mau melawanku dengan trik ini? Kamu terlalu naif!" Nietzsche membentak marah. Dengan busur panjang di tangan lainnya, dia menghujamkan senjata itu ke panah tanduk hingga terlempar jauh.
Tepat ketika Nietzsche diam-diam berbangga di dalam hatinya, saat menengadah dan memandang Han Sen, matanya tiba-tiba terbuka lebar sampai batas maksimal, pupilnya menyusut seperti ujung jarum, otot wajahnya berdistorsi, menampilkan ekspresi keterkejutan yang ekstrim.
Bayangan panah tanduk terus membesar dalam pupil matanya. Di seberang, Han Sen baru saja menyelesaikan sikap memanah dan perlahan menurunkan busur bulu di tangannya.
"Mengapa panahku ada di sini?" Hanya satu pikiran yang melintas di benak Nietzsche. Panah tanduk yang awalnya ditembakkannya itu sekarang telah menembus tengkoraknya.
Dor!
Nietzsche terjatuh ke belakang dengan mata masih terbelalak. Sampai mati pun ia tak paham, bagaimana panah yang ditembakkannya sendiri justru berbalik menyerang dirinya.
Han Sen dengan cepat menerobos ke depan mayat Nietzsche, mengumpulkan kedua panah tanduk. Ini adalah barang bagus, tidak seperti panah tulang Santo Malaikat yang sulit dikendalikan. Senjata legendaris untuk berburu varietas langka level Viscount.
Kekuatan panah yang ditembakkan Han Sen memang tak sebanding Nietzsche, tapi penerapan Great Yin-Yang Magnetic Cannon memungkinkan panah Han Sen meminjam kekuatan dari panah Nietzsche, sehingga terwujud percepatan kedua.
Tapi hanya ini masih tak cukup membunuh Nietzsche yang juga mahir panah spiral. Target sesungguhnya Han Sen adalah panah yang ditembakkan Nietzsche itu sendiri.
Melalui perhitungan presisi, setelah menggunakan Great Yin-Yang Magnetic Cannon untuk melemparkan panah tanduk itu, arah jatuhnya panah - dalam kalkulasi Han Sen - tepat mendarat di tangannya.
Panah tanduk yang sudah dipegang Han Sen itu kemudian dilepaskan tanpa suara ke arah Nietzsche. Saat Nietzsche menyadarinya, sudah terlambat.
Soal tenaga, Han Sen memang tidak sebanding Nietzsche. Tapi soal teknik, Han Sen adalah Grand Master sejati. Dibandingkan petarung top alam semesta genetik pun tak kalah, apalagi melampaui Viscount seperti Nietzsche.
Han Sen menggasak mayat Nietzsche dan Xavi, mendapatkan beberapa barang lagi. Barulah mayat mereka dilempar ke kolam, lalu ia menyelinap cepat ke dalam hutan pegunungan.
Di depan Gunung Batu Naga Tua, Gongzi Gajah Purba sedang menunggangi gajah putih di atasnya. Sorot matanya menatap tajam bukit berbentuk kepala naga tak jauh di sana.
"Gongzi, untuk apa mengambil risiko sendiri mengganggu kura-kura tua itu?" Gajah putih itu berbicara dengan suara manusia.
"Kau kira ini demi kura-kura tua?" Gongzi Gajah Purba berkata dengan datar, sorot mata yang dalam memancarkan makna tersirat.
Gajah putih tertegun sejenak: "Bukankah di Gunung Batu Naga Tua hanya ada kura-kura itu? Masih ada varietas langka lainnya?"
“Kura-kura tua itu pernah mengikuti Yi Tian Dao di masa lalu. Kalau tidak, menurutmu mengapa wanita dari Da Dao Tian itu rela melanggar sumpah hanya untuk datang ke sini?” Pangeran Gajah Purba berkata dengan tenang, sorot matanya yang tertuju pada Bukit Batu Naga Tua semakin berkobar-kobar.
