Perang besar seperti bara dalam sekam, tiba-tiba sebuah panah jatuh dari langit dan menancap di tanah berpasir di tengah kerumunan orang, membuat semua orang hati mereka berdesir. Saat menengadah, terlihat gerombolan ras Kekacauan berterbangan di langit yang telah mengepung mereka berlapis-lapis, jumlahnya mencapai ratusan lebih.
Melihat barisan busur panah yang disorongkan ke arah mereka, wajah semua orang berubah pucat—bahkan Han Sen pun tidak terkecuali.
Sebelumnya kabur dari cengkeraman empat ras Kekacauan saja sudah menghabiskan usaha sangat keras. Kini dikepung oleh ratusan ras Kekacauan, mustahil bisa menerobos keluar kecuali Han Sen bisa kembali bertransformasi menjadi tubuh Super God. Jika tidak, dengan kecepatannya sekarang, mustahil lolos dari kepungan maut mereka.
Sayangnya dia masih dalam masa lemah. Bahkan jika bisa bertransformasi menjadi Super God, durasinya terlalu singkat. Membunuh beberapa ras Kekacauan mungkin masih bisa, tapi menghabisi ratusan musuh lalu kabur? Itu hal yang mustahil.
“Semua letakkan senjata, angkat tangan.” Seorang anggota Kekacauan menggunakan Bahasa Umum alam semesta genetik berkata dengan dingin kepada Han Sen dan kawanannya.
Menghadapi begitu banyak panah, tak ada yang berani bertindak semena-mena. Meski raut wajah mereka pucat, terpaksa melempar senjata di tangannya ke tanah, satu per satu mengangkat kedua tangan melebihi kepala.
Han Sen sudah sejak tadi menggantungkan sarung pisau di pinggangnya. Kedua tangannya seperti anggota Klan Atas, diangkat melebihi kepala.
Pasukan Kekacauan berlari kencang menghampiri, mengarahkan panah-panah mereka. Lalu mengeluarkan tali sulur duri, mengikat satu per satu prajurit. Tombak kayu ditusukkan melalui celah tali sulur, dua anggota Kekacauan menggotong satu tawanan layaknya membawa babi hutan hasil buruan sambil berjalan mundur.
"Apa Kekacauan ini kanibal? Seharusnya mereka tak punya hobi memakan manusia?" Han Sen diam-diam frustasi. Andai saja tak ada gangguan para anggota ini, mungkin dia sudah jauh meninggalkan tempat ini, takkan terkepung oleh pasukan Kekacauan.
Untungnya para Klan Kekacauan ini terlihat tidak memiliki niat untuk segera membunuh mereka, terus menggotong mereka menuju kedalaman gurun.
Setelah tiga empat hari berjalan, akhirnya terlihat oasis di depan yang jauh lebih besar dibandingkan oasis tempat Han Sen sebelumnya. Dari kejauhan juga terlihat banyak pondok kayu di dalam oasis, mungkin ini adalah tempat tinggal kelompok Klan Kekacauan tersebut.
Semua orang digotong ke sebuah lapangan kosong di tengah oasis. Di lapangan itu berdiri banyak pilar batu. Dari jauh Han Sen melihat Isya terikat di salah satu pilar.
Namun topeng di wajah Isya masih utuh. Luka di jantung pertahanannya terlihat sudah tidak apa-apa.
Para Klan Atas jelas tidak mengenali siapa Isya sebenarnya. Bahkan dua anggota Ras Rebeit pun terlihat bingung saat memandang Isya, sepertinya mereka juga tidak tahu identitas aslinya.
Han Sen dan yang lain juga ditambatkan di atas pilar, dengan jarak antara posisi Han Sen dan Isha yang cukup dekat, bisa dibilang dua pilar yang berdekatan.
Saat Isha melihat Han Sen, sorot matanya tertuju pada sarung pisau di pinggang Han Sen. Matanya tiba-tiba berbinar, lalu memancarkan keraguan di pupilnya. Jelas dia heran mengapa sarung pisau itu berubah menjadi penampakan seperti sekarang.
Klan Kekacauan hanya menyita senjata kayu, tidak menemukan pisau pada tubuh Han Sen. Mereka sama sekali tidak menghiraukan sebuah sarung pisau, faktanya sarung pisau yang dimiliki Han Sen ini memang percuma sekarang.
"Apa yang ingin Klan Kekacauan lakukan pada kami?" ujar anggota Klan Atas bermata elang dan berparuh burung yang sudah tidak tahan lagi.
Tapi tidak ada yang bisa menjawabnya. Tak seorangpun tahu rencana Klan Kekacauan. Setelah menambatkan mereka di sini, para anggota klan itu pun berpencar.
Malah banyak anak-anak Klan Kekacauan yang mengitari mereka sambil mengamati dengan penasaran, seolah sedang melihat hewan di kebun binatang.
Meski Ras Kekacauan dipengaruhi oleh makam sihir, bahkan satu pun bangsawan tidak ada, hanya bisa mengkristalkan rompi anti peluru genetik, tapi darah mereka cukup baik. Keturunan yang mereka lahirkan, baik pria maupun wanita, sangat tampan dan cantik dengan kemampuan fisik yang cukup bagus.
Pangeran Iblis Vicki berbisik kepada Isha: "Nona dari klan Rabbit ini, sejak kapan mereka menangkapmu? Apa kamu tahu bagaimana rencana mereka memperlakukan kita?"
Isha sama sekali tidak menghiraukan Vicki. Sebagai pejuang level raja yang hampir menyentuh pintu mitos, mustahil dia akan ditangkap Ras Kekacauan jika tidak karena luka parah dari Han Sen. Ini aib memalukan baginya, jadi dia sengaja mengabaikan anggota-anggota ini agar identitas aslinya tidak terbongkar.
Melihat Isha mengabaikannya, Vicki mengerutkan kening. Tapi sekarang dengan kemampuannya yang terbatas, tentu dia tidak bisa memaksa Isha berbicara.
Seorang pria dari Ras Rabit membuka suara: "Sekarang sudah sampai pada level seperti ini, kita semua berada di perahu yang sama. Jika kamu tahu sesuatu, katakanlah pada kami semua. Mungkin kita bisa menemukan cara untuk kabur."
Anggota klan atas lainnya juga ikut menambahkan, berharap bisa mendapatkan informasi dari mulut Yisha.
Yisha tetap merem-melek beristirahat, seolah tidak mendengar sama sekali. Matanya sama sekali tidak melirik ke arah mereka.
Pria Rabit itu langsung membentak marah: "Aku bicara padamu, tidakkah kau dengar? Aku Adipati Yanluo! Kuperintahkan kau menjawab pertanyaanku!"
Yisha masih tetap merem-melek beristirahat, seolah ucapan Adipati Yanluo tak sampai ke telinganya.
Han Sen melirik Isha dengan penasaran, merasa heran mengapa Adipati Yan Luo itu tidak mengenalinya. Menurutnya, Isha jelas seorang figur penting yang tak mungkin disamai adipati tersebut. Bagaimana mungkin sesama anggota klan, sang adipati tidak bisa mengenali wanita sebesar ini.
Kondisi di luar semakin gelap. Anak-anak klan Chaos yang sebelumnya ribut mulai jenuh dan kembali ke pondok kayu. Seluruh oasis menjadi sunyi, hanya menyisakan mereka yang masih berada di luar.
Melihat klan Chaos tampaknya sudah tertidur dan tak ada penjaga, beberapa anggota klan atas berencana menggunakan taktik untuk melepaskan diri dari ikatan sulur duri, mencoba kabur dari tempat ini.
Namun tali-tali sulur itu terbuat dari material misterius. Sekuat apapun berusaha melepaskan diri, ikatan justru mengencang mengikuti gerakan tubuh. Kontraksi tubuh malah diimbangi kontraksi tali, membuat mustahil untuk terbebas.
"Wu!" Teriak histeris terdengar dari luar oasis, membuat semua orang kaget, mengira Kekacauan telah menemukan aksi mereka.
Melihat ke sekeliling, pintu pondok kayu tertutup rapat, sama sekali tidak ada Kekacauan yang keluar.
Lalu mereka kembali mendengar teriakan aneh itu bergema, dengan cepat silih berganti, seolah suara-suara itu berasal dari segala penjuru.
Semakin dekat suara-suara itu, tak lama kemudian mereka melihat pasangan mata hijau mengerikan muncul di kejauhan, tersebar di segala arah dengan jumlah yang banyak.
"Benda apa itu? Bukankah di dalam makam sihir hanya ada Kekacauan, tidak ada makhluk hidup lain?" teriak anggota Klan Atas berparuh burung dengan wajah pucat.
Ekspresi anggota Klan Atas lainnya juga masam. Barang-barang aneh ini jelas-jelas mengepung mereka, sama sekali bukan sekadar ingin menyaksikan ras asing.
