"Jangan menonton! Semua kembali ke tempat perlindungan! Siapapun dilarang meninggalkan area tanpa izin. Pelanggar perintah akan dipenggal!" Perintah Han Sen membuat para Baron akhirnya kembali ke dalam dengan enggan.
"Viscount Biru Tua, bisakah kau mengenali senjata apa yang melukainya?" Han Sen mengamati lubang di kepala Viscount Angin Topan, namun tak mampu mengidentifikasi jenis lukanya.
Viscount Biru Tua dengan raut wajah penuh keanehan berkata: "Sepertinya bukan luka akibat serangan eksternal, lebih mirip ledakan dari dalam."
"Ledakan dari dalam? Tenaga macam apa yang bisa menghasilkan efek seperti ini?" Han Sen melanjutkan pertanyaannya.
Viscount Biru Tua merenung sejenak sebelum menjawab: "Banyak kekuatan yang bisa menciptakan efek serupa. Beberapa di antaranya mampu menyusup ke dalam tubuh, lalu merusak tubuh musuh dari dalam. Sulit untuk menebak sumber pastinya dalam waktu singkat."
Han Sen mengangguk pelan lalu bertanya lagi: "Apakah ada makhluk mutan dengan kemampuan seperti itu di sekitar markas?"
Viscount Biru Tua menggelengkan kepala halus: "Kita baru saja tiba di sini. Belum ada yang berani menjelajah terlalu jauh. Perburuan masih terbatas di sekitar markas. Dari makhluk-makhluk yang pernah kulihat, belum ada yang memiliki kemampuan semacam ini."
Tanpa bertanya lebih lanjut, Han Sen meminta seseorang mengambilkan penyembur api dan langsung menghancurkan jenazah Viscount Angin Topan menjadi debu.
Jenazah dengan kematian misterius seperti ini mustahil dibawa masuk ke markas. Siapa tahu malah menimbulkan masalah tak terduga.
Seluruh mayat telah terbakar menjadi abu beterbangan, namun ada satu barang yang ternyata tidak hangus. Setelah dicabut dari abu, terlihat sehelai bulu besi sepanjang 30 cm, hitam pekat dan sangat berat.
Han Sen kembali menyuruh orang membakarnya dengan penyembur api. Bulu besi itu bahkan tidak memerah, setelah dibakar lama-lama tidak mengeluarkan hawa panas sama sekali. Terlihat bukan peralatan besi biasa.
Menggunakan wadah tertutup rapat, bulu hitam itu disegel. Han Sen juga memerintahkan semua yang pernah kontak dengan mayat Viscount Angin Topan untuk melakukan pemindaian tubuh dan disinfeksi total. Baru setelah dipastikan tidak ada masalah, beliau sedikit merasa lega.
Namun ketika memasuki hari kedua, masalah kembali muncul di dalam markas.
Keempat Baron yang pernah menyentuh mayat Viscount Angin Topan kemarin, di dahi mereka muncul tanda hitam berbentuk telur aneh, persis seperti tanda lahir berwarna hitam.
Mereka menggunakan instrumen pemindai di markas untuk memeriksa seluruh tubuh, tapi tidak ditemukan kelainan apapun. Seolah-olah itu hanyalah tanda lahir biasa belaka.
"Keempat Baron itu sangat tegang dan ketakutan. Kematian Baron Angin Topan yang begitu misterius, ditambah dengan kelainan yang tiba-tiba muncul di tubuh mereka, bagaimana mungkin mereka tidak merasa takut?"
Han Sen memeriksa tubuh mereka namun tidak menemukan kelainan apapun. Ia terpaksa mengisolasi keempatnya sementara, lalu menghubungi pejabat pengirim logistik. Ia meminta agar pada pengiriman berikutnya dibawa dokter spesialis dan peralatan medis untuk memeriksa apa sebenarnya yang terjadi pada keempat orang itu.
Kapal logistik baru akan mencapai Bintang Gerhana dua hari lagi. Han Sen hanya bisa bersabar menunggu, berharap tidak ada masalah lain dalam dua hari ini.
"Adakah di antara kalian yang tahu tempat terakhir yang dikunjungi Viscount Angin Topan sebelum ini?" Han Sen masih menyelidiki penyebab kematian Viscount Angin Topan. Jika bisa mengetahui cara kematiannya, mungkin akar masalah pada keempat Baron itu akan terungkap.
Seorang Baron memberitahu Han Sen, beberapa hari yang lalu dia melihat Viscount Angin Topan pergi ke pegunungan utara dan memasuki wilayah tersebut. Namun dia tidak berani masuk ke dalam pegunungan, jadi juga tidak tahu ke mana Viscount Angin Topan pergi setelah masuk ke sana.
Han Sen langsung mengerutkan alisnya setelah mendengar kabar itu. Pegunungan utara adalah tempat dimana Pangeran itu dulu membawa anak buahnya masuk, dan tak pernah kembali lagi.
Han Sen sebelumnya sudah melarang mereka berburu di pegunungan utara. Para bangsawan di sini juga tahu bahwa pegunungan utara sangat berbahaya, jadi hampir tidak ada yang pergi ke sana.
Viscount Angin Topan ternyata memasuki pegunungan utara, kemudian mati di depan gerbang markas. Ditambah dengan simbol telur hitam di dahi keempat Baron, Han Sen merasakan firasat buruk yang sangat kuat.
Seorang Pangeran dengan banyak sekutu level Pangeran saja akhirnya menghilang tanpa jejak. Jika benar terjadi masalah, makhluk-makhluk hidup di markas ini sama sekali tidak akan mampu bertahan.
"Han Sen merasa tidak bisa menunggu lagi, segera menghubungi Ishara, ingin meminta Ishara membantunya melihat apa sebenarnya yang terjadi di sini, untuk menghindari kekacauan lebih lanjut."
"Tapi yang membuat Han Sen merasa agak frustasi adalah, Ishara sedang menyepi untuk melatih, entah kapan bisa keluar, sama sekali tidak bisa dihubungi."
"Akhirnya Han Sen menghubungi Adipati Ice Bird. Ishara pernah mengatakan, jika dia tidak ada, ada hal apa pun bisa mencari Adipati Ice Bird."
"Adipati Ice Bird melihat nomor Han Sen terpampang di alat komunikasi. Meski dia sangat tidak menyetujui tindakan Han Sen, tapi karena Ishara telah memerintahkannya untuk memberikan perhatian khusus pada Han Sen, terpaksa mengangkat komunikasi."
"Adipati Ice Bird, ada beberapa masalah di sini. Awalnya ingin mencari Yang Mulia Ratu, tapi dia sedang menyepi. Bisakah Yang Mulia datang ke sini?" kata Han Sen.
“Suku Rebeite memiliki peraturan: hanya pemilik planet yang diizinkan mengembangkan sendiri, tidak memperbolehkan campur tangan pihak luar. Kalau tidak, planet mungkin akan ditarik kembali.” Adipati Ice Bird menunjukkan sikap tidak suka terhadap kebiasaan Han Sen yang selalu merepotkan Ratu untuk segala hal.
“Kalau ini situasi normal, aku tidak akan menghubungimu. Ada masalah serius di sini yang tidak bisa kuselesaikan sendiri, terpaksa minta bantuanmu...” kata Han Sen.
“Jika kamu merasa tidak mampu melanjutkan pengembangan, kamu boleh menyerah dan kembali dari Planet Gerhana. Aku tidak bisa membantumu lebih dari ini.” Adipati Ice Bird menyela, “Cukup! Pertimbangkan baik-baik. Kalau mau pulang, beri tahu - akan kukirimkan pesawat menjemput.”
Setelah itu, Adipati Ice Bird menutup alat komunikasi sambil bergumam sinis, “Mengembangkan planet pasti ada masalahnya. Kalau tidak punya kemampuan mengatasi kesulitan, ngapain memulai dari awal?”
Han Sen mengerutkan kening halus, tapi tak bisa berbuat apa-apa terhadap Adipati Ice Bird. Entah kapan Ishara akan keluar dari meditasi, jika menunggu sampai dia keluar mungkin semuanya sudah terlambat.
Setelah berpikir, Han Sen menggeser nomor lain - nomor Hei Gang.
Sifat asli Hei Gang memang penuh keanehan, tapi masih pantas disebut orang yang bisa dipercaya.
Sebelumnya di Bintang Makam Pisau, Han Sen pernah bertanya padanya kenapa harus aktif menghadang Sungai Pisau. Dia hanya menjawab bahwa Han Sen sebenarnya ingin pergi, tapi karena dirinyalah akhirnya tidak jadi pergi. Jadi dia perlu memberikan kesempatan pada Han Sen untuk pergi - itu hutang budinya.
Han Sen tidak mengerti otak macam apa yang dimiliki Hei Gang sampai memiliki logika seperti ini. Tapi bagaimanapun, dia adalah anggota yang membuat hati nyaman.
Han Sen memintanya membantu menjaga rahasia niat pisau itu. Hingga detik ini tidak ada yang tahu bahwa dia memiliki niat pisau seperti itu, terlihat Hei Gang benar-benar tidak membocorkan apapun.
Sekarang Han Sen tidak bisa menemukan siapa pun untuk membantu, hanya bisa mencoba menghubungi Hei Gang. Jika Hei Gang pun tidak bisa membantu, maka dia harus segera menarik diri dari Bintang Gerhana.
Bukan Han Sen yang dibuat heboh, menghadapi masalah yang tidak dia pahami dan tidak bisa diselesaikan, lebih baik mempersiapkan diri sejak dini. Dia tak ingin melemparkan nyawa para wanita dan anak-anak itu di sini.
"Ada masalah apa?" Suara Hei Gang terdengar, sama sekali tidak berubah dibandingkan saat di Bintang Makam Pisau.
"Aku menemui beberapa masalah rumit yang sulit, ingin meminta bantuanmu." Han Sen menceritakan seluruh kronologi peristiwa.
Hei Gang tidak berbicara, terus menunggu Han Sen menyelesaikan ucapannya, lalu melirik jam dan berkata: "Jangan tinggalkan markas, awasi keempat Baron itu, jangan berinteraksi dengan mereka. Aku akan tiba dalam empat setengah jam."
