Dari nada bicara Hei Gang, Han Sen tahu dia pasti menangkap sesuatu. Tapi jelas sekarang bukan saatnya bertanya, Han Sen hanya bisa menunggu kedatangan Hei Gang.
Hal yang paling dikhawatirkan Han Sen akhirnya terjadi. Tak lama kemudian, ditemukan lagi seseorang di markas dengan tanda berbentuk telur di dahinya, sepertinya ada tren penyebaran.
Han Sen terpaksa mengisolasi semua orang. Tapi ini jelas bukan solusi yang tepat.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak makhluk di markas yang memiliki tanda telur itu di dahi. Awalnya hanya yang hadir saat kejadian, belakangan bahkan wanita dan anak-anak yang tidak hadir pun mulai muncul tanda serupa.
Hanya dalam hitungan jam, hampir separuh makhluk di markas sudah memiliki tanda aneh di dahinya.
Syukurlah Han Sen, malaikat kecil, Zero, Xie Qing Di, Gu Qingcheng, dan Si Perak Kecil belum terinfeksi sementara. Ini satu-satunya penghiburan yang layak disyukuri.
Xie Qing Di dan Gu Qingcheng telah memeriksa makhluk-makhluk yang terinfeksi itu, namun tidak menemukan tanda keunggulan apa pun. Seluruh markas diliputi suasana mencemak. Bangsawan yang belum terinfeksi ingin meninggalkan tempat ini. Andai bukan karena wibawa menakutkan Han Sen yang sebelumnya berhasil memenggal dua varietas langka level Viscount, ditambah bantuan Viscount Biru Tua, mungkin markas sudah kacau balau sejak lama.
Dari empat Viscount di markas, Angin Topan sudah mati. Viscount Biru Tua cukup membantu, sementara Hei Gang tidak mengambil kesempatan untuk membuat ulah. Viscount lainnya menghilang tanpa jejak - setelah pergi dua hari lalu, dia belum kembali sampai sekarang, entah sedang melakukan apa.
Han Sen kembali menghubungi Hei Gang, memberitahukan situasi di sini sekaligus memintanya bersiap-siap agar tidak ikut terinfeksi nanti.
"Tunggu aku." Hanya dua kata itu yang diucapkan Hei Gang sebelum memutus komunikasi. Tampaknya dia sedang melakukan sesuatu yang mendesak.
Hei Gang belum tiba, namun Viscount Biru Tua justru datang sendirian menemui Han Sen.
Setelah Viscount Biru Tua masuk ke dalam rumah, barulah baju zirah di tubuhnya mundur. Langsung terlihat di dahinya juga muncul tanda berbentuk telur.
"Ada yang kau rasakan atau temukan?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
Viscount Biru Tua justru tampak tenang, menggelengkan kepala halus sambil berkata: "Sama sekali tidak ada sensasi. Kalau bukan karena bercermin, aku takkan menyadari keberadaannya."
"Apa rencanamu?" Han Sen bertanya lagi.
Viscount Biru Tua merenung sejenak: "Sebelumnya pernah kukatakan padamu ada satu hal yang ingin kubicarakan berdua. Apakah sekarang kamu punya waktu?"
"Bicarakan." Han Sen mengangguk.
Viscount Biru Tua duduk di seberang meja, merapikan alur pikirannya: "Kuketahui sebagian besar bangsawan yang datang ke sini punya tujuan tersendiri. Aku juga begitu, tapi berbeda dengan mereka - aku tak berbakti pada siapapun."
"Lalu untuk apa kau datang?" Han Sen mengawasi Viscount Biru Tua bertanya.
"Level Viscount sudah termasuk bangsawan yang sangat berbakat. Ke mana pun Dia ingin pergi pasti ada yang mau menerima, sama sekali tidak perlu datang ke tempat Han Sen."
Viscount Biru Tua tersenyum pahit, mengulurkan tangan kanannya menunjuk tanda berbentuk telur di dahinya: "Aku datang demi ini."
Han Sen memandanginya dengan terkejut: "Demi ini? Kamu tahu apa ini sebenarnya?"
Viscount Biru Tua mengangguk, lalu menggelengkan kepala sambil menghela napas: "Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku ke Planet Gerhana Matahari."
"Kamu pernah ke sini sebelumnya? Ikut Pangeran itu?" Han Sen langsung merespons.
Viscount Biru Tua tersenyum lebar: "Benar. Tanda ini sebenarnya peninggalan dari kunjungan terakhirku ke sini."
Han Sen tertegun sejenak, lalu berseri-seri. Jika tanda di dahi Viscount Biru Tua benar-benar peninggalan kunjungan terakhirnya yang sudah bertahun-tahun silam, dan dia masih bertahan hidup dengan baik, maka para tertular di markas seharusnya tidak akan menghadapi bahaya jiwa dalam waktu dekat.
Viscount Biru Tua tahu apa yang dipikirkan Han Sen. Dengan senyum pahit dia berkata: "Tidak seperti dugaanmu. Setelah memiliki barang ini, umumnya dalam waktu singkat akan mati - ada yang beberapa hari, ada yang 10-15 hari - persis seperti nasib Viscount Angin Topan. Alasan aku masih hidup... itu jugalah sebabku kembali ke sini."
Han Sen tidak berkata apa-apa. Dia menunggu Viscount Biru Tua melanjutkan. Kehadirannya di sini tentu bermaksud menyampaikan penjelasan lengkap.
"Ketika aku dulu ditangkap oleh Pangeran Qilong yang aneh itu, aku masih seorang manusia biasa. Hanya sedikit lebih tua dari anak-anak itu, tapi sudah bisa mengkristalkan rompi anti peluru genetik." Viscount Biru Tua mengeluarkan ekspresi aneh yang tidak bisa dipahami Han Sen saat mengatakan ini.
Setelah jeda sejenak, Viscount Biru Tua melanjutkan: "Singkatnya sejak itu aku selalu mengikuti Pangeran Qilong. Termasuk saat memasuki pegunungan Utara untuk terakhir kalinya, aku juga ada di sana."
"Bukankah dikatakan tidak ada satupun anggota pasukan yang selamat kembali dari ekspedisi itu?" Kali ini Han Sen benar-benar terkejut. Jika yang dikatakan Viscount Biru Tua benar, berarti ada masalah besar di sini.
"Hanya aku yang berhasil kembali hidup-hidup. Saat itu yang bertahan di markas hanyalah makhluk biasa. Mereka tidak tahu bahwa aku juga ikut Pangeran Qilong masuk ke gunung. Pejabat Suku Rebeite yang melakukan penyelidikan kemudian pun tidak menyangka bahwa Pangeran Qilong akan membawa seorang Keterian biasa masuk ke gunung." Viscount Biru Tua berkata dengan wajah bermacam perasaan.
"Apa yang terjadi di sana? Lalu apa arti tanda berbentuk telur ini?" Han Sen bertanya.
Viscount Biru Tua menggelengkan kepala: "Banyak hal yang terjadi saat itu hingga sekarang masih belum terlalu kumengerti. Mengingat saat itu aku hanyalah remaja Keterian biasa yang baru saja mengkristalkan rompi anti peluru genetik, kekuatanku sangat terbatas dan wawasan pun masih dangkal."
Terhenti sejenak, Viscount Biru Tua melanjutkan: "Adapun tanda berbentuk telur seperti ini, hanya akan muncul setelah seseorang menyentuh suatu benda di sana. Saat itu, dari semua orang yang pergi, selain aku, mereka yang memiliki tanda ini semuanya mati—termasuk Pangeran Qilong. Setelah aku keluar, tanda ini tidak menular ke makhluk lain. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang dilakukan Viscount Jifeng, kenapa setelah kematiannya, tanda telur ini malah bisa menular."
"Tempat seperti apa sebenarnya itu?" Han Sen kembali bertanya.
Viscount Biru Tua berpikir sejenak lalu berkata: "Itu adalah sekumpulan istana megah di dalam gunung, sangat besar dan luas. Di dalam istana penuh cahaya aneh dan bentuk-bentuk ajaib. Banyak hal yang saat itu sama sekali tidak kumengerti, juga tidak berani banyak bertanya. Hanya tahu mengikuti Pangeran Qilong terus maju. Di tengah jalan banyak rekan yang mati, akhirnya kami tiba di depan sebuah aula besar. Saat itu Pangeran Qilong sangat gembira, menyuruh kami semua menunggu di luar aula, sementara dia sendiri mendorong pintu dan masuk. Kami menunggu di luar sekitar setengah hari, barulah Pangeran Qilong keluar dari aula, dan membawa sesuatu."
Han Sen tahu bagian penting akan dimulai. Dia tidak menyela Viscount Biru Tua, hanya menyetel telinga dan terus mendengarkan dengan seksama.
“Itu adalah sebuah telur, sebuah telur hitam setinggi satu orang, bentuknya sama persis dengan tanda-tanda ini. Setelah Pangeran Qilong mengeluarkannya, dia menyuruh kami bersama-sama mengangkat telur besar itu, mempersiapkan untuk meninggalkan istana di dalam gunung itu. Tapi tepat saat itu, hal mengerikan terjadi, di dahi kami muncul tanda telur hitam ini...” Viscount Biru Tua menunjukkan raut wajah yang dipenuhi ketakutan ekstrem, seolah mengingat sesuatu yang sangat menakutkan.
