"Mereka adalah pengawal pribadiku." Kata Han Sen.
Klaim bahwa akar teratai bisa meredam tanda hanyalah perkataan sepihak Viscount Biru Tua. Sebelum ada konfirmasi, tentu Han Sen tidak akan membiarkan Gu Qingcheng dan Xie Qing Di mengambil risiko turun.
Wood mengerutkan kening: "Perjalanan ini penuh krisis, setiap detik sangat berharga. Turun semua dan mulai menggali."
Han Sen menatap tajam Wood: "Kalau begitu, kenapa kalian tidak ikut menggali bersama? Bukankah kalian juga pengawal pribadi?"
"Berani! Mana bisa mereka disamakan dengan kita." Beberapa Marquis langsung membentak marah.
Wood memandang Han Sen dengan suara dingin: "Memang sama-sama pengawal pribadi, hanya tuannya berbeda."
Ekspresi Han Sen tetap tenang: "Memang berbeda. Menurutku, mereka lebih penting dari kalian. Kalau mau menggali, silakan kalian sendiri yang turun. Orang-orangku akan kupakai sesuai keperluanku."
Wajah Wood tampak suram. Hei Gang berkata: "Kapten Wood, ini wilayah Han Sen. Mereka adalah bawahannya. Perhatikan ucapan-ucapanmu."
Dengan wajah dingin, Wood malah mengabaikan perkataan Hei Gang: "Tuan Muda, misi kita memikul tanggung jawab besar untuk seluruh Celah Bulan dan keamanan Suku Rebeite. Di masa genting seperti ini, segala sesuatu di sini harus berada di bawah komando terpaduku."
Hei Gang mengerutkan kening halus: "Kapten Wood, operasi ini sebenarnya berada di bawah tanggung jawabku."
"Saat berangkat, Yang Mulia telah memerintahkan bahwa Tuan Muda masih terlalu muda. Tanggung jawab atas kelangsungan hidup Suku Rebeite harus tetap saya tanggung. Mohon pengertian Tuan Muda." Wood menunduk memberi hormat pada Hei Gang, namun sama sekali tidak menunjukkan niat untuk berkompromi.
"Kalau begitu, karena jalan kita berbeda, mari masing-masing mengambil jalannya sendiri." Han Sen langsung berjalan menuju arah seberang.
"Sekarang di sini saya yang berkuasa. Tanpa perintah saya, siapapun dilarang bertindak sembarangan. Pelanggaran akan dihukum mati tanpa ampun." Wood baru saja mengucapkan ini, seorang Marquis sudah menghunus pedang menghalangi jalan Han Sen dan kawan-kawannya.
"Adipati Wood..." Ekspresi Hei Gang tampak masam.
"Tuan Muda, maafkan kami. Sekarang adalah masa-masa genting." Wood dan beberapa Marquis tetap memberi hormat pada Hei Gang, namun mata pedang mereka masih mengarah pada Han Sen dan kelompoknya.
“Kalian tetap di sini, jangan pergi sembarangan, kalau tidak jangan salahkan aku tidak mengingatkan kalian.” Tapi karena alasan Hei Gang, Wood juga tidak memaksa Xie Qing Di dan Gu Qingcheng turun menggali akar teratai.
Lumpur di bawah sangat lunak, tidak sulit digali. Para Baron segera menggali banyak akar teratai yang sebesar lengan bayi, putih transparan seperti diukir dari batu giok. Lumpur yang menempel memberikannya lebih banyak aura kehidupan.
Setelah mereka mengirimkan akar teratai ke atas, Wood menunjuk ke arahnya dan bertanya pada Shen Lan Viscount: “Dulu yang kamu makan adalah akar teratai jenis ini?”
“Ya, akar teratai ini,” jawab Shen Lan Viscount sambil mengangguk cepat.
“Kamu, kemari! Makan ini!” Shen Lan Viscount memanggil seorang Baron, sambil memotong sepotong kecil akar teratai dan melemparkannya padanya.
Baron itu setengah gembira setengah khawatir. Dia satu-satunya yang boleh makan akar teratai. Ini hal bagus sekaligus buruk, membuatnya dilanda keraguan.
"Makan!" sorot mata Wood tiba-tiba dingin. Baron itu langsung gemetar, tak berani ragu lagi. Dikunyahnya akar teratai itu di mulutnya.
Akar teratai itu renyah segar. Dari bagian yang patah, aroma segar semerbak tercium.
Awalnya baron itu makan dengan hati-hati. Entah karena merasakan efek atau bagaimana, tiba-tiba dia melahap habis sepotong akar teratai itu.
Para bangsawan lain mengawasinya. Sampai habis tak terjadi apa-apa. Tanda telur di dahinya juga tidak terhapus.
Wood tetap mengamati tanpa ekspresi. Beberapa saat kemudian, wajah baron itu mulai membiru. Tiba-tiba dia menggigil kedinginan, memeluk diri sambil berteriak: "Dingin... Sangat dingin... Aku hampir beku sampai mati..."
"Viscount Biru Tua, ada apa ini?" Wood menatap Viscount Biru Tua.
Viscount Biru Tua malah menunjukkan wajah berseri, menjelaskan: "Tepat, memang ini. Dulu ketika aku memakannya, juga merasakan seluruh tubuh sangat dingin, tapi setelah beberapa saat membaik."
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan?" Wood bertanya lagi.
"Saat itu di tubuhku tidak ada alat pengukur waktu, perkiraanku sekitar sepuluh menit saja." Viscount Biru Tua berpikir sejenak lalu berkata.
Wood tidak berkata apa-apa lagi, terus menunggu hasilnya.
Setelah belasan menit, hawa dingin di tubuh Baron itu memang mulai berkurang, dan tanda telur di dahinya juga jelas memudar, hanya menyisakan bayangan samar-samar di dahi.
"Cepatlah menggali, keluarkan semua akar teratai di dalamnya!" Wood mendesak.
Para Baron mencari dan menggali di dalam lumpur selama lebih dari dua jam, mengumpulkan lebih dari seribu kilogram akar teratai. Wood dan kawanannya mengambil sebagian, sementara sisanya yang lebih besar dibopong oleh para Baron itu. Namun mereka tidak diizinkan memakannya.
"Yang Mulia Wood, bolehkah hamba mendapat sedikit akar teratai?" tanya Viscount Biru Tua dengan hati-hati.
"Jangan buru-buru. Di sini masih banyak akar teratai. Setelah pekerjaan selesai, semua akan mendapat bagian. Sekarang, antarkan kami ke lokasi Pangeran Qilong dan 'itu' telur," kata Wood dengan datar.
Ekspresi Viscount Biru Tua berubah drastis. Dengan enggan namun tak berdaya, ia terpaksa memimpin jalan di depan.
"Orang-orang di luar itu datang dengan mengincar target, bukan sekadar membasmi ancaman peninggalan Klan Wu," bisik Gu Qingcheng. Bibirnya bergerak halus - tak terdengar oleh orang di sekitarnya, namun suara sangat halus merambat ke gendang telinga Han Sen.
Han Sen tidak memiliki kemampuan seperti itu, hanya mengangguk pelan. Kenyataannya, dia sudah mulai paham sejak tadi bahwa tujuan Wood dan rombongannya ke sini jelas berbeda dengan Hei Gang. Selain itu, dari keseriusan mereka dalam ekspedisi ini, tampaknya objek yang mereka cari pasti bukan main pentingnya.
"Mereka datang atas perintah Raja Bulan Hitam. Jika barang itu benar-benar begitu berharga, mengapa Raja Bulan Hitam tidak datang sendiri? Bahkan dia sendiri tidak hadir, bukankah ini menunjukkan bahwa benda tersebut tidak terlalu bernilai?" Xie Qing Di juga berkomentar.
Dia juga menguasai teknik rahasia suara, sehingga hanya Han Sen dan Gu Qingcheng yang bisa mendengar ucapannya.
"Ternyata teknik kecil terkadang juga cukup berguna." Kini Han Sen merasa frustasi karena belum pernah mempelajari trik-trik terkait tipe suara. Kalau tidak, dia tidak perlu terus-terusan berpura-pura bisu.
Gu Qingcheng berkata: "Tidak, sebaliknya. Kenapa Raja Bulan Hitam sendiri tidak datang? Itu justru membuktikan nilai barang tersebut lebih tinggi. Dia takut kedatangannya akan menarik perhatian raja-raja lain. Pikirkanlah - ini adalah Celah Bulan. Jika dia datang ke Bintang Gerhana, pasti akan timbul kecurigaan dari para penguasa. Mengapa seorang raja agung mau datang ke planet milik Han Sen? Bisa dipastikan para raja lain akan segera mengikuti, sehingga Raja Bulan Hitam sulit memonopoli barang-barang di sini."
"Oh begitu," Xie Qing Di mengangguk pelan, merasa penjelasan Gu Qingcheng masuk akal. Lalu bertanya lagi: "Lantas sebenarnya apa itu barangnya?"
"Hanya Wood yang bisa menjawab. Mungkin hanya dia yang tahu isi sebenarnya di dalam sana. Bahkan Hei Gang dan keempat marquis pun tidak mengetahuinya," Gu Qingcheng berkata dengan nada dingin.
