Di dalam pecahan telur raksasa itu, seekor burung botak yang belum tumbuh bulu merapatkan diri menjadi bola, dengan asap ungu kehitaman masih mengepul dari luka-luka di tubuhnya.
Di balik celah kecil mata emasnya yang baru terbuka separuh, burung botak itu memancarkan aura keganasan. Bangkit dari genangan cairan mirip lava dengan susah payah, tubuhnya masih limbung. Namun lompatannya secepat kilat, paruhnya yang berpendar api emas menyala-nyala seperti kutukan neraka, menghunjam ke arah Han Sen.
Pisau Gigi Hantu mengamuk, kobaran api ungu-hitam meledak. Tanpa perlu distimulasi oleh Han Sen, telah meledakkan seluruh kekuatannya seperti iblis jahat yang kelaparan, dipenuhi keinginan membunuh dan haus darah.
Burung Galak meski belum tumbuh sempurna, bahkan belum memiliki sehelai bulu. Saat masih dalam telur telah menerima berbagai trauma, luka di tubuhnya terus mengucurkan darah.
Cahaya pisau menyambar tubuh Burung Galak, langsung meninggalkan goresan di dagingnya.
Tenaga maksimal dari Pisau Gigi Hantu level Raja ternyata hanya menyisakan luka superfisial di tubuhnya.
Postur Han Sen tak henti bergerak, menebas tubuh Burung Galak itu sekali demi sekali. Meski masih anak yang gagal ditetaskan, mata baru terbuka celah kecil, kulit pun belum sempurna, Burung Galak itu malah semakin galak. Setiap terluka, menerjang Han Sen dengan amarah yang berlipat ganda.
Pada saat ini Kaisar Jun sama sekali tidak bicara, hanya mengawasi Han Sen dengan dingin. Kebencian dan niat membunuh yang bisu itu meninggalkan perasaan semakin mengerikan.
Hujan darah, petir, dan api semuanya mundur, hanya menyisakan istana yang bagaikan reruntuhan.
Han Sen menghantam tubuh Burung Galak sekali demi sekali, membuat luka di tubuhnya semakin banyak. Darah keemasan terus mengalir deras, sepertinya burung itu akan segera dipenggal di bawah pedangnya.
"Han Sen, jika kamu menebaskan pedang ini, Tuhan ini dan kamu tidak akan berhenti sampai salah satu mati di kehidupan selanjutnya," suara Kaisar Jun tenang, namun dalam ketenangan itu tersembunyi dingin di hati yang membuat jiwa gemetar.
Kres!
Tanpa keraguan, Pisau Gigi Hantu bergerak gemilang. Menyusuri luka di leher Burung Galak, satu tebasan memenggal kepala burung itu.
Di Jun tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya matanya yang mengawasi Han Sen dengan ketat, posturnya perlahan menghilang, namun tatapan itu mengakar dalam tulang dan sumsum.
"Pemburuan makhluk mitos Burung Matahari fase larva, memperoleh Roh Binatang Burung Matahari, gen ilahi teridentifikasi."
Di kepala Han Sen tiba-tiba terdengar suara aneh yang membuatnya terkejut sekaligus girang.
Seiring tewasnya Burung Matahari fase larva, tanda di dahi para makhluk hidup mulai meleleh, berubah menjadi semburan keemasan yang meresap ke dalam daging dan darah, menciptakan sensasi api yang menyebar di seluruh raga.
Gu Qingcheng langsung duduk bersila di tanah, menggunakan teknik pernapasan untuk memurnikan dan menyerap percikan api tersebut.
Tubuh Xie Qing Di memancarkan kilau perak, sementara di pupil Si Perak Kecil terus menyala-nyala petir.
Makhluk yang telah memiliki tenaga berhasil memurnikan dan menyerap secuil tanda Jinwu itu. Namun para wanita dan anak yang tak memiliki kekuatan kesulitan melakukannya. Secercah keemasan menyatu ke dalam daging mereka, perlahan-lahan mengubah konstitusi fisik mereka.
Boom!
Gemuruh mengguncang gunung. Dari arah aula tembaga ungu terdengar riuh ledakan-ledakan. Bangunan megah itu terangkat dari tanah, naik perlahan-lahan, lalu menghilang ke dalam kehampaan.
"Han Sen, aku akan kembali mencarimu... segera... sangat segera..." Suara Kaisar Xun yang acuh tak acuh bergema di ruang gunung itu, terus terdengar hingga aula tembaga ungu itu lenyap sepenuhnya ke dimensi paralel.
Wu De meronta-ronta mencoba bangkit dari tanah. Namun raganya hangus terbakar parah. Daging dan tulang di banyak bagian tubuhnya sudah menjadi arang. Mustahil baginya untuk bergerak, terlihat jelas bahwa nyawanya takkan terselamatkan.
“Tuan Muda, jika tidak merepotkan, tolong bawa mayat bawahan ini ke Bintang Qing Xun. Di sanalah tempat kelahiranku. Jika bisa tertidur panjang di sana, pastilah itu tempat yang bagus.” Ucap Wood dengan susah payah.
“Wood, Kamu yang melihatku tumbuh besar, tak terhitung berapa kali membantuku. Baru saja tanpa dirimu, aku pasti sudah tewas di bawah api emas. Aku takkan membiarkanmu mati, mutlak tidak!” Hei Gang langsung membopong Wood hendak pergi: “Han Sen, sekarang aku harus membawa Kapten Wood kembali untuk diobati. Duluan ya.”
Han Sen menghentikan Hei Gang: “Kondisinya sekarang, mungkin bahkan tak bisa bertahan sampai kembali ke markas, apalagi ke planet kalian.”
“Sekarang sudah tak ada cara lain, terpaksa mencoba hoki saja.” Kata Hei Gang.
Han Sen berpikir sejenak: “Tunggu sebentar. Jika mau mencoba hoki, mungkin di sini kesempatan bertahan hidup lebih besar sedikit.”
“Tuan Muda, tidak perlu repot-repot. Raga ini sudah saya pahami sendiri. Jika Tuan Muda bisa membawa mayatku ke Bintang Qingxun, sebagai bawahan saya sudah sangat puas.” Suara Wu De sekarang terdengar benar-benar tenang.
Hei Gang menatap Han Sen: "Bagaimana caranya mencoba hoki di sini?"
"Luka bakar api emas di tubuhnya disertai racun api di dalam raga. Cedera jenis ini paling ganas dan sulit diatasi. Dengan kondisinya sekarang, pasti tidak bisa bertahan sampai markas. Tapi akar teratai itu memiliki sifat air dingin. Jika mereka bisa meredam tanda ras U, pasti juga efektif untuk luka bakar dan racun api." jelas Han Sen.
"Sekalipun akar teratai bisa menetralisir racun api, lukanya yang..." Hei Gang menggelengkan kepala.
"Makanya kita hanya bisa mengandalkan hoki..." Han Sen mendongak ke langit dan mengeluarkan raungan panjang.
Tak lama kemudian, siluet perak berlarian dari reruntuhan istana di kejauhan. Si Perak Kecil segera tiba di hadapan Han Sen.
"Si Perak Kecil, kunyah akar teratai ini lalu tempelkan di lukanya." Han Sen memberikan sepotong akar teratai kepada si perak kecil.
Si perak kecil menggigit akar teratai, mengunyah hingga hancur lalu memuntahkannya di atas luka Wood. Daging hangus terbakar itu langsung mengeluarkan asap, disusul jeritan keras Wood.
Si perak kecil terus mengunyah banyak akar teratai sampai semua luka tertutup. Saat akar teratai menyentuh luka, efeknya seperti air yang menyentuh bara panas - kabut putih mengepul.
Fragmen-fragmen putih salju akar teratai pun cepat berubah menghitam.
"Hei Gang, coba berikan dia makan sedikit akar teratai." Han Sen menyuruh Hei Gang.
Hei Gang segera menghancurkan sepotong akar teratai dan menyuapkannya ke mulut Wood. Setelah menelan, semangat Wood tampak sedikit pulih.
Meski luka di tubuhnya masih parah dan agak sulit untuk pulih sepenuhnya, tapi setidaknya satu nyawanya berhasil diselamatkan. Luka-luka itu bisa diobati perlahan setelah kembali.
"Terima kasih." Pandangan Wood terlihat rumit saat menatap Han Sen.
"Jangan berterima kasih. Aku menyelamatkanmu hanya karena muka Hei Gang. Kalau tidak, aku takkan mengedipkan mata sekalipun melihatmu mati di hadapanku." Han Sen berkata dengan datar.
"Bagaimanapun juga, kau telah menyelamatkan nyawaku. Aku akan membalasnya." Wood menggelengkan kepala halus.
Han Sen tidak melanjutkan pembicaraan. Dia sama sekali tidak menyukai Wood dan tidak ingin terlibat dengannya.
Xie Qing Di dan Gu Qingcheng juga mendekat. Tanda di dahi mereka telah menghilang tanpa jejak.
Hei Gang membawa Wood, sementara Han Sen menyimpan mayat Jinwu Matahari. Seluruh daging dan darah makhluk itu seolah mengandung kekuatan misterius tanpa bagian yang terinfeksi. Han Sen terpaksa membawanya pulang untuk dipelajari lebih lanjut.
