Fenomena aneh tujuh puluh dua bulan perak melayang di awan, begitu megahnya sampai sulit dibayangkan.
Seluruh Celah Bulan telah menjadi senyap mencekam. Bahkan petarung kuat sekelas Ishara dan Raja Bulan Sabit pun kini tak bisa berkata-kata, hanya bisa menyaksikan bulan-bulan perak muncul satu per satu.
Awalnya orang Raboot mengira 36 bulan perak adalah batas maksimal, namun kini jumlah bulan perak telah berlipat ganda. Fenomena aneh seperti ini belum pernah disaksikan siapa pun sebelumnya.
Setelah 72 bulan perak, tak ada lagi bulan baru yang muncul. Para bangsawan kerajaan di Celah Bulan pun diam-diam menghela nafas lega.
Jika ini terus berlanjut, mereka hampir mulai mempertanyakan makna eksistensi hidup mereka sendiri.
Boom!
Saat semua orang mengira restu Dewi Bulan untuk Han Sen telah berakhir, tiba-tiba 72 bulan perak di atas istana dewi memancarkan kilatan cahaya menyilaukan secara serempak.
Dengan 72 bulan perak menggantung di langit, cahaya bulan di dalam Istana Dewi Bulan telah mencapai puncak kepekatan. Sel-sel dalam raga Han Sen mengalami transformasi dahsyat.
Bzzzt!
Tulang giok dan kulit esnya bergema serempak, memancarkan cahaya bulan murni yang membungkus seluruh dirinya, seperti anak dewa dari bulan.
"Tubuh Perang Genetik Tulang Giok dan Kulit Es naik level jadi Viscount."
Sementara itu, sebuah suara terdengar di kepala Han Sen, membuat hatinya berdesir. Akhirnya ada satu tubuh tempur yang naik ke level Viscount, menguasai kemampuan pelepasan tenaga ke luar.
Seiring keberhasilan promosi Tulang Giok dan Kulit Es ke level Viscount, cahaya bulan di Istana Dewi Bulan tiba-tiba menyusut drastis. Raga Han Sen pun perlahan pulih.
Tak lama kemudian, seluruh cahaya bulan di Istana Dewi Bulan menghilang. Han Sen yang berdiri di atas aula agung baru menyadari kehadiran 72 bulan perak yang menggantung di langit. Saat ini, mereka memancarkan kilauan menyilaukan bagai 72 matahari.
Boom!
Ke-72 bulan perak itu secara bersamaan menyorotkan cahaya bulan. 72 berkas sinar bulan jatuh ke dalam aula, terkonsentrasi pada satu titik.
Karena seluruh cahaya bulan terkumpul di satu titik, kini pemandangan di dalam Istana Dewi Bulan menjadi jelas terlihat. Seluruh makhluk di Celah Bulan menyaksikan Han Sen berdiri di tengah aula. Namun 72 berkas cahaya itu tidak menyinari tubuhnya, melainkan jatuh di titik kurang dari tiga langkah di depannya.
Di titik pertemuan cahaya bulan, cahaya bulan telah mengkristal menjadi wujud nyata, seolah ada seorang wanita yang sangat cantik berdiri di dalamnya. Namun ketika dilihat lebih dekat, ternyata wanita itu hanyalah ilusi cahaya bayangan yang samar-samar tak jelas.
Wanita dalam cahaya bulan itu memandang lurus ke Han Sen, mengulurkan jari-jari rampingnya dan menyentuh dahi Han Sen. Bibir merahnya yang terbuka perlahan seolah tidak mengeluarkan suara, namun getaran bisu yang tak terucapkan bergema di otak semua makhluk hidup di Celah Bulan.
"Atas nama Dewi Bulan, kuberikan restu padamu. Tak peduli dari ras mana engkau berasal, mulai saat ini engkau adalah Anak Bulan, yang berada di bawah perlindungan bulan."
Seberkas cahaya bulan meleleh di ujung jari wanita cantik itu, mengalir masuk ke dahi Han Sen lalu menyebar seperti gelombang air di dahinya, membaptis seluruh tubuhnya.
Setelah sentuhan jari itu, wanita cantik tersebut tersenyum tipis pada Han Sen. Tubuh ilusinya perlahan memudar, sementara 72 bulan perak pun semakin redup dan menghilang perlahan ke dalam kehampaan.
Seluruh makhluk di Celah Bulan ternganga, pikirannya kosong. Sekarang mereka hanya punya satu pikiran tersisa.
"Apa ini baru restu sejati Dewi Bulan? Yang sebelumnya hanya bualan belaka, bahkan Dewi Bulan sendiri tak pernah menampakkan diri. Mana bisa disebut restu Dewi Bulan?"
"Inilah restu sejati Dewi Bulan! Hanya yang diberkati seperti ini layak disebut Anak Bulan."
"Kenapa harus dia? Selama ribuan tahun, tak satu pun ras kami Raboot yang mendapat restu sejati. Sekarang malah direbut ras lain!"
"Apa sebenarnya fungsi restu sejati Dewi Bulan? Sebagai Anak Bulan yang dilindungi Bulan, pasti ada perbedaan dengan restu biasa kan?"
"Siapa yang tahu? Hanya Han Sen yang bisa ditanya. Saat ini cuma dia satu-satunya yang benar-benar menerima restu. Bahkan Yang Mulia Raja Bulan Sabit dan Sang Ratu Pisau Tajam pun mungkin tak tahu jawabannya."
Ishara dengan raut wajah penuh keanehan mengamati Han Sen yang keluar dari istana Dewi Bulan. Selain teknik gen rumit yang dipelajarinya membuat pusing, muridnya ini bisa disebut sempurna. Namun teknik gen itulah biang masalah. Untuk mencapai level Raja dengan teknik tersebut, bahkan Ishara yang hampir mencapai tahap mitos pun menganggapnya mustahil.
"Tapi jika benar-benar berhasil, mungkin level Raja-nya akan menjadi yang paling mengerikan sepanjang masa." Sorot mata Ishara bergerak tak menentu, hatinya dilanda keraguan.
Performa Han Sen semakin membuatnya tergoda untuk serius melatih murid ini. Namun ketika mengingat sumber daya yang dibutuhkan untuk kenaikan ke level Raja, bahkan Ishara yang hampir mitos ini merasa limbung.
Ekspresi Duke Es semakin rumit, dia benar-benar tak mengerti apa sebenarnya keistimewaan Han Sen. Pertama diangkat sebagai murid oleh Sang Ratu Pisau Tajam, lalu mendapat pedang tingkat raja, sekarang bahkan memicu restu sejati Dewi Bulan. Seolah semua keberuntungan menimpa dirinya, membuat orang bertanya-tanya apakah ini bukan sekadar hoki berlebihan.
"Jangan-jangan anggota ini adalah reinkarnasi perjaka sepuluh generasi, sehingga memiliki berkah sebesar ini?" Duke Es diam-diam berimajinasi.
Raja Sungai Malam dan Raja Bulan Hitam beserta para penguasa lainnya menunjukkan keheranan di pupil mata mereka, seolah tengah merenungkan sesuatu.
"Satu-satunya murid Sang Ratu, pedang tingkat raja ditambah restu Dewi Bulan. Oh iya, ada juga sepasang sepatu anehnya. Apakah di kehidupan sebelumnya dia menyelamatkan alam semesta?"
"Hoki anggota ini benar-benar mengerikan."
"Benar-benar melampaui batas kodrati."
"Apa yang hebat? Cuma hoki sedikit lebih baik. Beri aku keberuntungan seperti itu, aku pasti lebih spektakuler darinya!"
……
Banyak bangsawan kerajaan dan rakyat biasa sedang berbisik-bisik, ada yang iri, ada yang cemburu, beragam pendapat dan pikiran masing-masing.
Han Sen tidak memikirkan itu semua, setelah keluar dari istana Dewi Bulan, dia langsung ingin kembali ke teleportasi untuk berteleportasi ke Bintang Tajam Pisau, lalu mempelajari teknik gen yang didapatkannya dari Moonlight.
Tapi sekarang pintu istana Dewi Bulan sudah dikerumuni remaja multiras yang termangu-mangu memandangi Han Sen. Kecuali Han Sen terbang melewati kepala mereka, mustahil bisa menerobos kerumunan.
"Saudara sekalian, mohon minggir." Han Sen mengedipkan mata. Baru kemudian para remaja peserta perayaan Dewi Bulan tersadar.
"Han Sen, bertarunglah denganku! Kali ini kau tidak bisa kabur!" Night Colossus menggenggam kapak sebesar pintu, langsung menghujamkannya ke arah Han Sen.
Remaja dari ras-ras lain pun spontan membentuk lingkaran, dengan tegas mencegah Han Sen kabur lagi.
Mereka ingin melihat, apa bedanya Han Sen—anggota pertama dalam jutaan tahun yang benar-benar mendapat restu Dewi Bulan—dengan yang lain.
"Aduh, cepat bertarung!" Penonton Siaran Langsung dari multiras Celah Bulan juga tak mau ketinggalan, masing-masing memberi semangat sambil sangat berharap kedua pihak segera bentrok.
Sayangnya, teriak mati-matian mereka tak bisa didengar Han Sen dan kawan-kawan.
