Para adipati tak berani mengamati seperti Han Sen. Mereka hanya melihat selama hitungan detik sebelum mengembalikan pisau ramping itu kepada Raja Bulan Hitam. Setelah memeriksa satu per satu, seluruh proses hanya memakan beberapa menit.
Ternyata para junior tidak mendapat kesempatan menyaksikan Pisau Celah Bulan secara mandiri. Usai pemeriksaan para adipati, Raja Bulan Hitam langsung menyimpan senjata itu. Upacara penyaksian ini pun dinyatakan selesai.
Raja Bulan Hitam mengajak beberapa Sang Penguasa dan adipati untuk minum teh. Sebagian memilih tinggal, sementara yang lain pamit undur diri.
Sementara Hei Gang mengundang Rebecca dan para junior ke taman untuk bersantai, termasuk Han Sen dalam kelompok tersebut.
Han Sen mengikuti Hei Gang sampai ke taman dan duduk di paviliun. Selain Han Sen, semua yang hadir telah akrab sejak kecil—baik yang bermusuhan maupun bersekutu, tak ada formalitas berlebihan.
Tanpa kehadiran Raja Bulan Hitam, Rebecca dan yang lain semakin bebas berbicara. Obrolan mereka sangat hidup, sesekali saling sindir, tak ada yang mau kalah.
Han Sen sama sekali tak berbicara. Pertama, selain Hei Gang, ia tak kenal siapapun. Kedua, pikirannya masih terpaku pada pencerahan dari pisau Celah Bulan, sama sekali tak mendengar diskusi mereka.
Du Lishe tak tahan melihat Han Sen diam. "Sang Jenius Han," desisnya, "Kau memandangi pisau Celah Bulan begitu lama dan berulang kali memujinya. Pasti kau melihat kelebihan yang tak kami pahami. Bagaimana kalau berbagi wawasan? Apa sebenarnya keistimewaan pisau itu?"
Setelah perkataan Du Lishe itu, sorot mata semua orang terkumpul pada Han Sen. Mereka juga penasaran, ingin tahu apakah Han Sen benar-benar memahami keunggulan Pisau Ramping Bulan atau sekadar berpura-pura.
Han Sen sedang menutup mata merenungkan pencerahan dari Pisau Ramping Bulan, pikirannya sama sekali tidak ada di sini. Tak menyadari bahwa Du Lishe sedang berbicara padanya, ia tetap merem-melek sambil berenung, tak menghiraukan Du Lishe.
Melihat Han Sen malah mengabaikannya, Du Lishe langsung marah. Tapi tak bisa berkata lebih banyak.
Diamnya Du Lishe bukan berarti yang lain ikut diam. Sebagai putri kedua Raja Bulan Sabit dengan wajah sangat cantik dan bakat luar biasa, Du Lishe memiliki banyak pengagum.
Kenyataannya, di antara generasi muda Suku Rebeite yang duduk di sini, banyak yang merupakan pengagum Rebecca dan Du Lishe. Saat melihat Han Sen berani mengacuhkan Du Lishe, beberapa orang langsung tak tahan lagi.
“Bukannya Han Sen sang Jenius sudah mengatakan semua yang dia lihat?” Seorang Viscount bernama Kriman berkata dengan nada sarkastik.
“Apa yang dia katakan?” Du Lishe bertanya dengan kebingungan.
Pandangan semua orang juga tertuju pada Kriman, meski sebagian besar tahu pasti tak ada kata-kata baik yang akan keluar darinya.
Kriman terkekeh: “Kalian ini, apa telinga kalian semua tuli? Bukankah Han Sen sang Jenius sudah berulang kali bilang? Pedang yang bagus, benar-benar pedang bagus.”
“Haa!” Kriman sengaja menirukan suara Han Sen dengan nada mengejek, membuat Du Lishe tidak bisa menahan tawa.
Ucapan Kriman sudah terhitung vulgar, jelas-jelas menertawakan Han Sen yang sok paham. Siapapun bisa mendengar maknanya, banyak yang ikut tertawa terbahak-bahak, sementara yang lebih sopan hanya tersenyum tipis.
Tapi Han Sen masih tetap duduk termenung dengan ekspresi datar. Seluruh pikirannya tengah asyik merekam kembali ingatan, khawatir akan melupakan banyak hal jika terlalu lama, sama sekali tidak memperhatikan omongan mereka.
Han Sen tidak menghiraukan mereka, tapi Hei Gang mengerutkan kening berkata: "Han Sen melihat pisau pasti ada alasannya sendiri."
Hei Gang memang bukan tipe yang pandai berdebat, hanya mengucapkan kalimat itu saja.
Kree Man tidak memberi muka Hei Gang, hanya ingin membantu Du Lishe mempertahankan harga diri. Mendengar itu langsung berseru: "Hei Gang, kamu ahli dalam hal pisau. Ucapanmu pasti masuk akal, aku mutlak percaya. Tapi beberapa orang lain... sulit dipastikan. Melihat pisau selama setengah jam, berulang-ulang cuma dua kalimat itu. Sok itu butuh budaya, kalau tak berpendidikan jangan meniru orang lain sok. Sok sampai level bodoh begini, baru pertama kali kusaksikan."
"Kree Man, perhatikan ucapan-ucapanmu." Ekspresi Hei Gang mulai masam.
Kree Man mencibirkan bibir: "Aku memang berkarakter jujur, apa adanya. Jika ucapanku salah, suruh dia jelaskan prinsipnya. Jika penjelasannya bisa membuat semua orang percaya, bahkan kubenturkan kepala ke tanah mengakui kesalahan pun tak masalah."
Nightless dan Night Colossus serta beberapa orang yang punya permusuhan dengan Han Sen juga ikut meneriakkan: "Benar juga, kalau dia benar-benar melihat sesuatu, katakanlah pada kami. Kalau alasannya masuk akal, kami semua akan meminta maaf. Tapi kalau cuma bisa bilang 'pisau bagus' mulu, ya nggak seru."
Hei Gang melihat Han Sen masih duduk diam seribu bahasa, tak tahan lagi menepuk bahunya: "Kalau memungkinkan, jelaskanlah pada semua orang."
Hei Gang yang mengenal Han Sen yakin pasti dia telah menemukan sesuatu, makanya sampai mengamati begitu lama.
Sebenarnya ini urusan pribadi Han Sen. Kalau dia tak mau bicara, Hei Gang pun tak akan memaksa.
Tapi sekarang cara bicara Kree Man yang terlalu kejam membuat Hei Gang tak tega, sekaligus agak khawatir untuk Han Sen.
Kalau Han Sen tetap diam seperti ini, dikhawatirkan reputasinya akan ternoda dan meninggalkan noda yang tak terhapuskan.
Ras lain memang sulit bertahan di Celah Bulan. Han Sen yang sudah susah payah membangun reputasi cukup bagus, jika sampai hancur begitu saja, membuat Hei Gang merasa sayang.
Terbangun oleh tepukan Hei Gang, Han Sen baru tersadar. Mendengar perkataan Hei Gang, ia bertanya dengan kebingungan: "Bicara tentang apa?"
Ia tidak mendengar percakapan sebelumnya, hanya menangkap kalimat tanpa penjelasan dari Hei Gang, tentu tidak paham maksudnya.
Namun di telinga Krimen dan kawan-kawan, ucapan ini justru disalahartikan. Mereka mengira Han Sen sudah mengakui bahwa dirinya sama sekali tidak melihat apa-apa, sehingga tidak ada yang bisa dibahas.
Krimen tertawa terbahak-bahak: "Hei Gang, kau dengar sendiri kan? Ini bukan fitnahan kami. Tapi aku benar-benar kagum pada si Jenius Han! Pertahanannya memang luar biasa. Tak melihat apa-apa tapi bisa tetap duduk tenang di hadapan para Sang Penguasa selama setengah jam. Daya tahan seperti ini jauh di atas level kami!"
Nightless juga tersenyum sinis: "Siapa yang bisa menyamai Han Da Bakat? Berbeda dengan kami yang biasa-biasa saja, bisa memuji pisau tajam sudah merupakan muka tingkat dewa. Kalian masih mau apa lagi?"
Han Sen mendengarkan beberapa kalimat, tak perlu bertanya pada Hei Gang lagi, dia sudah memperoleh gambaran tentang situasinya.
Melirik Kree dan Nightless, Han Sen berkata datar: "Memang aku tak bisa berpidato. Tapi belakangan Guru mengajarkanku sesuatu yang bisa kuperagakan untuk menghibur para hadirin."
"Oh, kami ingin lihat pertunjukan spektakuler apa dari Han Da Bakat ini. Jangan-jangan cuma teriak 'Bagus'?" Kree berkata dengan nada sarkastik.
Dia mengira Han Sen ingin mengalihkan topik, sehingga tetap mempersoalkan kejadian tadi, tak ingin Han Sen mengelak.
Han Sen hanya tersenyum datar: "Teknik gen yang baru kupelajari bernama 《Bayangan Bulan》."
