Han Sen tidak bisa tidak pergi ke Istana Surgawi, terpaksa memberi pertanggungjawaban pada Xie Qing Di dan kawan-kawan, meminta mereka sementara berkembang di Bintang Gerhana dulu, baru bernegosiasi tentang hal-hal selanjutnya setelah dia kembali.
Han Sen sebenarnya tidak terlalu khawatir tentang Xie Qing Di dan kawan-kawan. Selama identitasnya belum terbongkar, Ishara pasti akan mengawal Bintang Gerhana, tidak ada yang bisa mengusik mereka.
Yang paling ditakuti Han Sen sekarang adalah asal-usulnya terbongkar saat di Istana Surgawi. Jika itu terjadi, benar-benar akan ada masalah besar.
Pagi hari kedua, Xie Qing Di langsung mengerahkan pesawat ruang angkasa untuk mengirim Han Sen secara rahasia ke Istana Surgawi.
Karena aturan di Istana Surgawi sangat ketat, bahkan para murid non-Istana Surgawi pun tidak layak masuk ke dalamnya.
Han Sen sendiri hanya bisa masuk Istana Surgawi untuk berlatih dengan status non-murid berkat muka Ishara. Tentu tidak mungkin membawa orang lain.
Jadi selama di perjalanan, Han Sen sangat bosan melihat Paopao melonjak-lonjak di sisinya. Anggota ini memang optimis, sama sekali tidak ada frustasi.
Selain Paopao yang ada sebagai parasit, Han Sen bahkan menyimpan Xiao Touming di Celah Bulan. Jika dibawa masuk ke Istana Surgawi tanpa izin dan ditemukan, konsekuensinya adalah jalan buntu yang fatal.
Dengan petarung kuat yang termitosis bertugas di sana, Han Sen tak berani bertindak semena-mena.
Jarak antara Istana Surgawi dan Celah Bulan sangat jauh. Setelah melalui beberapa kali lompatan lubang cacing, tetap dibutuhkan waktu hampir sebulan untuk mencapai lokasi Istana Surgawi.
Istana Surgawi sendiri adalah ruang varietas langka yang sangat besar. Pesawat yang dikirim Ishara sama sekali tidak memiliki kualifikasi masuk. Mereka terpaksa mendarat di sebuah planet di luar Istana Surgawi. Setelah mendaftarkan asal-usul mereka, murid Istana Surgawi baru mengirim pesawat khusus untuk mengantarkan Han Sen seorang diri masuk ke Istana Surgawi.
Han Sen masuk ke Istana Surgawi, melihat pulau-pulau melayang berdiri megah di atas langit, kedua arah atas-bawah adalah langit tak berbatas. Seluruh Istana Surgawi merupakan kepulauan langit, di mana pulau-pulau melayang tersebut terus-menerus hingga cakrawala, tak diketahui jumlah pastinya.
Rupanya Istana Surgahi sudah mengatur segalanya. Baru saja Han Sen masuk, seorang pria menunggangi burung besar putih salju datang dan mendarat di hadapannya.
"Yang Mulia, apakah ini Han Sen?" Pria itu memberi hormat perlahan. Tampilannya sangat manis, kira-kira berusia dua puluhan, dengan goresan darah di dahinya.
Awalnya Han Sen mengira itu luka kecil, tapi setelah diamati lebih dalam, ternyata itu adalah mata vertikal tertutup.
"Saya Han Sen. Bagaimana saya harus memanggil Yang Mulia?" Han Sen membalas hormat.
"Hamba Qian Yuhe, murid Sepuluh Kursi Elder. Atas perintah kepala istana, hamba datang untuk memandu Tuan ke Jalan Surgawi." Pria itu mengangguk.
"Jalan Surgawi? Bukankah seharusnya ke Istana Surgawi?" Han Sen bertanya dengan kebingungan.
Qian Yu He menjawab dengan tenang, "Pendiri generasi pertama pernah menetapkan aturan: murid non-sesama ras yang ingin memasuki Istana Surgawi harus melewati Jalan Surgawi sendiri. Jika gagal, bahkan keturunan dewa sekalipun akan ditolak. Mohon pengertian Yang Mulia."
"Kalau begitu, silakan Tuan Qian Yu memimpin jalan." Hati Han Sen langsung berbunga-bunga.
Sebenarnya dia memang tak ingin masuk Istana Surgawi. Dengan adanya aturan ini, nanti saat melewati Jalan Surgawi, dia bisa sengaja tidak bisa melewatinya dan pulang kembali.
"Silakan." Qian Yu He membuat gerakan mengundang. Burung putih besar itu dengan penuh kesadaran merendahkan badannya.
Han Sen naik ke punggung burung. Setelah Qian Yu He berbisik sesuatu, burung putih itu mengembangkan sayapnya dan terbang menuju pulau melayang terdekat.
Han Sen memanfaatkan waktu saat Burung Besar terbang menuju pulau melayang untuk bertanya pada Qian Yu tentang situasi Jalan Surgawi.
Pulau-pulau melayang Istana Surgawi tak terhitung jumlahnya, bahkan murid internal pun mungkin tak tahu pasti berapa jumlahnya. Tapi yang paling terkenal bukanlah Pulau Utama tempat tinggal Ketua Istana, melainkan Pulau Gerbang Surgawi pertama yang menjadi pintu masuk.
Pulau Gerbang Surgawi tidak besar, panjang maksimalnya lebih dari seribu meter dengan lebar hanya belasan meter. Di seluruh pulau ini hanya ada satu gerbang gunung dan satu tangga batu.
Siapapun yang datang ke Istana Surgawi, bahkan petarung legenda sekalipun, harus masuk melalui gerbang ini dan menaiki tangga batu. Pelanggar akan dianggap musuh.
Pulau Gerbang Surgawi sendiri sebenarnya tidak istimewa, baik gerbang maupun tangga batunya hanyalah benda biasa. Nilainya lebih merupakan simbol spiritual.
Tapi setelah mencapai ujung tangga batu di Pulau Gerbang Surgawi, barulah Jalan Surgawi yang sesungguhnya dimulai.
Posisi Tangga Tianmen terletak berhadapan dengan Pulau Utama Istana Surgawi. Di antara kedua pulau tersebut, terdapat sulur labu raksasa yang menyerupai naga yang menghubungkannya. Yang disebut Jalan Surgawi merujuk pada sulur labu ini.
Untuk memasuki gerbang Istana Surgawi, seseorang harus berjalan di atas sulur labu ini menuju Pulau Utama Istana Surgawi. Jika terjatuh di tengah jalan, berarti tidak layak memasuki Istana Surgawi.
"Saudara Qian Yu, adakah keistimewaan mistis pada sulur labu itu?" tanya Han Sen yang tak lagi bisa menahan rasa penasarannya sambil menatap Pulau Tianmen yang sudah terlihat di kejauhan.
Qian Yu menjawab dengan senyuman: "Saudara Han tak perlu cemas. Menapaki Jalan Surgawi bukanlah soal mengandalkan kekuatan fisik. Dengan berkah yang tepat, bahkan makhluk biasa yang belum mengkristalkan rompi genetik pun bisa melintasinya hingga ke Pulau Utama. Sebagai murid Sang Ratu Pisau Tajam, pastilah berkahmu sangat melimpah. Kecuali terjadi insiden tak terduga, tentu Kakak akan mencapai Pulau Utama dengan selamat."
Han Sen masih ingin mencari informasi lebih jelas, tetapi burung besar berwarna salju telah melayang di depan Pulau Pintu Langit. Kedua sayapnya merapat dan mendarat di depan pintu gerbang yang diukir dari batu.
"Silakan, Saudara Han." Qian Yu He membuat gerakan mengundang.
Han Sen terpaksa turun dari punggung burung besar itu. Kakinya menginjak podium batu di depan pintu gerbang. Saat menengadah, ribuan anak tangga batu membentang menuju langit. Di ujung tangga, terlihat sulur pohon labu hijau raksasa bagai naga yang menjulur ke awan, sulit dilihat wajah aslinya bagaikan naga masuk ke dalam awan.
Pada sulur-sulur pohon labu itu, terlihat banyak labu hijau kebiruan berukuran beragam. Yang besar sebesar gedung, yang kecil hanya sebesar kelingking, semuanya berwarna hijau kebiruan.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Qian Yu He, Han Sen melewati pintu gerbang dan mulai menapaki tangga batu menuju pohon labu tersebut.
Benar seperti yang dikatakan Qian Yu, tangga batu itu tidak ada yang istimewa. Tak lama kemudian Han Sen sudah sampai di ujung tangga. Batang labu raksasa itu terlihat sangat dekat, semakin megah. Lebar batang utamanya bahkan cukup untuk dilintasi kereta kuda.
"Jalan labu seperti ini, bagaimana mungkin jatuh tanpa alasan? Pasti ada sesuatu yang mencurigakan, tapi Qian Yu enggan memberitahuku." Han Sen bergumam dalam hati.
Dengan menggunakan aura Dongxuan, ia merasakan energi vital di batang labu itu bergelombang seperti air pasang, bahkan lebih dahsyat daripada Raja Jinghai sekalipun.
Hati Han Sen berdesir: "Apakah batang labu yang lebih mengerikan dari naga sejati ini adalah makhluk yang melampaui level Raja?"
"Terserahlah apa pun itu. Aku memang tidak berniat melewatinya. Jika benar ada keanehan, jatuh justru lebih baik." Dengan keyakinan pasti kalah, Han Sen melangkah ke jalan labu.
