"Bagaimana mungkin ini terjadi? Mengapa Gu Zhu ikut ujian? Apa dia masih perlu ini?" Yu Jing sama sekali tak mengerti mengapa nasibnya begitu malang.
Jika bukan Gu Zhu, dan diganti dengan murid level Pangeran mana pun, Yu Jing masih menganggap Han Sen punya kesempatan bertarung, bahkan peluang untuk membuka jalan dengan pertumpahan darah masih cukup besar.
Tapi dua kata "Gu Zhu" itu membuat Yu Jing merasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan yang begitu mendalam.
Gu Zhu awalnya adalah murid dari Tujuh Elder, namun karena melanggar hukum Istana Surgawi yang sangat serius, identitasnya sebagai murid dirampas dan dijebloskan ke penjara langit, dijatuhi hukuman ekstrem "Mimpi Sepanjang Era".
Meski "Mimpi Sepanjang Era" tak bisa disebut hukuman mati, praktis tidak ada bedanya dengan hukuman mati.
Gu Zhu terjerembab dalam mimpi tragis, mengalami hidup demi hidup yang penuh penderitaan dalam mimpi itu, baru bisa bangun setelah menjalani sepuluh ribu kehidupan.
Belum lagi makhluk biasa yang sama sekali tidak memiliki rentang kehidupan cukup panjang untuk menopang hingga berakhirnya mimpi ribuan generasi, sekalipun punya nyawa sepanjang itu, mengalami kehidupan tragis berulang kali dalam mimpi - setiap kali mati terkutuk, merasakan segala kepedihan di dunia - jika benar-benar bisa bangun, puluhan ribu kenangan tragis akan membekas di otaknya, bahkan jika tidak mati mungkin akan menjadi gangguan mental.
Gu Zhu menanggung hukuman mimpi ribuan generasi di penjara surgawi selama sepuluh tahun, dan secara ajaib bangun hanya dalam satu dekade. Setelah sadar, tanpa sepatah kata pun ia berjalan ke depan Istana Surgawi, melakukan tiga sujud dan sembilan sembah yang membuat gerbang tengah istana terbuka lebar. Ini memaksa Tuan Istana Surgawi yang sudah ribuan tahun tidak menerima murid, meluar dari protokol menerimanya sebagai murid tertutup. Sejak itu, hidupnya melesat seperti cheat: berlatih "Kitab Langit Tak Bertulisan", menguak misteri dua belas menara dan lima kota, hingga tak ada yang bisa menyainginya di level yang sama.
Bahkan Qian Yu yang memiliki bakat langka dengan aura suci dari labu ajaib pun mengalami kekalahan telak di tangan Guzhu, itu pun kalah dalam teknik pedang yang merupakan keahlian utamanya.
Sejak saat itu, Guzhu tak pernah lagi bertarung dengan siapapun. Namun bahkan petarung level Marquis hingga Level Adipati sekalipun, tak berani meremehkan dirinya sedikitpun.
Sepuluh tahun dan sepuluh ribu kehidupan, sungguh tak bisa membayangkan bagaimana dia bisa terbangun, apalagi membayangkan segala penderitaan yang telah dihadapinya.
Tuan Istana Surgawi pernah bersumpah bahwa Guzhu memiliki prospek untuk menjadi mitos. Penggunaan kata "prospek" bukan sekadar "kemungkinan" menunjukkan betapa besar harapannya pada Guzhu.
Jika kata 'kuat' dalam benak murid biasa Istana Surgawi membutuhkan citra perwakilan, yang pertama terpikir bukanlah senior petarung mana pun, melainkan sosok Guzhu yang langsung muncul di otak mereka.
Dengan status dan kedudukan Gu Zhu, meski belum mengalami kenaikan ke level Marquis, namun sudah bertahun-tahun tidak ikut kompetisi besar. Bahkan murid-murid level Marquis pun sulit membangkitkan minatnya, sama sekali tidak ada keinginan untuk bertindak.
Murid Istana Surgawi juga sudah beberapa tahun tidak melihat Gu Zhu bertindak. Siapa sangka, ternyata dia ikut serta dalam ujian tengah tahun kali ini.
Yu Jing merasa mulutnya pahit, bahkan linglung sejenak. Dia hanya merasakan nasib sialnya mencapai puncak - awalnya mengira bisa meraup keuntungan besar, tapi siapa sangka malah mungkin harus bangkrut.
Han Sen berhenti sejenak di Pulau Guxiao selama lima enam hari. Total dia membunuh sebelas varietas langka level Pangeran. Setelah memperhitungkan waktu yang hampir mendekati hari pembukaan Giok Putih Ibu Kota, dia langsung pergi ke sana.
Hanya saja, kali ini setelah mendarat di pulau, tatapan Han Sen tertuju pada arah Menara Giok Putih, membuat hatinya sedikit terkejut.
Dulunya dia hanya bisa melihat satu menara giok putih, namun kini dari sini terlihat dua belas menara giok putih tersusun seperti tangga di pulau itu. Di ujung dua belas menara tersebut, di balik kabut berputar-putar, samar-samar terlihat lima kota kuno berdiri megah. Meski detail dalam kota tak jelas, pintu gerbang kelima kota tersebut terlihat jelas.
Han Sen bukan lagi pemula yang tak tahu apa-apa seperti saat pertama tiba di Istana Surgawi. Tentang urusan Istana Giok Putih, dia telah mencari informasi secara menyeluruh.
Murid Istana Surgawi pada umumnya, setelah memahami rahasia di Menara Giok Putih, bisa melihat tujuh menara saja sudah dianggap memiliki pemahaman individu yang sangat tinggi. Bila bisa melihat sepuluh menara, itu berarti memiliki bakat istimewa.
Jika mampu melihat seluruh dua belas menara, maka layak disebut jenius sejati. Namun jika bahkan kelima kota itu terlihat, itu menandakan kecantikan yang sangat langka sepanjang masa.
Sejak berdirinya Istana Surgawi selama jutaan tahun, tak lebih dari seratus orang yang pernah melihat kelima kota tersebut. Ini menunjukkan betapa sulitnya mencapai tingkat persepsi seperti itu.
Han Sen juga tidak merasa dirinya memahami rahasia apa pun, tapi bagaimana mungkin dia bisa melihat dua belas menara lima kota? Bahkan dirinya sendiri merasa bingung.
Tapi mengingat terakhir kali berlatih di lantai tujuh Menara Giok Putih, energi giok yang tiba-tiba menjadi murni dan kuat, dia mulai mendapat sedikit gambaran.
Meski bisa melihat dua belas menara di belakang, Han Sen tetap berencana menyerap energi giok di menara pertama. Tempat itu paling cocok untuk melatih level Pangeran. Dia berniat meningkatkan Tulang Giok dan Kulit Es ke level Pangeran dulu, baru menjelajahi menara giok di belakang nanti.
"Han Sen, kakakku dan Senior He sedang menunggumu di lantai tujuh. Mereka memintaku menyampaikan, apapun keputusanmu tentang latihan di lantai tujuh, temuilah mereka dulu." Saat Han Sen sampai di lantai empat, Yun Suyi menyambutnya dengan ekspresi cemas di wajahnya.
"Apa halnya?" Han Sen bertanya dengan kebingungan.
“Energi giok akan segera mulai menyembur, kamu naik dulu ke lapisan ketujuh. Setelah energi giok selesai, Senior He dan yang lain akan menjelaskan secara detail padamu.” Kata Yun Suyi.
“Baik.” Han Sen mengangguk perlahan lalu naik ke lapisan ketujuh.
Melihat siluet Han Sen menghilang di mulut tangga, Yun Suyi menghela napas dalam hati: “Yang Maha Kuasa benar-benar tidak adil, kenapa harus kamu yang bertemu Gu Zhu? Aku juga tidak tahu apa yang dipikirkan Senior Gu Zhu, apa artinya dia ikut ujian besar?”
Tapi segera Yun Suyi kembali berpikir: “Tapi tidak masalah, isi hatimu sudah kuketahui. Bisakah meraih peringkat pertama dan mendapatkan jurus pedang Langit Bawah sudah tidak penting lagi. Ini memang bukan salahmu.”
Sesampainya di lapisan ketujuh, Han Sen melihat Qian Yu, Yun Sushang, dan Ri Chu sudah ada di sana. Hanya pemuda angkuh yang ditemui terakhir kali itu yang sudah tidak terlihat jejaknya.
Melihat Han Sen datang, Qian Yu memanggilnya mendekat lalu langsung bertanya: “Apa kamu benar-benar akan ikut ujian besar?”
Han Sen mengangguk: "Aku sudah mendaftar, memang berniat untuk ikut."
Qian Yu langsung tersenyum pahit: "Kalau begitu, kali ini kamu mungkin akan menghadapi pertempuran sengit."
"Apa yang terjadi? Ada orang penting yang juga ikut ujian tengah tahun?" tanya Han Sen sambil tersenyum.
Qian Yu mulai menceritakan tentang partisipasi Gu Zhu dalam ujian tengah tahun beserta kisah heroiknya, termasuk proses bagaimana dia dikalahkan oleh Gu Zhu, semuanya diungkapkan tanpa ragu.
Hanya berbeda dengan versi yang diketahui murid Istana Surgawi biasa, penilaian Qian Yu sebagai pihak yang terlibat langsung terhadap Gu Zhu justru lebih tinggi.
"Mungkin kamu tidak percaya, tapi saat berhadapan dengan Gu Zhu di medan pertempuran, sejak berdiri di hadapannya saja aku sudah merasa kalah. Bisa bertahan selama itu lebih karena dia sedang memberi petunjuk daripada benar-benar bertarung. Setelah pertempuran itu, teknik pedangku juga berkembang pesat, mencapai pencapaian kecil seperti sekarang ini." kata Qian Yu.
