Tubuh Belalang Sembah Dewa Darah bahkan tidak mencapai sepersepuluh ukuran karang darah. Meski mengunyahnya perlahan, setelah menelan sebagian kecil karang darah, perutnya tak kunjung membesar. Hanya tubuhnya yang semakin memancarkan kilau kristal aneh.
Sebelum sempat menghabiskan seluruh karang darah, transformasi mengerikan mulai terjadi pada tubuhnya. Bayangan asap dewa kematian berwarna darah muncul dari tubuhnya, seolah mengayunkan sabit pemungut jiwa di tangannya.
Asap berdarah pada bayangan itu semakin memuncak, hampir seperti hendak mengkristal menjadi wujud nyata.
“Akan berevolusi, entah kenaikan Marquis atau mutasi?” Han Sen mengawasi Belalang Sembah Dewa Darah sambil berkata.
“Pada dasarnya roh hanyalah kristalisasi tenaga dalam bentuk cahaya, asap, atau aura, belum bisa disebut wujud fisik sejati. Bahkan setelah naik ke Marquis, roh tetap tidak akan memiliki tubuh nyata, hanya mengembangkan karakteristik atau kemampuan uniknya sendiri. Melihat penampakan Belalang Sembah Dewa Darah sekarang, kemungkinan besar ini bukan kenaikan Marquis melainkan persiapan mutasi.” Suara Yun Suyi terdengar sayup.
“Bagus, mutasi adalah favoritku.” Han Sen tersenyum lebar.
Asap darah di tubuh Belalang Sembah Dewa Darah semakin mengental, wujud dewa kematian berwarna darah telah tampak jelas, hampir tak berbeda dengan makhluk fisik sungguhan.
Detik berikutnya, Han Sen melihat Dewa Kematian Berdarah mengayunkan sabit di tangannya menghantam karang darah. Dalam sekejap, sisa-sisa karang darah terpotong semua, lalu raganya yang seperti angin puyuh dari asap darah melilit dan menyedot semua fragmen karang darah ke dalamnya.
Seiring karang darah yang melebur, tubuh Dewa Kematian Berdarah yang terkristal dari asap semakin padat. Terutama sabit di tangannya yang telah berubah dari asap menjadi kristal, perlahan membentuk mata pisau kristal yang nyata.
Sementara tubuh Belalang Sembah Dewa Darah juga memancarkan cahaya gemilang, bersinar saling melengkapi dengan siluet Dewa Kematian Berdarah.
Han Sen memfokuskan sorot matanya, samar-samar melihat aliran aura darah yang terus mengalir tanpa henti di dalam tubuh Belalang Sembah Dewa Darah.
"Dia hampir menyelesaikan mutasinya. Sekarang adalah timing terbaik," kata Yun Suyi.
"Tidak terburu-buru, lihat lagi." Han Sen ingin melihat teknik gen bakat Belalang Sembah Dewa Darah sebenarnya, seberapa besar daya hancurnya.
Setelah menunggu lebih dari dua jam, Belalang Sembah Dewa Darah akhirnya menyelesaikan evolusi. Dewa Kematian Berdarah berubah menjadi asap yang menyatu kembali ke tubuhnya, menghilang dalam sekejap mata.
Tubuh Belalang Sembah Dewa Darah tidak membesar meski telah melahap karang darah, tetap sepanjang satu kaki. Seluruh tubuhnya berkilau bagai kristal darah yang dipahat.
Mengepakkan sayapnya, Belalang Sembah Dewa Darah tiba-tiba menjerit sambil menerjang ke arah Han Sen dan rombongan. Kecepatannya mengerikan, bagaikan bayangan merah yang melesat.
Rupanya sejak awal dia sudah mendeteksi keberadaan Han Sen dan Yun Suyi. Tadi masih dalam proses evolusi sehingga belum menyerang. Segera setelah evolusi selesai, langsung terbang mendekat untuk membunuh mereka.
"Mantra." Han Sen berbisik. Mantra itu segera menjelma menjadi gadis remaja yang mencabut dua pistol dan mulai menembak dengan cepat ke arah Belalang Sembah Dewa Darah.
Dor! Dor!
Dua peluru di antaranya mengenai Dewa Darah Belalang Sembah, tapi ternyata tidak bisa menghancurkan cangkangnya, hanya meninggalkan dua tanda mantra di permukaan.
Dewa Darah Belalang Sembah menjerit marah, raganya berubah menjadi bayangan merah menerjang Mantra, sepasang capit belalangnya menyabet seperti Sabit Dewa Kematian.
Mantra bergerak cepat menghindari serangan, sambil menyatukan kedua tangannya - dua pistolnya terkristal menjadi rocket launcher yang langsung ditembakkan ke arah Dewa Darah Belalang Sembah yang sedang menerjang lagi.
Han Sen mengerutkan kening halus, tidak mengerti kenapa Mantra menggunakan rocket launcher di saat seperti ini. Meski daya hancur rocket launcher jauh lebih kuat daripada pistol ganda, tapi kecepatan peluru yang agak lambat akan mudah dihindari makhluk berkecepatan tinggi seperti Dewa Darah Belalang Sembah.
Benar saja, Dewa Darah Belalang Sembah menggetarkan sayap besar, posturnya tiba-tiba melambung setinggi lebih dari satu meter di udara, menghindari roket itu sambil berteriak histeris dan terus menerjang Mantra.
Mantra mundur cepat sambil membawa rocket launcher, Dewa Darah Belalang Sembah itu terus mendekat. Namun roket yang telah melesat itu tiba-tiba berbelok di udara seperti rudal pelacak, meledak dari belakang tepat di tubuh sang belalang.
Boom!
Ledakan menggema, tubuh Dewa Darah Belalang Sembah terlempar. Terlihat jelas luka-luka kecil di cangkangnya, mungkin akibat serpihan amunisi yang meledak dan menggores lapisan pelindungnya.
Meski luka-luka itu tak berarti bagi Dewa Darah Belalang Sembah, insiden ini justru memicu amuk total. Dengan jeritan memekakkan, makhluk itu kembali menyergap Mantra dengan amarah berlipat ganda.
“Gila, ternyata tanda mantra yang ditinggalkan peluru tidak hanya memungkinkan kita mengindra posisi lawan, tapi juga menyediakan fungsi pelacakan dan penentuan lokasi untuk amunisi. Entah apakah peluru biasa bisa melakukan pelacakan?” Han Sen berpikir dalam hati.
Dengan cepat Han Sen mendapat jawabannya. Mantra telah mengubah peluncur roket menjadi dua pistol. Kaki jenjang yang indah bergerak lincah menghindari serangan Dewa Darah Belalang Sembah, seolah menari dengan langkah dansa yang memesona.
Dalam tarian megah itu, kedua pistol di tangan Mantra terus menyemburkan peluru. Meski terlihat tidak membidik langsung, peluru-peluru itu seperti menggoreskan garis-garis melengkung di udara yang akhirnya tepat menghantam tanda di tubuh Dewa Darah Belalang Sembah tanpa sedikitpun penyimpangan.
“Ternyata peluru pistol juga bisa dilacak.” Hati Han Sen semakin dipenuhi sukacita.
Yun Suyi menunjukkan ekspresi terkejut di wajahnya. Mantra hanyalah sebuah persenjataan gen, namun tanpa penggunaan oleh tuannya, ternyata bisa bertarung dengan mutasi Pangeran varietas langka sampai tingkat seperti ini. Persenjataan gen biasa sulit mencapai hal serupa.
Faktanya, mayoritas persenjataan gen level Pangeran sama sekali tidak memiliki kemampuan bertarung mandiri, apalagi kecerdasan seperti yang dimiliki Mantra.
Hanya saja daya hancur pistol tetap terbatas. Meski terus menerus mengenai posisi yang sama di tubuh Belalang Sembah Dewa Darah, belum bisa memberikan luka parah.
Setelah gagal menerjang Mantra lagi, Belalang Sembah Dewa Darah menarik jarak. Mantra mengkristalkan senapan sniper, mempersiapkan serangan keras.
Tapi sebelum Mantra sempat mengokohkan posisi senapan, tiba-tiba terlihat bayangan asap berwarna darah yang mengerikan mengkristal di belakangnya. Sebuah sabit kristal darah gila juga menyambar lehernya.
Han Sen dengan konsentrasi penuh, Mantra yang sedang membawa senapan sniper segera menghindar. Namun ternyata terlambat, sabit kristal darah itu menghujam punggungnya. Rompi anti peluru putihnya terkoyak sepanjang lebih satu kaki, bahkan otot punggungnya terbelah hingga tulangnya terlihat.
Untungnya Mantra bukan makhluk hidup sungguhan, sehingga tidak memiliki komponen seperti darah.
Terkena serangan ini, postur Mantra tidak terkendali terjungkal ke depan. Belalang Sembah Dewa Darah langsung menjerit sambil menerjang, sementara dewa kematian berwarna darah dari belakang juga mengejar. Mereka menjepit Mantra dari depan dan belakang.
"Setelah bermutasi, Belalang Sembah Dewa Darah ternyata bisa mengkristalkan energi spiritual menjadi entitas mirip varietas langka. Ini sudah agak mirip dengan sihir pemanggilan," gumam Han Sen dalam hati.
Yun Suyi yang melihat Mantra dalam bahaya berseru, "Sekarang bagaimana?"
"Bunuh dia." Han Sen berkata datar sambil sudah mencabut Pisau Gigi Hantu dari pinggangnya.
