Han Sen diam-diam merenung di dalam hati, teknik apa yang harus digunakan untuk menghentikan Gu Zhu.
Han Sen bisa dibilang menguasai berbagai teknik, tapi dibandingkan Gu Zhu, kecuali beberapa jenis tertentu, semuanya tidak bisa dibilang mendalam.
Bagaimanapun, Gu Zhu bisa menghabiskan seumur hidup dalam mimpi untuk memahami satu teknik. Tapi Han Sen hanyalah manusia biasa, hidupnya baru berjalan puluhan tahun, bahkan jarak seratus tahun masih belum tercapai. Sama sekali tak bisa dibandingkan dengan Gu Zhu.
Jika terus dibandingkan satu per satu, kemampuan Han Sen pasti akan habis. Karena itu, pertarungan harus cepat diselesaikan, tidak boleh berlangsung terlalu lama.
“Tapi bagaimana cara bisa membuat Gu Zhu kesulitan?” Kilatan ide muncul di benak Han Sen yang sedang berpikir keras, lalu sebuah rencana terwujud.
Han Sen menggerakkan Pisau Gigi Hantu di tangannya, tapi bukannya menghantam Gu Zhu, malah menghujamkannya ke tanah berbatu. Sebuah batu persegi panjang berukuran 10 meter terbelah, lalu diletakkannya di tanah.
Semua orang penasaran, tak mengerti apa sebenarnya maksudnya.
Dengan senyum, Han Sen menghantam sisi batu itu dengan satu pukulan dan berkata pada Gu Zhu: "Bisa kamu lakukan ini?"
Mereka semakin bingung karena batu tersebut sama sekali tidak rusak meski sudah dipukul. Apa maksud sebenarnya dari aksi ini?
Gu Zhu mengubah telapak tangannya menjadi pisau, lalu menebas batu itu hingga terbelah dua di bagian tengah.
Kemudian barulah semua orang melihat, Han Sen menyerang salah satu sisi, namun sisi tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali. Di ujung lain yang berjarak hampir sepuluh meter, justru terdapat cetakan tinju di dalam batu. Serbuk batu di dalam cetakan tinju itu telah hancur total, mengalir keluar saat batu dibelah. Lubang kosong yang terlihat jelas itu memiliki bentuk yang sama persis dengan kepalan tangan Han Sen.
"Gaya feminim yang luar biasa! Ternyata bisa menembus batu sejauh 10 meter tanpa kehilangan kekuatan. Sangat mengerikan. Dengan tenaga halus seperti ini, zirah atau perlengkapan sejenisnya sama sekali tak berguna. Pertahanan sekuat apapun baginya ibarat telanjang bulat!" seseorang berkomentar takjub.
Gu Zhu pun tak berbicara. Ia mengarahkan pukulannya ke batu besar yang telah terbelah setengah. Sama seperti sebelumnya, batu itu tetap utuh tanpa kerusakan sedikitpun.
Han Sen kembali membelah batu tersebut dari tengah dengan kapaknya. Ternyata di sisi yang paling dekat dengannya, juga terdapat cetakan tinju yang posisinya sama persis.
"Bagus!" Han Sen tidak tahan lagi memuji. Dia yang khusus berlatih Gaya Yin-Yang dan telah mencurahkan usaha besar di bidang ini, ternyata Gu Zhu sama sekali tidak kalah darinya.
Murid-murid Zhen Tian Gong juga serentak bertepuk tangan, memuji pukulan Gu Zhu. Mengingat soal ini berasal dari keahlian Han Sen, kemampuan Gu Zhu yang bisa menyamai persis benar-benar sangat langka.
Gu Zhu berkata dengan datar, "Pada kehidupan ke-731, aku adalah perempuan lemah bawaan lahir yang terlahir di keluarga ahli jurus tinju. Sejak kecil menerima cibiran dan perlakuan semena-mena, akhirnya menciptakan jurus tinju bergaya feminim yang tidak mengandalkan kekuatan fisik, tetapi khusus melukai organ dalam. Aku membunuh semua yang menghinaku, hingga akhirnya menjadi raja iblis yang ditakuti seantero negeri. Pada akhirnya aku diracun diam-diam, organ dalamku butuh tiga tahun penuh untuk membusuk sepenuhnya sebelum mati."
Gu Zhu bercerita dengan tenang seolah itu hal remeh, tapi membuat pendengarnya bergidik ketakutan.
“Sekarang giliranmu.” Han Sen tak bermaksud berduka atas mimpi Gu Zhu, berkata dengan datar.
Gu Zhu mengulurkan tangan mengangkat separuh batu lainnya, menancapkannya seperti prasasti ke dalam tanah, bagian yang tersisa di luar mencapai sekitar tujuh hingga delapan meter.
Han Sen memperhatikan Gu Zhu, tak mengerti maksudnya. Jika soal mengukir tulisan dibandingkan nuansa, Han Sen bisa menggunakan niat Gigi Pedang, pasti tak akan kalah.
Tapi Gu Zhu seharusnya paham betul hal ini, maka Han Sen juga tahu, tindakan Gu Zhu pasti tak sesederhana sekadar mengukir.
Gu Zhu menatap batu yang berdiri itu, tak mencabut pedang di pinggangnya, malah perlahan mundur hingga sepuluh meter, baru berucap datar: "Aku ingin pedangku menembus sembilan lapis langit, sanggupkah kau?"
Murid-murid Zhen Tian Gong yang menyaksikan serentak bingung, tak paham maksud Gu Zhu. Ia hanya bicara tanpa sekalipun bertindak.
Yun Suyi juga merasa bingung di hati. Saat hendak bertanya pada Yun Changkong apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Batu itu pecah di permukaannya, muncul retakan-retakan yang membentuk tujuh karakter "Aku Ingin Menembus Sembilan Lapisan Langit dengan Pedang". Setiap goresan seolah diukir dengan pisau tajam dan kapak, memancarkan aura heroik bagaikan banteng yang sedang mengamuk. Tulisan itu terasa hidup, seakan akan menerobos keluar dari batu dan melesat ke langit ke sembilan.
"Teknik Bilah Suara memang biasa. Menghancurkan batu dari jarak 10 meter, bahkan 100 meter pun semudah membalikkan telapak tangan. Tapi seperti Gu Zhu yang bisa mengukir karakter dengan suara, apalagi dengan aura sekuat ini..." Seorang adipati dari Istana Surgawi menghela nafas takjub. "Bahkan saya yang spesialis teknik suara pun sulit meniru. Bukan sekadar masalah kontrol, tapi kemampuan memadatkan nuansa seni ke dalam gelombang suara - ini benar-benar tak tertandingi!"
“Hanya Senior Guzhu yang telah mengalami segala cobaan hidup, mungkin bisa memadukan begitu banyak teknik dan nuansa. Orang lain seumur hidup bisa menguasai satu saja sudah merasa cukup. Han Sen khusus berlatih jurus pedang, plus teknik feminim. Di usianya yang masih muda, itu sudah sangat langka. Tidak mungkin dia juga mempelajari teknik sespesialis tipe suara kan?”
“Mungkin kali ini Han Sen sudah tidak bisa melanjutkan pertarungan dengan Paman Guzhu?”
“Tak ada duanya Senior Guzhu di dunia ini. Meski Han Sen juga hebat, tapi bertarung ala Senior Guzhu, pasti tidak akan mendapat keuntungan.”
Banyak murid Istana Surgawi berdecak kagum. Han Sen tersenyum bertanya: “Ini kemampuan spesial hasil latihan di kehidupan keberapa?”
Ekspresi Guzhu tetap tenang. Dengan suara datar ia berkata: “Kehidupan ke-3,7854. Terlahir sebagai budak suara, membunuh dengan nada, akhirnya terkubur di Lembah Gaung, mati diguncang kekuatan bunyi ciptaannya sendiri.”
Han Sen menggelengkan kepala tidak berkata apa-apa lagi, berjalan ke sisi lain blok batu, meniru gaya Gu Zhu, berhenti pada jarak 10 meter dari batu itu, menarik napas dalam-dalam.
"Bisakah Han Sen melakukannya?" Yun Suyi bertanya sambil memegang lengan Yun Sushang dengan khawatir, meski tahu tak mungkin lagi bersamanya, tapi hatinya tetap tidak ingin menyaksikan Han Sen gagal.
Yun Sushang tersenyum pahit: "Bagaimana aku tahu? Makhluk yang melatih kekuatan gelombang suara memang langka, apalagi yang mencapai level Senior Gu Zhu. Ini teknik yang kurang populer. Kita juga belum pernah lihat Han Sen menggunakan teknik serupa, kali ini mungkin tidak menjanjikan."
Yun Suyi langsung semakin khawatir untuk Han Sen, masih ingin mengatakan sesuatu, tapi sebelum sempat membuka mulut, sudah mendengar suara Han Sen mulai berbicara.
"Duduk menyepi di puncak awan dingin." Han Sen perlahan melontarkan beberapa kata, tanpa pemikiran mendalam, hanya berisi secuil nada menghibur dan pengertian.
Setelah mengalami ribuan masa pengasahan, meski Tai Zhu mencapai bakat luar biasa, tapi kepedihan dan kesepian dalam hatinya mungkin takkan pernah dipahami siapa pun. Menjadi Tuhan yang tinggi di atas, penderitaan yang harus dilalui bukanlah hal yang bisa dimengerti orang biasa.
Tujuh kata dari Han Sen selesai diucapkan, reruntuhan batu di atas blok seketika berjatuhan seperti debu, memperlihatkan tujuh ukiran. Setiap kata sarat nuansa mendalam, memandangnya seolah ada perasaan kusut yang tak terungkap melilit di hati, entah mengapa membuat siapa pun yang melihatnya merasa sedih.
