Gesekan antara bilah pedang dan pisau menimbulkan bunyi gigi ngilu. Energi pedang dan kilatan senjata saling menghantam hingga hancur lebur.
Tebasan menyamping, tebasan vertikal, tebasan diagonal - setiap gerakan Han Sen dan Gu Zhu terlihat ringkas namun penuh bahaya maut.
Pertempuran sebelumnya meski megah dan mencolok, itu hanyalah aspek kompetisi, bukan pertarungan hidup-mati sesungguhnya. Sekarang ini adalah pertempuran tanpa keraguan. Meski setiap sabetan pedang terlihat sederhana tanpa transformasi mencolok, tapi setiap tebasan pedang membuat jantung penonton berdebar-debar. Hidup dan mati hanya terpisah sehelai rambut.
Dang! Dang! Dang!
Pedang dan pisau terus bertubrukan. Kilatan pedang dan energi pedang terkristal hingga titik puncak, kontras tajam dengan letusan kegilaan maksiat yang menyertainya.
Nuansa dari kedua pejuang yang sudah mengerikan ini kembali melonjak drastis. Dalam sekejap, mereka telah berhasil mencapai level Raja, bagai kuda liar yang lepas kendali mengalir deras tanpa hambatan.
"Nuansa mereka masih meningkat! Ini benar-benar luar biasa! Apakah mereka langsung memasuki ambang mitos? Padahal mereka masih Pangeran!"
"Dalam situasi saat ini, semakin keras mereka melonjak, semakin membuktikan pengaruh emosi negatif yang mereka terima semakin besar, dan semakin sulit melepaskan diri dari efek emosi negatif tersebut."
"Sama-sama Pangeran, mengapa kesenjangan bisa sebesar ini?"
"Sayangnya, jika pertarungan dilanjutkan, hari ini tidak akan ada pemenang sesungguhnya. Siapa pun yang menang akan menjadi tragedi."
"Tidak berperang pun tragedi. Saat ini Senior Guzhu masih memiliki secuil keyakinan. Jika dihentikan, khawatir sisa keyakinan terakhirnya akan langsung ditelan emosi negatif."
"Setelah pertarungan ini, ujian besar selanjutnya menjadi tidak relevan. Selain mereka, siapa pun yang meraih peringkat pertama akan tidak sesuai namanya."
Yun Suyi menyaksikan dengan jantung berdebar-debar, tangannya mencengkeram bahu Yun Sushang, jantungnya berlonjak tak karuan mengikuti kilauan pedang, wajahnya pucat kehijauan.
Yun Sushang menekan tangan Yun Suyi, memberikannya secuil penghiburan.
“Shifu, jika pertempuran ini berlanjut, emosi negatif akan semakin dalam memengaruhi mereka. Haruskah kita mencari cara untuk menghentikan mereka?” Qian Yu juga sudah mulai paham, situasi Gu Zhu dan Han Sen saat ini sangat tidak menguntungkan.
Yun Changkong menggelengkan kepala halus: "Sekarang mereka tidak punya jalan mundur. Mundur berarti mati, hanya bisa maju terus. Bahkan jika di depan adalah Neraka, mereka harus tetap melangkah. Dalam kematian mencari kehidupan, mungkin masih ada secercah harapan."
"Bagaimana caranya 'dalam kematian mencari kehidupan'?" Yun Suyi cepat bertanya.
Yun Changkong merenung sejenak lalu berkata: "Meskipun semakin bertempur emosi negatif akan semakin kuat, tapi ini juga bentuk pelampiasan. Gu Zhu telah terlalu lama dan dalam menekan perasaan. Jika bisa sepenuhnya meluapkannya, mungkin akhirnya keadaan buruk berubah menjadi baik, hingga akhirnya tersadar. Meski ini sangat-sangat sulit, tapi selain cara ini, tak ada lagi jalan lain yang bisa ditempuh."
"Lalu Han Sen? Apakah dia juga perlu meluapkan emosi?" Yun Suyi kembali bertanya.
Yun Changkong menggelengkan kepala: "Sebaliknya, Han Sen tidak butuh pelampiasan. Dia terlalu dalam terpengaruh emosi negatif Gu Zhu. Beban hantu batinnya tidak kalah dari Gu Zhu. Tapi sifat aslinya berbeda dengan Gu Zhu, jadi emosinya lebih condong ke arah penghancuran diri. Pertarungannya sekarang lebih untuk memicu hasrat bertahan hidup, mencegah munculnya keinginan untuk mati."
"Hasil akhir pertempuran ini sebagian besar bergantung pada Han Sen. Jika dia tak mampu menahan erosi hantu batin dan hanya ingin mati, maka Gu Zhu yang kehilangan target akan segera kehilangan rasionalitas terakhirnya oleh hantu batin. Bahkan jika Han Sen bisa menahan hantu batin, tapi tidak bisa terus bertarung dengan Gu Zhu hingga emosi negatif Gu Zhu benar-benar terlampias, hasilnya akan tetap sama. Jadi Han Sen tidak boleh kalah - baik kalah oleh dirinya sendiri maupun oleh Gu Zhu."
Mendengar penjelasan Yun Changkong, Yun Suyi semakin dilanda kecemasan.
Nuansa kedua orang itu begitu kuat, meski telah diblokir oleh petarung level Raja, tetap menembus keluar. Banyak murid Istana Surgawi yang terinfeksi nuansa mereka, merasa ingin muntah darah karena tersiksa. Perasaan maut dan penghancuran di hati semakin menjadi-jadi.
Di langit tiba-tiba muncul awan putih yang mendekati Dojo Bintang. Dalam kabut awan itu terlihat samar-samar bayangan makhluk, riak demi riak menyebar dari dalam awan seperti gelombang air, membungkus dojo dan menetralisir nuansa mengerikan mereka tanpa tersisa, mencegah pengaruhnya menyebar ke penonton.
"Itu Yang Mulia Makhluk Mimpi... Beliau sendiri yang meruntuhkan nuansa mereka... Apakah nuansa mereka sudah mencapai level yang bahkan petarung Raja pun sulit menekannya..."
Murid-murid Istana Surgawi merasa lebih lega, namun saat melihat bayangan makhluk dalam awan itu, hati mereka gemetar hebat.
Kenyataannya, petarung level Raja memang sudah tidak mampu menekan nuansa Han Sen dan Gu Zhu. Nuansa kedua orang tersebut telah melampaui level Raja, sehingga binatang mimpi mitos terpaksa turun tangan secara langsung untuk menekannya. Tujuannya agar nuansa dan emosi negatif itu tidak meninggalkan bayangan yang tak terhapuskan di hati murid-murid Istana Surgawi biasa. Hal itu sama saja menghancurkan prospek masa depan banyak murid, karena tidak semua orang bisa seperti Gu Zhu yang mampu memikul beban emosi negatif begitu berat sambil terus melangkah.
Pisau di tangan Han Sen semakin galak, niat pisaunya juga semakin gila. Seluruh dirinya seolah berubah menjadi binatang buas yang merobek kehampaan.
Dia mewarisi niat pisau tingkat mitos dari sarung pisau, tapi itu hanya warisan belaka. Bukan miliknya sendiri, sehingga dalam penggunaannya tetap sulit mencapai kecocokan sempurna, juga tidak bisa menunjukkan daya hancur sepenuhnya.
Tapi kini di bawah tekanan emosi negatif, Han Sen mengerahkan segenap tenaga untuk melepaskan niat pisaunya dan melawannya, membuat niat pisau di bawah tekanan besar itu semakin erat menyatu dengannya.
Sementara pemahaman Han Sen terhadap niat Gigi Pedang semakin mendalam, perlahan-lahan benar-benar melebur dengan niat pisau itu. Tidak seperti sebelumnya di mana niat pisau hanya menjadi alatnya, kini niat pisau berangsur berubah menjadi naluri Han Sen.
Niat Gigi Pedang merobek segala sesuatu, kegilaan penghancuran yang membinasakan segalanya ini membuat Han Sen di bawah teror emosi negatif tetap tidak kehilangan sepenuhnya kehendak untuk bertahan hidup.
Seiring peleburan sejati Han Sen dengan niat Gigi Pedang, Pisau Gigi Hantu di tangannya pun semakin kuat.
Sebelumnya Pisau Gigi Hantu secara otomatis mengikuti Han Sen, sebenarnya hanya mengikuti niat pisau terilhami yang ada pada diri Han Sen, bukan Han Sen itu sendiri.
Oleh karena itu, sejak dulu, Han Sen sekalipun menggunakan niat pisau terilhami, tetap sulit memicu daya hancur sebenarnya dari Pisau Gigi Hantu.
Namun seiring fusi bertahap Han Sen dengan niat pisau terilhami, Pisau Gigi Hantu yang terpengaruh aura-nya mulai menunjukkan kekuatan aslinya.
Boom!
Merasakan kesaktian jahat dan aura kebinasaan dari Pisau Gigi Hantu, atau mungkin hantu batin yang hampir lepas kendali, goresan darah di dahi Gu Zhu tiba-tiba terbelah, memperlihatkan mata surgawi yang seolah mengalirkan darah.
Han Sen pernah melihat mata surgawi milik Qian Yu dan kawan-kawan, di dalam mata mereka terpancar kejernihan, sangat berbeda dengan Gu Zhu.
Mata surgawi Gu Zhu dipenuhi kekejaman dan aura pembunuhan, sekilas pandang saja membuat jiwa manusia gemetar ketakutan.
Dengan dibukanya mata surgawi, aura Gu Zhu tiba-tiba meningkat secara drastis. Kekuatannya yang luar biasa sulit dipercaya, tenaga dan kecepatannya meledak seketika, muncul di hadapan Han Sen bagai teleportasi.
