Para pengikut Shi Beifeng masih terpaku sambil memegang kerangkeng, membeku melihat Kirin Kristal yang tergeletak di depan mereka.
Kirin Kristal bangkit lalu mencoba melompat tinggi, namun hanya mencapai ketinggian setengah badan sebelum jatuh dengan canggung.
Dua tamparan lagi di kepala oleh Han Sen menyulap Kirin Kristal menjadi seekor kura-kura yang bahkan tak bisa lari.
Han Sen dengan santai mengambil Qilin Kristal Hijau dan melemparkannya ke dalam kerangkeng, lantas menutup pintu kerangkeng itu.
"Saudara Shi, tugas ini telah selesai. Saya akan pergi duluan, akan mengembalikan token tersebut dalam keadaan utuh dalam waktu sebulan." Setelah berkata demikian, Han Sen langsung pergi menunggangi Burung Jenjang Tak Berkaki.
"Ini sudah selesai?" Orang-orang yang dibawa Shi Beifeng baru tersadar dari mimpi, memandangi Qilin Kristal Hijau yang terkurung dalam kerangkeng, raut wajah mereka dipenuhi perasaan yang sangat rumit.
Seseorang berdesah pelan: "Saat bertarung melawan Gu Zhu, karena menggunakan Gu Zhu sebagai patokan, masih bisa diterima dengan setengah hati. Tapi dibandingkan dengan Pangeran biasa, sungguh membuat para Pangeran biasa tak bisa bertahan. Bahkan varietas mutan level Pangeran seperti ini bisa dengan mudah ditaklukkannya, benar-benar tak terkalahkan di level yang sama."
Shi Beifeng menyapu mereka dengan tatapan dingin: "Petarung kuat yang mampu bertarung melawan Senior Gu Zhu sampai level seperti itu, mana mungkin kalian bisa memahaminya?"
Han Sen menunggangi burung jenjang tak berkaki menuju area yang relatif datar. Di dalam air, varietas langka lebih sulit ditaklukkan, topografi pegunungan rumit, sementara di dataran aktivitas berburu varietas langka paling mudah dilakukan.
Namun sebelum Han Sen sempat terbang keluar dari pegunungan dengan burung jenjangnya, terdengar kicauan burung dari langit. Seekor burung besar berbulu hitam dengan sayap terentang belasan meter menerobos lapisan awan dan menyergap turun.
Han Sen mencabut Pisau Gigi Hantu, mengayunkan energi pedang yang luar biasa, langsung mencabik-cabik tubuh burung besar itu di udara.
"Pemburuan varietas langka level Pangeran - Angsa Berbulu Hitam. Gen varietas langka ditemukan."
Bagi Han Sen, Pulau Binatang Langka ibarat harta karun. Banyak varietas langka level Pangeran berkeliaran. Dengan strategi serbu frontal, dalam waktu kurang dari satu minggu, Han Sen berhasil melengkapi sisa gen Pangeran yang dibutuhkan, mencapai total 100 poin.
Burung jenjang tak berkaki juga memakan banyak daging level Pangeran. Paopao juga mendapat banyak tambahan energi dari Han Sen, mengalami evolusi hingga mencapai level Viscount.
Hanya saja kemampuan Paopao masih terbatas. Ia hanya bisa menciptakan ilusi wujud makhluk biasa, tapi tidak memiliki kemampuan spesifik makhluk-makhluk tersebut.
"Masih ada waktu sebulan. Terlalu merugi jika keluar sekarang. Lebih baik manfaatkan kesempatan ini untuk memburu beberapa varietas langka level Marquis. Pasti berguna nanti, daripada setelah naik Marquis harus berkeliling mencari." Han Sen mengakhiri perburuan varietas langka Pangeran dan mulai melacak jejak varietas Marquis.
Setelah Jing Dongxuan mencapai level Pangeran, tenaga Han Sen meledak drastis. Bukan hanya kekuatan Satu Tangan Menutupi Langit yang semakin jelas, yang paling krusial adalah Jing Dongxuan memberinya kemampuan melakukan rekombinasi rantai keteraturan.
Dulu Han Sen bisa menggunakan aura Dongxuan untuk melihat rantai keteraturan yang tersusun dari partikel paling dasar zat, dengan menggunakan tenaga diri sendiri untuk memutuskan hubungan antar partikel, sehingga membuat seluruh rantai keteraturan mengalami retakan parau.
Tapi ini memiliki premis: tenaga Han Sen sendiri harus cukup untuk memutuskan rantai keteraturan. Jika tenaganya bahkan tak mencapai tingkat itu, maka kekuatan Satu Tangan Menutupi Langit pun tak akan berguna.
Sekarang aura Dongxuan telah memiliki kemampuan mengkombinasikan partikel berbeda dan menyatukan rantai keteraturan, memungkinkan dua tenaga yang sama sekali berbeda disatukan dengan mudah. Seperti kemampuan Han Sen mengkombinasikan gaya pedang dan tenaga pisau, membuat daya hancurnya meledak secara geometris.
Dengan kekuatan Han Sen sekarang ditambah kegunaan misterius aura Dongxuan, membunuh makhluk kelas Marquis biasa seharusnya tidak akan terlalu sulit.
Tapi tidak semua kombinasi partikel akan memperkuat daya hancur. Ada juga rekombinasi yang menimbulkan efek samping. Saat ini Han Sen sedang melakukan percobaan bertahap, berharap bisa menemukan kombinasi terkuat.
Hingga saat ini, kombinasi terkuat yang ditemukan Han Sen masih merupakan gabungan antara Jurus Gigi Pedang yang digunakan oleh Gu Zhu dengan teknik pedangnya. Ketika Jurus Pedang Terbang Kembar milik Han Sen sendiri digabungkan dengan tenaga Gigi Pedang, efeknya justru tidak bagus. Kedua gaya ini terlihat tidak selaras, dan setelah dikombinasikan justru terkesan biasa-biasa saja.
Mungkin karena ini adalah wilayah kekuasaan level Pangeran, varietas langka level Marquis relatif jarang ditemukan. Setelah mencari hampir seharian penuh, akhirnya Han Sen menemukan seekor varietas langka level Marquis di bawah sebuah pohon besar.
Makhluk itu sedang tiarap beristirahat di bawah pohon, tubuhnya sepanjang lebih dari tiga meter, bentuknya mirip kepala sapi kereen, namun di punggungnya tumbuh duri tulang yang terlihat sangat ganas.
Han Sen diam-diam mendekati makhluk itu. Tanpa basa-basi, langsung mencabut Pisau Gigi Hantu dan menghantamkan satu tebasan tajam ke kepala makhluk tersebut.
Kecepatan Sepatu Kelinci Bergigi Patah meledak sepenuhnya, Pisau Gigi Hantu memadatkan kekuatan kombinasi gaya pedang. Namun tanpa menggunakan kekuatan Satu Tangan Menutupi Langit. Jika menggunakan kekuatan perusak rantai keteraturan itu, seluruh raga varietas langka akan hancur termasuk gennya, tak ada keuntungan yang bisa diperoleh.
Kres!
Meski tak menggunakan Satu Tangan Menutupi Langit, kombinasi kekuatan pedang ini saja sudah membuat Han Sen menebas leher varietas langka level Marquis itu.
Sebuah kepala banteng raksasa menggelinding jauh, tubuh tak berkepala itu menyemburkan darah bak mata air deras.
"Membunuh varietas langka level Marquis: Lembu Batu Tidur, menemukan gen varietas langka."
Han Sen merasa agak frustasi. Feng shui Pulau Makhluk Langka sepertinya tak berpihak padanya. Sudah begitu banyak varietas langka dibunuhnya, tapi tak satu pun roh binatang didapat.
Menggunakan Pisau Gigi Hantu, Han Sen membelah mayat Sapi Batu Tidur. Di dalamnya ditemukan jantung berbatu yang tak diragukan lagi merupakan gen varietas langkanya.
Begitu Han Sen mengeluarkan jantung batu dari dada hangatnya, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Saat menoleh ke arah rerumputan jauh, seekor sapi batu berwarna abu-abu keputihan dengan sepasang mata merah darah sedang mengawasinya ketat.
Postur sapi batu ini mirip Sapi Batu Tidur, namun lebih besar dengan aura yang jauh lebih mengerikan.
"Moo!" Sebelum Han Sen sempat mengamati lebih detail, sapi itu mengangkat kedua kaki depannya dan menghujamkan kuku ke tanah. Gelombang aneh segera menyebar seperti riak air danau, membentuk pola cincin sempurna.
Han Sen langsung menghunus Pisau Gigi Hantu. Dengan jurus penghancur, ia membelah gelombang kejut berbentuk cincin itu.
Energi pedang yang terkumpul dari Pisau Gigi Hantu langsung menembus gelombang cincin. Gelombang itu terlihat seperti ilusi belaka, namun ketika menyentuh jari-jari Han Sen yang memegang pisau, dengan ngeri ia menyadari Mantra zirah yang melindungi telapak tangannya telah berubah menjadi batu keabu-abuan.
Ekspresi Han Sen berubah drastis. Tubuhnya cepat mundur, tapi secepat apapun gerakannya, tak mampu mengalahkan kecepatan gelombang cincin. Seluruh raganya beserta zirah pun berubah menjadi batu dalam sekejap.
Si banteng batu meraung, menundukkan kepala dan menyorongkan sepasang tanduk batunya ke arah Han Sen. Seperti lokomotif, ia melesat menghantam. Di bawah kukunya, tanah bergetar hebat.
Han Sen mencoba mengoperasikan beberapa jenis tenaga internal, namun gagal menghilangkan efek petrifikasi pada tubuhnya. Jantungnya berdebar. Cepat ia mengalirkan tenaga, memanggil Dewa Kematian Berdarah yang langsung muncul di atas kepala banteng. Seketika ia menebaskan pedangnya ke leher sang binatang.
