Di gudang TK, Lü Zimei mempertahankan sikap aneh. Seluruh raganya terus mengucurkan keringat, kulitnya memancarkan kemerahan yang tidak wajar.
"Aku tidak bisa melanjutkan..." Lü Zimei lunglai terjatuh ke tanah, terengah-engah berkata.
Sekarang dia hanya merasa seluruh tulangnya hampir berantakan, otot-otot terasa sangat nyeri, setiap gerakan terasa seperti ditusuk jarum.
Sejak menandatangani berbagai perjanjian tidak setara itu, hidupnya yang memilukan dimulai, terpaksa mengikuti perintah Bao'er.
Bao'er memberitahu ini adalah teknik gen yang sangat hebat, setiap kali mengawasinya berlatih. Tapi baginya ini lebih seperti lelucon penyiksaan, latihannya benar-benar menyiksa.
"Kamu boleh berhenti berlatih, tapi hutang-hutang ini..." Bao'er duduk di rak kayu, tangan putih lembutnya yang gemuk memegang tumpukan surat hutang tebal.
Lü Zimei menatap surat-surat hutang itu, mengatupkan gigi dan melanjutkan latihan teknik gen menyiksa yang diajarkan Bao'er.
Setelah akumulasi waktu yang lama, surat hutang Lü Zimei semakin menumpuk. Sekarang meski menjual diri selama beberapa generasi, tetap takkan mampu melunasi utangnya.
Lü Zimei kini hanya menyesali ketidakmampuannya menahan godaan Bao'er. Setiap kali teralihkan oleh baju cantik, kosmetik dan lain-lain, tanpa terkendali ia menandatangani banyak perjanjian tidak setara.
Tentu saja, ini juga karena mentalitas "babi mati tidak takat air panas" - toh utang sudah tak terbayar, lebih baik menambah sedikit lagi.
"Baik, untuk hari ini cukup. Besok lanjut lagi." Bao'er melirik jam, lalu melompat turun dari rak kayu dan langsung meninggalkan gudang.
"Dasar imp kejam!" Seluruh tubuh Lü Zimei lunglai di lantai seperti lumpur, bahkan satu jari pun tak sanggup digerakkan.
Nasib sama memilukan dialami Han Sen yang terus bertarung melawan spesies aneh dalam mimpi. Tanpa henti seperti air pasang, makhluk-makhluk itu menyerbu hingga ia tak punya jalan pelarian, terpaksa terus membunuh tanpa jeda.
Karena berada dalam mimpi, hanya ada kelelahan psikologis, namun raga tidak akan lelah. Sehingga Dia bisa terus bertarung tanpa perlu beristirahat, dan makhluk mimpi jelas tidak memberi kesempatan istirahat.
Lebih memilukan lagi, meski dalam mimpi, gembok Hati Surgawi ternyata masih berfungsi. Hal ini membuat Han Sen sangat frustasi.
Han Sen tidak tahu sudah berapa lama dirinya bertempur. Bahkan Dia sendiri mulai merasa tumpul.
Varietas langka dalam mimpi sangat beragam. Han Sen menyaksikan banyak jenis yang pernah dilihatnya sebelumnya - seperti Algojo Giok Mistis, dan lebih banyak lagi spesies yang belum pernah dijumpainya.
Setiap varietas langka memiliki kemampuan berbeda. Keberadaan mereka terasa begitu nyata bagi Han Sen, sama sekali tidak terlihat sebagai dunia mimpi. Dengan segala upaya, Han Sen bertarung habis-habisan melawan mereka, tak terhitung kali bergulat di ambang hidup-mati.
Makhluk mimpi memandang Han Sen dengan raut wajah terkejut. Ia memberitahu Han Sen bahwa mati dalam mimpi akan berubah menjadi tumbuhan. Ini tidak bisa disebut kebohongan. Jika ia menghendaki, Han Sen memang akan mati secara spiritual.
Namun makhluk mimpi tidak berniat membunuh Han Sen. Ucapan itu hanya untuk memaksa Han Sen bertarung sepenuh hati, menguji sampai kapan ia bisa bertahan.
Tapi performa Han Sen jauh melampaui dugaan awalnya. Sebenarnya, jika Han Sen bisa bertahan sebulan tanpa mati, itu sudah memenuhi permintaan makhluk mimpi.
Kini Han Sen telah bertarung sengit dalam mimpi hampir empat bulan, tetap gigih tanpa menyerah.
Keteguhan ini bahkan membuat makhluk mimpi bergeming. Kemampuannya membunuh varietas langka tidak aneh, karena makhluk mimpi telah mengatur tingkat kekuatan mereka setara dengan Han Sen. Bahkan varietas level tinggi pun disetel memiliki parameter kekuatan yang sama dengannya.
Dengan melakukan ini, selain melatih Han Sen, juga membuatnya familiar dengan berbagai varietas langka yang berbeda, meningkatkan pemahamannya tentang makhluk-makhluk tersebut.
Namun dalam pertempuran intensitas tinggi seperti ini, Han Sen tetap mempertahankan status tanpa kesalahan dengan energi spiritual yang terus terkonsentrasi penuh. Kehendak sekuat ini sulit dibayangkan muncul pada seorang Pangeran.
"Apa yang sebenarnya telah dialami anggota ini? Bagaimana mungkin kehendaknya bisa menyaingi Gu Zhu yang telah melewati tragedi ribuan zaman? Apakah dia juga memiliki obsesi terkuat di hatinya seperti Gu Zhu?" Sorot mata makhluk mimpi memancarkan ekspresi rumit.
Meskipun energi spiritual Han Sen semakin melemah, dia tetap tak gugur dalam pertempuran. Makhluk mimpi sangat menyadari betapa mengerikannya ini - lebih memilih jiwa hancur berantakan daripada menyerah. Keuletan seperti ini bukanlah sesuatu yang dimiliki makhluk hidup biasa.
Bagi makhluk mimpi, kehendak Han Sen bersinar menyilaukan seperti batu permata.
Makhluk mimpi menghela napas lembut, sorot mata aneh berubah-ubah, melepaskan ilusi mimpi dari tubuh Han Sen.
Ingin membuat Han Sen gugur dalam pertempuran di dunia mimpi sudah tidak mungkin. Jika terus dilanjutkan, jiwa Han Sen akan terhapus sepenuhnya - itu berarti kematian sesungguhnya, bukan sekadar mati dalam mimpi.
Plung!
Raga Han Sen terjatuh ke tanah, kepalanya berdenging keras seolah akan meledak. Ini akibat energi spiritualnya terkuras parah.
Makhluk mimpi memanggil orang untuk mengantar Han Sen kembali ke Pulau Giok Kecil. Han Sen beristirahat selama beberapa hari sebelum perlahan membaik.
Setelah pulih sepenuhnya, Han Sen menyadari kesadarannya jauh lebih jernih dibanding sebelumnya, dan kemampuan persepsinya pun terasa semakin tajam.
Namun bukan itu yang paling menggembirakannya. Kebahagiaan terbesarnya adalah akhirnya mendapatkan kembali kebebasan.
Meski tahu makhluk mimpi sedang mengasahnya, tapi Han Sen tetap menyukai rasa kebebasan seperti ini.
Selama tidur di malam hari, Paopao berubah menjadi sosoknya di ranjang, sementara dia diam-diam kembali ke Alliance. Dengan memeluk Ling'er dan mencium pipi mungilnya, lalu memeluk Ji Yanran, Han Sen merasa tak ada kebahagiaan yang melebihi ini.
Tak ada lagi yang mengganggu Han Sen. Selama lebih dari sebulan berikutnya, hari-harinya dilalui dengan santai dan percaya diri, sampai hampir melupakan dua gembok Tianxin yang masih melekat di tubuhnya.
Hari-hari indah selalu berlalu cepat. Sekitar dua bulan setelah kembali dari Pulau Mimpi, Qian Yu datang ke Pulau Giok Kecil membawa kabar.
"Ruang Varietas Langka Dewa Kuno? Tempat apa itu?" Han Sen bertanya dengan bingung, tak mengerti kenapa Tuan Istana Surgawi menyuruhnya ke sana.
Qian Yu dengan wajah bermacam perasaan berkata: "Ruang Varietas Langka Dewa Kuno terletak di ambang Bidang Mutenya Bintang. Ini bukan wilayah eksklusif Istana Surgawi kami, tapi setiap kali ruang itu terbuka, Istana Surgawi selalu mendapat satu slot. Tak kusangka Tuan Istana akan memberikannya padamu."
"Apa keuntungannya?" Han Sen bertanya.
"Tentu ada keuntungannya, bahkan sangat besar. Tapi sekaligus juga sangat berbahaya. Sekalipun Pangeran tingkat atas bahkan Marquis, masuk ke Ruang Dewa Kuno belum tentu bisa memastikan keluar hidup-hidup," kata Qian Yu.
"Keuntungan apa?" Han Sen otomatis menyaring bagian tentang bahaya. Bukan karena tidak takut, tapi sejak Tuan Istana sudah memutuskan dia harus pergi, rasa takut pun tak berguna.
"Varietas langka di Ruang Dewa Kuno sangat unik dan berbahaya. Kondisi konkretnya saya juga tidak jelas, mengingat saya belum pernah masuk ke sana. Tapi dulu saya pernah dengar Shifu berkata, di sana kita tidak hanya harus waspada terhadap varietas langka itu, tapi juga terhadap anggota berbagai ras lain yang masuk..." Qian Yu menjelaskan secara garis besar informasi yang dia ketahui.
