"Long Shisan, ras naga." Perempuan naga itu menjawab sambil tersenyum.
“Long Shisan, nama yang bagus, tapi taruhan ini tidak adil.” Han Sen bicara santai, dia hanya ingin mengulur waktu saja.
Long Shisan jelas melihat pikiran Han Sen, tapi sengaja tidak menyinggungnya, tersenyum bahagia bertanya: “Di mana tidak adilnya?”
“Jika aku kalah, selain harus memimpin jalan juga kehilangan nyawa. Tapi jika menang hanya dapat satu nyawa. Bukankah ini tidak adil?” Han Sen tersenyum.
“Memang benar tidak adil. Lalu menurutmu bagaimana baru bisa adil?” Long Shisan tidak marah, bertanya dengan tenang.
“Jika aku menang, selama di dalam ruang Dewa Kuno ini, maukah kamu menjadi pengawalku untuk menjamin keamananku?” Han Sen menatap Long Shisan.
Long Shisan langsung tertawa: “Rencanamu memang licik! Dengan begitu bukankah aku yang dirugikan? Tapi tidak apa, aku setuju.”
“Mari kita sepakat.” Han Sen berkata dengan serius.
“Mari kita sepakat.” Long Shisan mengulurkan tangannya, sebuah Tombak Spiral hitam muncul di telapak tangannya.
"Saat ia menggenggam tombak panjang itu, Han Sen merasakan degup jantungnya berdesir. Long Shisan memberinya kesan yang sangat aneh. Di dalam aura Dongxuan, ternyata tak bisa menangkap aura-nya, apalagi melihat kekuatannya."
Long Shisan memegang Tombak Spiral, tapi tak segera menyerang. Ia menatap Han Sen dengan tenang: "Aku bukan Buddha Putra Tanpa Batas. Jika kau masih ingin menggunakan taktik Percakapan Kosong untuk meminjam tenaga lawan, mungkin kau salah strategi."
"Lalu apa yang harus kulakukan di sini?" tanya Han Sen sambil tersenyum.
Awalnya Han Sen hanya mengulur waktu dengan bicara sembarangan agar bisa beristirahat lebih lama. Tak disangka Long Shisan benar-benar menjawabnya.
"Tombak Penghancur Kejahatan bangsaku bisa menghancurkan segala mantra para dewa. Teknik meminjam tenaga mungkin berguna untuk ras lain, tapi mutlak tak berlaku bagi bangsa naga. Untuk mengalahkanku, hanya dengan kekuatan mutlak. Kuharap kau punya kemampuan itu," kata Long Shisan dengan tenang.
“Bisa memecahkan segala mantra para dewa, sungguh omong kosong yang besar.” kata Han Sen.
Long Shisan berkata dengan tenang: "Kalau tidak percaya, silahkan coba gunakan Percakapan Kosong itu, lihat apakah bisa meminjam tenagaku."
Begitu selesai bicara, Long Shisan langsung menusukkan tombak spiralnya ke arah Han Sen. Sinar tombak mengkristal membentuk garis tipis yang lebih halus dari ujung jarum.
Han Sen tidak mencoba. Tenaga yang terpusat seperti ini, meski tidak memiliki kekuatan pemecah mantra, tetap sulit untuk dipinjam.
Sepatu Kelinci Bergigi Patah di kakinya tiba-tiba melesat dengan kecepatan luar biasa, membuat Han Sen menghindar dari sinar tombak Long Shisan. Pedang Bulu Darah di tangannya sekaligus menyambar leher Long Shisan.
Mata Long Shisan berkerut. Seorang Pangeran seperti Han Sen, di bawah ikatan Ruang Dewa Kuno, ternyata bisa memiliki kecepatan seperti ini. Ini di luar perkiraannya.
Tapi itu hanya sedikit kejutan. Tombak panjang di tangan Long Shisan berputar. Tombak Spiral itu menghilang sejenak, dan saat muncul kembali, ujungnya hampir menusuk leher Han Sen.
Han Sen mengerutkan kening. Posturnya meliuk di udara membentuk lintasan aneh, nyaris tak berhasil menghindar dari tusukan Long Shisan. Pedang Bulu Darah di tangannya sekaligus menyambar.
Keduanya berkelebat cepat di atas batu. Hampir tak bisa dilihat pola gerakan mereka. Bertempur hampir satu menit, berpapasan berkali-kali tanpa satu pun benturan antara pedang dan tombak.
"Hah, jurus pedang apa itu? Gigi Pedang seharusnya tidak seperti ini," Marquis Harimau Putih bertanya dengan terkejut.
"Bukan Gigi Pedang. Itu Jurus Pedang Di Bawah Langit dari Istana Surgawi," sorot mata Sha Long berkilat.
"Jurus Pedang Di Bawah Langit? Kenapa tak pernah kudengar sebelumnya?" Marquis Harimau Putih bertanya lagi.
Sha Long menatap Han Sen sambil berkata: "Jurus Pedang Di Bawah Langit diciptakan oleh seorang Elder Istana Surgawi di era kuno. Hanya saja karena memiliki banyak kekurangan serius sejak awal penciptaannya, selama ini tidak pernah diajarkan kepada murid-murid Istana Surgawi. Kini tampaknya kelemahan jurus itu telah berhasil diperbaiki, tapi entah siapa yang merancang modifikasinya."
"Apa keistimewaan jurus pedang ini? Aku tidak melihat kehebatannya sama sekali." Marquis Harimau Putih kembali bertanya.
"Tidak diketahui pasti. Yang jelas jurus ini merupakan adaptasi dari Kitab Langit Tak Bertulisan sebagai dasarnya. Karena belum pernah benar-benar digunakan sebelumnya, daya hancurnya pun masih misterius. Konon, mereka yang belum mempelajari Kitab Langit Tak Bertulisan mustahil bisa melatih jurus ini. Sungguh di luar dugaan, Han Sen yang berasal dari ras lain ternyata berhasil menguasai Jurus Pedang Di Bawah Langit." Sha Long menjelaskan.
Han Sen mengandalkan kecepatan Sepatu Kelinci Bergigi Patah, barulah bisa bertarung dengan susah payah melawan Long Shisan. Entah apakah Tombak Poxie memiliki kekuatan untuk mematahkan segala mantra, tapi tenaga itu memang berada di luar jangkauannya saat ini. Hanya dengan naik ke level Marquis, mungkin baru dia memiliki modal untuk menghadapi secara frontal.
Long Shisan tidak serumit Gu Zhu. Segala sesuatu tentangnya sangat sederhana - teknik menembak yang sederhana, tenaga yang sederhana, hampir tanpa variasi rumit.
Tapi justru tenaga sederhana ini dipenuhi estetika kekerasan, memungkinkannya memanfaatkan tenaga tubuhnya secara sempurna hingga mencapai puncak ledakan kekuatan.
Andai bukan karena kecepatan Sepatu Kelinci Bergigi Patah, ditambah Long Shisan sendiri terikat oleh kekuatan ruang Dewa Kuno, mungkin Han Sen sudah tertusuk olehnya sejak lama.
“Long Shisan yang luar biasa, Jalan Sempit Bertemu Pemberani Menang. Dia telah membawa konsep 'keberanian' ke puncak kesempurnaan. Di bawah tombak panjangnya, tak ada yang tak terkalahkan. Mereka yang setingkat harus menghindari tajamnya serangannya, tak berani berhadap-hadapan langsung. Aku yang belum naik ke Marquis, memang masih kurang tingkat.” Han Sen bergumam dalam hati.
Yang lebih mengerikan, Long Shisan semakin bertarung semakin gigih. Entah apa penyebabnya, kecepatan dan tenaganya seolah terus meningkat, serangannya pun semakin dahsyat.
Meski menggunakan Sepatu Kelinci Bergigi Patah, Han Sen mulai kewalahan mengikuti kecepatannya.
“Membandingkan jurus tempur dengan Long Shisan, Han Sen terlalu naif. Komunitas Naga dijuluki Pemberani Terhebat Semesta. Tak ada yang setingkat mampu melawan frontal. Selain itu, tubuh naga semakin kuat dalam pertempuran. Semakin lama berlangsung, kekalahan Han Sen akan semakin memilukan.” Marquis Harimau Putih berkata.
Shalong mengernyitkan alis tanpa bicara, sepertinya merasakan ada yang tidak beres, tapi sejenak belum melihat di mana letak keanehannya.
Dalam pertempuran sengit itu, tubuh Han Sen tiba-tiba mundur menjauh dari Long Shisan. Long Shisan yang membawa tombak seolah naga menyambar, berusaha mengejarnya.
Tiba-tiba baju zirah di tubuhnya pecah beruntun, seolah menabrak sesuatu yang tak kasat mata, terkoyak satu demi satu sobekan.
Long Shisan menghentikan langkah, tidak melanjutkan serangan. Sorot matanya menyapu sekeliling, berkata dingin: "Kapan kau menanam energi pedang di ruang ini?"
"Setiap tebasan pertamaku mengkristal di udara. Dari tadi sampai sekarang, sudah terkumpul energi tak terlihat yang tak terhitung jumlahnya. Kau tak bisa melihatnya, tapi konsekuensi menabrak ini..." Han Sen tersenyum.
Jurus Pedang Di Bawah Langit yang dikombinasikan dengan teknik Ruh Bulan yang paling murni dan lembut, memungkinkan Han Sen menebar jutaan benang pedang yang menggumpal tak terurai di udara. Bagaikan tali boneka kayu yang digerakkan, lapisan-lapisan benang ini terjalin rapat di sekitar tubuh Long Shisan.
