Saat di Alliance, kemampuan berenang Han Sen sudah sangat baik. Beberapa bulan di Danau Mimpi semakin meningkatkan keahliannya. Sekalipun seluruh tubuhnya diikat, ia masih bisa bergerak lincah mengandalkan lidah.
Semua telah masuk ke kolam naga. Han Sen mengikuti dan menjadi orang pertama yang terjun ke dalam.
Long Shiwu mengajak Xiu Si untuk bersama-sama mengikuti Han Sen dan terjun ke kolam naga. Pelayan perempuan Long Ying juga ikut menyelam di belakang Long Shiwu.
Namun Han Sen tidak sengaja menampakkan kemampuan renangnya, malah berpura-pura menggunakan cahaya ilahi untuk memecah ombak saat berenang.
Kemampuan renang Long Shiwu dan Long Ying sangatlah tangguh. Di dalam air maupun di darat, mereka tak ada bedanya - pantas disebut komunitas naga.
Xiu Si juga cukup mahir berenang. Dengan santai ia mengikuti Long Shiwu tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Dalam hati Han Sen bergolak: "Long Shiwu dan Xiu Si kemungkinan berpangkat Marquis. Tapi kekuatan Long Ying lebih unggul, mungkin seorang adipati. Keturunan murni naga sudah pasti tangguh. Long Shiwu tak kalah dari Long Shisan. Xiu Si juga bukan lawan sepele. Apalagi Long Ying, pasti lebih merepotkan. Jika bertarung habis-habisan, peluang menang kita tipis."
Bagian luar Kolam Naga terlihat tidak terlalu besar, namun seperti mangkuk besar terbalik, semakin ke bawah semakin luas. Han Sen bisa melihat gerombolan Kura-kura Duri berenang menuju kedalaman kolam. Kura-kura Duri raksasa berlevel Adipati itu di bawah air pun tak terlihat terlalu besar.
Kolam Naga sangat dalam. Jarak pandang di dalam air terbatas, tak bisa melihat apa yang ada di bawah. Han Sen terpaksa mengikuti gerombolan kura-kura itu ke arah hilir.
Long Shiwu dan Xiu Si juga tak terburu-buru, tetap mengikuti di belakang Han Sen. Mereka masih bisa berbicara dengan leluasa di bawah air, hampir tanpa gangguan sama sekali.
Semakin dalam menyelam, lingkungan semakin gelap. Namun saat mencapai kedalaman 10.000 meter, tiba-tiba muncul cahaya redup di hadapan mereka, bagai sinar kecil di pintu keluar gua gelap gulita.
Han Sen sebenarnya juga belum pernah ke bawah, sama sekali tidak memahami wilayah ini, bergumam dalam hati: "Apakah di dasar Kolam Naga ada saluran ruang yang menuju tempat lain? Apakah ini menuju Ruang Dewa Kuno?"
Dengan cepat Han Sen menemukan hipotesisnya salah. Cahaya di bawah bukanlah pintu keluar atau saluran. Seiring mereka semakin menyelam, cahaya tersebut semakin jelas. Melewati siluet kura-kura duri, mulai terlihat di dasar kolam terdapat sekumpulan istana bawah laut yang sangat besar.
Istana-istana itu tidak diketahui ditempa dari material apa. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya biru kehijauan, menerangi dasar air terang benderang, bagaikan dunia dongeng yang lebih ajaib daripada mimpi.
Namun banyak dari istana bak dongeng itu yang sudah ambruk. Reruntuhan memenuhi segala penjuru. Kura-kura duri telah mempercepat renangnya menuju reruntuhan istana.
Han Sen memandang sekeliling, tidak menemukan varietas langka yang disebut Naga Dewa itu, justru merasa lebih tenang. Bersama kawanan kura-kura berduri, mereka terus menyelinap ke arah kumpulan istana megah.
Saat jarak semakin dekat dengan kompleks istana, barulah Han Sen menyadari betapa besarnya bangunan-bangunan itu. Satu pilar batu biasa saja tingginya mencapai puluhan meter.
Beberapa meja dan kursi batu juga berukuran luar biasa besar. Sebuah piringan bisa menampung beberapa manusia dewasa sekaligus. Jelas peradaban bawah air ini bukan milik manusia atau komunitas naga.
Postur tubuh bangsa naga tidak jauh berbeda dengan manusia. Mustahil mereka membuat reruntuhan sebesar ini - bagi mereka, struktur seperti itu sama sekali tidak praktis.
"Tempat apa istana-istana itu?" tanya Long Shiwu dari belakang Han Sen.
Han Sen menggelengkan kepala, berpura-pura tidak mahir berenang. Setelah menggunakan cahaya ilahi untuk membelah air, barulah ia berkata: "Aku juga tidak tahu. Seperti sudah kukatakan sebelumnya, aku tidak sengaja dibawa Naga Dewa ke sini. Aku tidak familiar dengan tempat ini. Kalau tidak percaya, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."
Long Shiwu tidak bertanya lagi. Alasan dia memaksa Han Sen turun bukan sepenuhnya untuk diandalkan sebagai pemandu, melainkan karena asal-usul Han Sen terlalu mencurigakan. Dia tidak bisa membiarkan Han Sen tanpa pengawasan. Dengan menjaga Han Sen selalu dalam pantauan penglihatannya, ini tentu tindakan paling aman.
Xiu Si saat itu mengamati sekumpulan istana megah itu dan berkata: "Yang Mulia Kelima Belas, legenda mengatakan Laut Guixu awalnya adalah ruang varietas langka milik ras dewa laut. Entah apakah kabar ini benar?"
Long Shiwu berkata dengan datar: "Saat komunitas naga kami mendominasi Laut Guixu, tidak pernah ada ras dewa laut yang terlihat. Kebenaran legenda itu juga tidak kami ketahui. Sebelumnya tidak pernah ditemukan reruntuhan peradaban dewa laut. Mengingat wawasan Yang Mulia Xiu Si yang luas, bisakah Anda mengenali apakah istana-istana ini memiliki hubungan dengan ras dewa laut?"
tersenyum: "Ras dewa laut adalah klan atas yang legendaris. Karena kehancurannya terlalu dini, tidak ada yang pernah benar-benar melihat ras ini. Kami hanya menemukan beberapa reruntuhan dan catatan terpisah-pisah tentang ras dewa laut di berbagai tempat. Namun skala reruntuhan itu sangat kecil, jauh tidak bisa disamakan dengan di sini. Tapi melihat gaya arsitektur di sini, sepertinya agak mirip dengan bangunan ras dewa laut. Apakah benar atau tidak, pengetahuan saya terbatas sehingga sulit dipastikan."
Saat mereka berbicara, sekelompok kura-kura duri di depan telah berenang masuk ke dalam kompleks istana. Target mereka sangat jelas - tanpa berkeliaran di antara istana dan reruntuhan, mereka langsung menuju ke sebuah reruntuhan di kompleks istana.
Banyak kura-kura duri mengelilingi reruntuhan sebesar gunung kecil itu dan berhenti. Mereka mengapung di dalam air hingga kura-kura raksasa membawa Raja Kura-kura Duri mendekati reruntuhan. Begitu sang raja menjerit, sekelompok kura-kura itu langsung menyerbu reruntuhan, menggali potongan demi potongan batu puing yang tersisa.
Batu-batu yang memancarkan cahaya biru itu tidak diketahui terbuat dari apa, terlihat sangat keras. Bahkan kura-kura duri Level Adipati pun tidak mampu menghancurkannya, hanya bisa menarik dan memindahkannya.
Kura-kura duri berbagai ukuran sibuk tak henti, membawa pergi reruntuhan batu itu satu per satu.
Han Sen dan tiga rekannya berhenti di area pinggir, menyaksikan kura-kura duri menggali reruntuhan. Tak satu pun dari mereka berniat menyerang sekarang.
Jumlah kura-kura duri yang banyak, ditambah kura-kura raksasa Level Adipati dengan gaya yang tak terbatas, dengan cepat menggali gunung kecil reruntuhan itu. Perlahan-lahan sesuatu mulai terlihat dari dalam reruntuhan.
Dengan semakin banyak reruntuhan batu yang digali dan dipindahkan, Han Sen dan rombongannya akhirnya melihat jelas apa benda itu sebenarnya.
Di bawah reruntuhan seperti gunung kecil, ternyata terdapat patung kura-kura laut. Namun patung itu terlihat aneh—berdiri tegak dengan baju zirah yang tidak biasa, memakai helm bundar di kepala, dan kedua cakar depannya menggenggam palu batu raksasa.
Patung setinggi belasan meter ini memancarkan aura keanggunan legendaris yang tak dimiliki kura-kura biasa, terutama dua palu batu segi delapan raksasanya yang membuat decak kagum.
Saat Han Sen mengamati patung itu, semua kura-kura berduri tiba-tiba berhenti bergerak. Dengan jeritan Raja Kura-kura Duri, mereka merangkak di dasar air seolah menyembah patung tersebut.
Sang Raja Kura-kura Duri turun dari atas kepala kura-kura raksasa, berenang mendekati patung batu misterius itu.
“Mungkinkah kura-kura duri itu punya hubungan emosional dengan patung kura-kura batu? Apakah mereka memiliki ikatan darah dengannya?” Long Ying bertanya dengan terkejut.
“Tidak mustahil,” jawab Xiu Si sambil matanya terus menatap Patung Kura-kura Batu dan Raja Kura-kura Duri.
Saat Long Ying hendak membantah, sang Raja Kura-kura Duri telah berenang menghadap Patung Kura-kura Batu. Tubuh hitam bak permata seukuran piring itu mendarat di helm patung.
