“Apa yang kau lakukan padaku?” Buyu tidak panik, hanya menatap Han Sen dan bertanya.
"Tidak ada yang istimewa, hanya jaminan kecil agar kita bisa bekerja sama dengan gembira." Han Sen tersenyum.
"Kita tak memiliki permusuhan. Saat kau dikejar-kejar Long Shiwu dan Long Ying sebelumnya, aku pun tidak menyerangmu. Mengapa kau malah mempersulitku?" Buyu berkata dengan tenang.
"Aku juga tidak mempersulitmu, hanya ingin bekerja sama. Asal kau mau membawaku keluar dari Laut Guixu, segera akan kuhilangkan benda kecil di tubuhmu itu." Han Sen tersenyum tipis.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan padaku?" Buyu bertanya lagi.
Han Sen tersenyum tanpa bicara. Beberapa efek justru lebih kuat ketika tidak diungkapkan - ketakutan akan ketidaktahuan memang dimiliki setiap ras.
"Kalau kau tak bisa menjelaskan, berarti sebenarnya kau tidak punya modal untuk bekerja sama denganku?" Buyu menatap Han Sen sambil berbicara perlahan-lahan.
"Bagaimana jika kukatakan bahwa nyawamu sudah ada di tanganku? Percayakah kau?" Han Sen tersenyum bahagia.
“Tentu tidak percaya.” Buyu berkata dengan tegas.
“Jadi aku sama sekali tidak perlu mengatakan apa-apa. Jika ingin keluar hidup-hidup, aku tidak bisa membunuhmu, bahkan tidak boleh melukaimu. Secara alami, aku tidak bisa menjamin apapun. Tapi kau bisa mempertaruhkan nyawamu - lihatlah apakah kau akan mati setelah strategiku terbongkar.” Han Sen berkata.
“Kau pikir aku tidak berani?” Sepasang mata indah Buyu mengawasi Han Sen dengan dingin.
Han Sen hanya tersenyum lembut, tatapannya beradu dengan mata indah Buyu dalam keheningan.
Tiba-tiba, bunyi bel pintu terdengar dari luar, disusul suara gadis remaja: “Kakak Buyu, apa kakak sedang istirahat? Kakak Lima Belas datang dan ingin bertemu.”
“Sebentar.” Mata Buyu masih tertancap pada Han Sen. Ia menjawab sambil melangkah perlahan ke arah pintu.
Han Sen tidak menghentikannya. Tubuhnya menyatu kembali dengan Banteng Batu, berubah menjadi wujud Banteng Batu Terdemonisasi.
Buyu melihat Han Sen tidak menghalanginya, seolah punya andalan. Hatinya sedikit ciut, tapi segera kembali ke ekspresi biasa. Ia membuka pintu dan melihat Long Shiwu berdiri di luar.
"Di mana Yang Mulia ke-15?" tanya Buyu sambil tersenyum.
"Kakak Lima Belas ada di ruang kontrol. Ada sedikit urusan, jadi repot-repot Kakak datang ke sana," jawab Long Shiwu dengan malu.
"Baik." Buyu mengangguk, lalu berbalik menutup pintu perlahan. Matanya tetap menatap banteng batu Han Sen di dalam kamar.
Hingga pintu tertutup, Han Sen tak menunjukkan reaksi khusus. Ia tetap tiarap tidur, membuat Buyu tidak tahan lagi mengerutkan keningnya.
Jika Han Sen bertingkah aneh, artinya dia cemas dan tidak percaya diri.
Tapi sekarang Han Sen sama sekali tidak bereaksi atas kepergiannya, juga tidak berniat mengikuti. Ini membuktikan keyakinan mutlaknya pada taktik yang digunakan, tak takut dikhianati.
Buyu terus memeriksa raganya sendiri, namun setelah tenaga itu mengalir masuk ke dalam jantungnya, tidak ada sensasi yang tersisa. Raga terasa seolah-olah sama sekali tidak terjadi apa-apa.
Bagi Buyu sekarang ada dua kemungkinan: Han Sen sedang menakut-nakutinya, atau taktik yang digunakan Han Sen memang terlalu hebat sehingga tidak bisa dideteksi.
Buyu tidak bisa menilai dengan pasti situasi mana yang sebenarnya terjadi, membuatnya merasa sedikit khawatir.
Han Sen yang tetap berada di dalam ruangan Buyu sebenarnya juga cemas. Karena Darah Kristal telah menyatu ke dalam darahnya, seberapa kuat efek yang akan dihasilkan, bahkan Han Sen sendiri tidak begitu paham.
Tapi saat ini yang bisa dilakukannya hanyalah bertahan di sini. Jika menunjukkan secuil kecemasan atau keraguan, justru akan memicu keraguan Buyu terhadap metodenya - situasi yang paling tidak menguntungkan baginya.
"Sekarang hanya bisa mempertaruhkan, bertaruh bahwa Buyu tidak bisa membersihkan setetes Darah kristal yang telah menyatu ke dalam darahnya." Han Sen menunggu Buyu kembali sambil merenungkan apa yang harus dilakukan jika Buyu malah menjualnya.
Waktu sedetik pun berlalu, Han Sen telah menunggu lebih dari dua jam di dalam ruangan. Akhirnya terdengar suara kres pintu terbuka. Han Sen tidak melihat, tetap berbaring di tempat tidur, tapi aura Dongxuan-nya telah menyaksikan Buyu kembali sendirian ke kamar.
"Bagus, kamu menang. Bicaralah, bagaimana cara kerja samanya." Buyu dengan gerakan anggun menghampiri ranjang, duduk di tepinya sambil tersenyum memandang Han Sen.
"Sederhana saja. Bawa aku keluar dari Laut Guixu. Setelah di luar, segera akan kubatalkan larangan padamu." Han Sen berhenti sejenak, lalu melanjutkan: "Untuk informasi, kemampuan transformasi Banteng Batuku paling lama hanya bisa bertahan dua hari. Jadi kau harus memindahkanku keluar dalam dua hari ini. Kalau tidak, terpaksa aku akan membopongmu bersama ke neraka."
"Transaksi seperti ini tidak adil, bukan? Bagaimana aku tahu apakah kamu benar-benar akan membatalkan blokir di tubuhku setelah keluar?" kata Buyu perlahan-lahan.
"Bukankah aku juga dikendalikan olehmu?" Han Sen menunjuk cincin aura di lehernya.
"Taktik kecil seperti itu mana bisa menghentikanmu Han Sen? Bahkan Sharon saja kamu bunuh, apalagi sekadar aura kecil-kecilan ini," ujar Buyu sembari bersantai.
"Jika kamu tidak percaya, kamu boleh menaruh blokir di tubuhku juga. Setelah keluar kita saling membatalkan. Tapi menurutku ini tidak perlu. Seperti katamu, kita tak punya permusuhan, bahkan kamu sudah menyelamatkan nyawaku. Tak ada alasan bagiku untuk berselisih dengan ras Gana lagi." Han Sen menjawab.
"Baik, taruhlah satu jenis blokir padaku. Setelah meninggalkan Laut Guixu kita saling membatalkan." Buyu menyetujui.
"Boleh, tapi kamu harus membatalkan aura ini dulu. Satu jenis masing-masing baru adil." tegas Han Sen.
Dengan gerakan tangan halus Buyu, aura di leher Han Sen berubah menjadi pecahan cahaya yang menghilang. Sambil memutar tubuhnya yang seperti ular, Buyu perlahan mendekati sisi Han Sen.
Han Sen tidak menghindar. Taktik apapun dari Buyu tidak penting baginya. Segala bentuk blokir akan hilang setelah transformasinya menjadi tubuh Super God nanti.
Melihat Han Sen berdiri dengan percaya diri tanpa sedikitpun niat mengalihkan perhatian, Buyu menghela nafas dalam hati: "Dengan keyakinan sebesar ini, pasti sudah dipasang blokir maha dahsyat padaku."
Setelah ragu sejenak, Buyu tersenyum bahagia sambil mengulurkan tangan halusnya menyentuh wajah Han Sen yang telah kembali ke bentuk manusia, lalu bergerak naik perlahan.
Tangan putih lembut nan halus itu menggenggam dagu Han Sen. Tekanan lembut membuat kepala Han Sen terangkat, menampilkan seluruh lehernya.
“Kulit yang begitu indah, bahkan aku pun merasa sedikit iri.” Nafas Buyu harum bagai anggrek, suaranya seakan memiliki magnetisme. Bibir merahnya perlahan mendekati leher Han Sen.
Bibir hangat itu hampir menyentuh leher Han Sen, tiba-tiba terbuka memperlihatkan deretan gigi putih. Dua taringnya yang mirip bisa ular berbisa itu mencuat tajam, memancarkan kilau aneh, lalu menggigit leher Han Sen.
Han Sen tetap tidak menghindar, hanya berdiam tenang seolah tak terjadi apa-apa.
Buyu mengangkat kepalanya perlahan, mundur selangkah. Di leher Han Sen kini terlihat dua baris bekas gigitan, dengan dua lubang permata yang sangat mencolok.
"Bagus, sekarang kita bisa bicara soal kerja sama." Buyu menjulurkan lidah merah mudanya menjilat darah di sudut bibir, tersenyum bahagia pada Han Sen.
