Tekanan tak kasat mata menyelimuti langit dan bumi, membuat Han Sen mengerutkan kening halus. Varietas langka dan bangsawan yang seperti air pasang itu ternyata tidak menyerbu lagi, hanya mengepungnya di sekeliling.
Mengangkat kepala perlahan, terlihat sebuah kereta tembaga yang ditarik oleh sepuluh makhluk aneh mirip burung tapi bukan burung, mirip binatang tapi bukan binatang melayang di udara. Aura mengerikan itu memang berasal dari kesepuluh monster tersebut.
Han Sen diam-diam merasa situasi tidak beres. Kesepuluh monster penarik kereta itu saja aura mereka sudah jauh melebihi adipati komunitas naga, sangat mungkin merupakan makhluk level Raja. Maka sosok di dalam kereta tembaga itu mungkin lebih menakutkan lagi.
Sebelumnya Han Sen tidak terlalu memahami komunitas naga. Nama Long Yi (Naga Satu) juga dia ketahui dari mulut Long Shijiu (Naga Sembilan Belas) dan Buyu. Konon dia adalah pemimpin generasi muda sepuluh ribu naga. Han Sen mengira usianya masih muda, paling-paling hanya berpangkat adipati.
Tapi Han Sen melupakan satu hal: definisi "muda" bagi ras naga dan manusia itu berbeda.
Dulu manusia hanya disebut muda sebelum usia 30 tahun. Setelah penemuan tempat perlindungan dan pertumbuhan usia harapan hidup, definisi muda semakin bergeser ke usia yang lebih tua.
Komunitas naga memiliki umur alami yang panjang. Istilah "generasi muda" mereka kemungkinan merujuk pada anggota yang telah berusia ratusan tahun, sama sekali berbeda dengan konsep "muda" yang dibayangkan Han Sen.
Tirai kendaraan terbuka, terlihat sosok naga berbaju zirah hitam dan bermahkota gelap duduk di dalam kereta tembaga. Meski tidak terdeteksi aura-nya, Han Sen bisa menebak dari sikapnya yang agung—tidak diragukan lagi itu adalah Sang Penguasa komunitas naga.
Di dalam kereta tembaga bersama Raja Naga Bermahkota Hitam, terdapat dua anggota komunitas naga (satu laki-laki dan satu perempuan). Meski level mereka belum mencapai kelas raja, aura bahaya yang terpancar membuat Han Sen merinding.
Long Shiwu dan Long Shijiu maju serempak menghadap sang raja. Dengan tunduk hormat mereka berkata: "Long Shiwu dan Long Shijiu menghadap Kakak, Ketujuh, dan Kesembilan."
"Ternyata benar sang raja adalah Long Yi," gumam Han Sen sambil otaknya bekerja keras mencari strategi bagaimana bertahan hidup di hadapan penguasa naga ini.
"Kamu adalah Han Sen, murid Sang Ratu Pisau Tajam?" Long Yi duduk di dalam kereta tembaga, melirik Han Sen sambil bertanya.
"Bagus." Han Sen menjawab.
Tanpa pertanyaan lanjutan, Long Yi berpaling ke pria naga yang duduk di samping: "Si Tua Sembilan, habisi dia. Jangan sampai komunitas naga dicemooh karena membutuhkan upaya besar hanya untuk menangkap seorang Marquis."
"Siap, Kakak." Naga muda itu turun dari kereta tembaga, melangkah pasti menuju Han Sen.
Dari kejauhan, Buyu menyaksikan naga muda mendekati Han Sen dengan ekspresi penuh keanehan.
"Sembilan Putra Gerbang Naga berbeda jauh dengan keturunan naga biasa. Setiap dari mereka memiliki kekuatan mengerikan, apalagi dengan kehadiran langsung Long Yi. Han Sen mungkin tidak akan bisa lolos dari kesulitan ini hari ini. Tapi... dia meninggalkan sesuatu di tubuhku. Jika tidak bisa kurahasikan, ini akan jadi masalah besar." Buyu diam-diam cemas dalam hati.
Han Sen melihat Long Jiu memegang tombak naga mendekat langkah demi langkah. Meski tidak terlihat aura yang meledak darinya, Han Sen merasakan getaran bahaya sangat mengerikan. Intuisinya mengatakan ancaman Long Jiu tidak kalah dari Sharon.
"Apa semua komunitas naga cabang begini?" Han Sen diam-diam menggerutu dalam hati. Tapi yang dikhawatirkannya bukan Long Jiu, melainkan Long Yi.
Di sini sekalipun dia mengalahkan Long Jiu, itu takkan menyelesaikan masalah. Keberadaan Sang Penguasa Long Yi membuat hampir mustahil baginya membunuh keluar.
"Haruskah berteleportasi kembali ke perlindungan?" Han Sen benar-benar tak ingin mengambil langkah terakhir ini.
"Long Jiu dari komunitas naga." Pemuda naga itu turun di hadapan Han Sen dengan rompi anti peluru dan tombak merah darah, mirip sekali dengan penampilan Han Sen yang serba merah.
Dari kejauhan, mereka terlihat seperti dua naga yang saling berhadapan.
"Han Sen." Dia hanya menyebutkan satu nama dengan sederhana.
Long Jiu juga tidak banyak bicara lagi, tombak naga berwarna darah di tangannya langsung menusukkan serangan ganas ke arah Han Sen. Teknik tombaknya sama dengan Long Shisan dan Long Shiwu, namun di tangan Long Jiu, teknik yang sama ini menciptakan sensasi mengerikan seolah mampu menembus langit dan menembus zaman.
Membuat Han Sen merasa bahwa bagaimanapun dia menghindar, bahkan jika berbaring di masa lalu maupun masa depan, takkan bisa lolos dari tusukan tombak ini.
Sorot matanya tajam, Pedang Bulu Darah di tangannya menyambar seperti benang tipis. Saat benang pedang dan sinar tombak bertabrakan, benang pedang Han Sen ternyata langsung diputuskan sinar tombak. Sinar tombak yang kekuatannya membeku ribuan kali lebih padat dari ujung jarum itu terus melesat tanpa henti menembus ke arah Han Sen.
Dang!
Bilah Pedang Bulu Darah menghantam sinar tombak. Sinar tombak yang terkristalisasi hingga puncak ini ternyata tidak hancur, malah berotasi seperti bor listrik. Gesekannya dengan bilah pedang menciptakan kilatan listrik dan percikan api, hampir membuat Han Sen tak bisa memegang pedangnya. Tubuhnya terhempas mundur tak henti oleh kekuatan guncangan.
Han Sen melancarkan tiga tebasan di udara sebelum akhirnya berhasil memecahkan sinar tombak itu dengan gemilang.
Dengan gaya pemecah kejahatan yang sama, dan sama-sama berada di level Marquis, tingkat kristalisasi gaya Long Jiu puluhan kali lebih kuat daripada Long Shisan. Benar-benar setitik kilau dingin yang membelah segala kejahatan.
Tenaga Han Sen tak kalah dari Long Jiu. Tapi gaya tombak Long Jiu terlalu terpusat. Seperti jarum besi kecil yang menembus gumpalan tanah besar - sebesar apapun volume tanahnya, titik tekan hanyalah satu. Fondasi pertahanan sama sekali tak mampu menahan sinar tombak Long Jiu.
Kombinasi energi pedang Di Bawah Langit dengan Moon's Essence, meski sudah cukup terpadatkan, tetap masih jauh kalah dibandingkan sinar tombak Long Jiu.
Komunitas naga memang ahli dalam memadatkan dan memampatkan tenaga, berkonfrontasi frontal dengan mereka sama saja mencari kekejaman.
Han Sen mengamati gaya tombak Long Jiu melalui aura Dongxuan, menemukan rantai keteraturan penyusun gaya tombaknya yang mirip lempeng baja sarang lebah terkompresi rapat, partikel-partikelnya tersusun dalam struktur sarang lebah segi enam yang mengerikan dengan celah hampir tak terlihat.
Baru saja Han Sen berhasil menahan sinar tombak pertama, sinar tombak kedua Long Jiu sudah menyusul. Sebelum serangan kedua mencapai tubuhnya, sinar tombak ketiga sudah meluncur.
Sinar-sinar tombak yang terkompresi sempurna itu datang sambung-menyambung, sama sekali tidak memberi jeda untuk mengatur ulang formasi.
Han Sen menggeser langkah kakinya, berulang kali menghindar dari sinar tombak Long Jiu. Kecuali dia bisa memampatkan tenaga hingga setara tingkat kompresi Long Jiu, menghadapi frontal hanya akan merugikannya.
Sinar-sinar tombak yang berhasil dihindari Han Sen tiba-tiba meledak layaknya bom. Tenaga yang sudah termampatkan hingga titik puncak itu menghasilkan ledakan yang lebih mengerikan daripada serangan penuh tenaga level Marquis.
Han Sen sudah terlambat untuk melawan. Sayap naganya bergetar, langsung menghilang bagai teleportasi. Saat muncul kembali, dia sudah berada tiga ratus meter jauhnya, lolos dari radius ledakan.
Long Jiu tetap tenang, terus menusukkan tombaknya. Sinar tombak yang termampatkan meledak begitu gagal mengenai target, memaksa Han Sen terus-menerus mundur dan menghindar. Untuk sementara, posisinya tertinggal dalam pertarungan.
Para bangsawan komunitas naga dan varietas langka yang menonton bersorak-sorai gegap gempita, bahkan meneriakkan nama Long Jiu. Sorakan itu mengguncang langit, suaranya saja sudah cukup membuat manusia dengan kehendak lemah diliputi ketakutan.
Dang!
Pedang Bulu Darah Han Sen kembali menghantam sinar tombak yang berputar bagai naga beracun. Sinar itu terus mendesak maju sambil memaksa tubuh Han Sen mundur tak henti, kedua kakinya menggores dua parit dalam di tanah.
