Han Xiaohua dan Harimau Putih terus berpindah-pindah dalam duel yang sulit diprediksi, muncul dan menghilang bagai siluman. Tiba-tiba Han Xiaohua berhenti bergerak, berdiri kaku dengan kedua telapak tangan menyatu.
"Kesempatan emas!" raung Harimau Putih sambil melesat ke belakang Han Xiaohua. Cakar berkilauan putihnya yang lebih tajam dari pedang surgawi menyambar kepala pemuda itu.
Tubuh Han Xiaohua tetap tak bergeming. Hanya jemarinya yang berputar membentuk formasi aneh. Tiba-tiba udara di sekelilingnya mulai berdistorsi.
Harimau Putih yang tadinya menerjang ganas kini bergerak seperti adegan slow motion, mendekati Han Xiaohua seolah tertahan gaya tak kasat mata.
Dan Han Xiaohua berbalik, terus menunjukkan kecepatan kilat yang luar biasa. Tinju mungilnya menghantam keras perut harimau putih yang sedang dalam slow motion. Sang harimau sama sekali tak punya kesempatan untuk bereaksi, bahkan jurus tempur sekejap pun tak sempat digunakan, hanya bisa menonton tinju Xiaohua menghantam perutnya.
Dor!
Wajah harimau putih berdistorsi, bola matanya menonjol keluar. Mulutnya ternganga memuntahkan darah sementara tubuhnya melengkung dan terbang ke belakang.
Tapi segala sesuatu ini ternyata masih berlangsung dalam slow motion, memungkinkan seluruh makhluk hidup melihat dengan jelas setiap ekspresi terkecil dan aksinya. Sensasinya sangat mengerikan.
Xiaohua melesat bagai kilat, berhasil mengejar harimau putih dalam slow motion. Tinju demi tinju kilat melesat, menghajar hingga wajah harimau itu terus berubah bentuk. Tapi gerakannya begitu lambat menyedihkan, terlihat menggelikan sekaligus membuat merinding.
"Tenaga Tanah Suci... Dia... Dia ternyata berhasil menguasai tubuh suci... Bagaimana mungkin... Tanah Suci benar-benar memiliki penerus warisan..." Sang tua berkepala anjing panik, tongkat kerajaan di tangannya hampir terjatuh.
Di berbagai penjuru alam semesta, satu per satu petarung kuat yang namanya sanggup membuat langit berbintang gemetar, kini justru tubuh mereka gemetar ketakutan dengan wajah berubah pucat.
"Tanah Suci... Benar-benar Tanah Suci... Bagaimana mungkin... Tubuh suci seharusnya tidak bisa diwariskan lagi... Kenapa ini bisa terjadi..."
Beberapa petarung kuat tidak tahan lagi berteriak histeris. Meski kekuatan seperti yang dimiliki Xiao Hua masih belum berarti bagi mereka, makna tersirat dari kekuatan semacam itu justru membuat mereka kehilangan akal.
"Haha, Tanah Suci ternyata benar-benar masih memiliki penerus warisan, kekuatan Tanah Suci masih ada yang bisa menggunakannya, sungguh menarik! Para orang tua itu mungkin sekarang ketakutan sampai hampir mengompol ya? Tanah Suci masih ada, utang mereka pasti akan dibayar, sanggupkah mereka melunasinya?" Di ujung lautan, seorang pria memandangi Han Xiaohua yang sedang bertarung sambil mendongak ke langit tertawa histeris, hampir meneteskan air mata.
Dor!
Harimau putih jatuh ke tanah, babak belur tak mampu bangkit lagi.
"Hei... hentikan... aku menyerah..." Harimau putih berteriak. Ia ingin mencabik-cabik kertas namanya, namun mendapati gerakan cakarnya terlalu lambat. Sebelum sempat merobek kertas itu, mungkin sudah dihajar mati oleh Han Xiaohua.
Han Xiaohua mendengar ucapan harimau putih, akhirnya menghentikan tinjunya. Ia berdiri di sana mengawasi harimau putih itu.
Ruang di sekitar harimau putih juga kembali normal, dari status terbang lambat yang terus dipukuli tiba-tiba pulih seperti semula, raganya terlempar seperti proyektil.
Boom!
Sebuah gunung besar tertubruk hingga membentuk gua dalam. Harimau putih merangkak keluar dengan susah payah, melototi Xiaohua sambil berteriak marah: "Jangan sok jago! Aku baru lahir belasan tahun, masih fase bayi. Nanti setelah tumbuh dewasa, kupukuli kau sampai ibumu sendiri tak mengenalimu!"
"Belasan tahun? Tua sekali! Aku baru enam tahun." Han Xiaohua berkedip-kedip sambil berkata.
Plung! Harimau putih limbung hampir terjatuh ke tanah.
Seluruh ras di alam semesta mendengar ucapan ini dan ngeri di hati. Jika yang dikatakan Han Xiaohua benar, sungguh mengerikan - seorang Viscount yang baru lahir enam tahun sudah tak terkalahkan di seluruh ras. Bakat macam apa yang begitu menakutkan ini?
Sementara para petarung kuat kolot mendengar ini, tubuh mereka gemetar ketakutan, benar-benar hampir mengompol.
"Tumbuh selama enam tahun dan menguasai kekuatan Tanah Suci, makhluk seperti ini jika dibiarkan berkembang, mungkin akan menjadi lebih mengerikan dibanding penguasa Tanah Suci sebelumnya."
Di dalam wilayah Da Dao Tian, Haier tiba di depan kastil aneh. Ia mengetuk-ngetuk pintu besar yang mirip batuan sambil berkata: "Kakak Kun, apakah kamu di sini?"
"Nona Besar Haier, kenapa kamu ada waktu datang ke tempatku? Bukankah kamu paling tidak menyukai sini, bilang tempat ini sangat kotor dan jelek?" Pintu batu terbuka, seorang wanita keluar.
Penampilan wanita itu sangat aneh. Sekilas terlihat seperti manusia yang mengenakan baju zirah, tapi setelah diperhatikan lebih dalam, cangkang-cangkang di tubuhnya ternyata benar-benar tumbuh menyatu dengan raganya.
Hanya dagu dan mulutnya yang mirip manusia. Bagian atas wajahnya tertutup cangkang seperti pelindung, sepasang matanya berbentuk majemuk layaknya serangga, mendominasi hampir separuh wajah.
Di punggungnya tumbuh sepasang sayap serangga yang terlihat sangat mengerikan.
Haier mencibirkan bibir berkata: "Kalau bukan karena ada urusan, siapa yang mau datang ke wilayah sialanmu ini."
"Ada keperluan apa Nona Besar mencari saya?" Kakak Kun bertanya sambil tersenyum.
"Lawanmu di pertandingan berikutnya adalah koin emas itu, kan?" Haier memicingkan matanya.
"Ya," Kakak Kun mengangguk pelan.
"Bagus. Apapun metodenya, kau harus mengalahkannya. Lebih baik bisa membunuhnya. Bisakah kau lakukan?" Haier bertanya dengan gigitan gigi.
Kakak Kun tersenyum tipis: "Meski koin emas itu memang kuat dan Teknik Koin Emas-nya luar biasa, bahkan Naga Delapan pun bukan lawannya, tapi kemampuanku cukup untuk menahan dirinya. Mengalahkannya tidak sulit."
Dengan nada bicara yang berubah, Kakak Kun mengawasi Haier: "Tapi kenapa Nona Besar ingin membunuhnya?"
"Itu bukan urusanmu. Kerjakan saja tugasmu. Setelah pekerjaan selesai, aku tidak akan mengecewakanmu." Jawab Haier.
"Dengan ucapan Nona Besar Haier ini, koin emas itu 'mati sudah'." Kakak Kun berkata penuh percaya diri.
"Bagus." Haier mengangguk puas, teringat anggota koin emas itu membuatnya kembali gemetaran menahan amarah.
Han Sen saat ini juga sedang melihat lawan berikutnya. Nama "Kun" asing baginya, namun tiga kata "Da Dao Tian" di belakangnya justru sangat familiar.
"Anggota Da Dao Tian yang ikut Pertempuran Peringkat Gen sepertinya tidak banyak. Entah bagaimana kekuatan Kun ini?" Sambil berselancar, Han Sen menemukan data yang minim tentang Kun.
Kecuali beberapa Ketua Gerombolan Perampok, anggota Da Dao Tian pada umumnya tidak terkenal. Kun hanyalah salah satunya.
"Sayang Haier tidak ikut bertempur. Kalau tidak, mungkin bisa kucari untung dari gadis pengantar harta karun itu." Melihat tulisan Da Dao Tian, Han Sen teringat Haier dan harta karun yang terus bermunculan di tubuhnya.
“Hachoo!” Haier yang sedang dalam perjalanan pulang tiba-tiba menggemetarkan badan, bersin tanpa alasan yang jelas.
"Kenapa aku merasa agak tidak nyaman? Apa karena kebanyakan begadang belakangan ini?" gumam Haier sambil mengusap-usap hidungnya.
