Pertempuran Geni Zhongsheng Pu putaran baru dimulai. Saat Han Sen terteleportasi masuk, ia mendapati dirinya berada di tengah hutan dengan pepohonan purba yang menjulang tinggi.
Di seluruh penjuru alam semesta, berbagai ras makhluk menyaksikan pertempuran Han Sen kali ini. Tingkat perhatian multiras terhadap Koin Emas bahkan melebihi beberapa pertarungan level Raja.
"Kali ini lawan Koin Emas adalah Kun dari Da Dao Tian. Organisasi itu selalu misterius dengan anggota-anggota jagoan berkemampuan mengerikan. Semoga anggota bernama Kun ini bisa memberikan masalah bagi Koin Emas, setidaknya memaksanya menggunakan Teknik Koin Emas lagi agar kita bisa mempelajarinya lebih detail," kata Raja Jinghai dari ras Buddha kepada Raja Luosa di sisinya.
Raja Jinghai dan Raja Luosa yang ditugaskan untuk mempelajari Teknik Koin Emas Han Sen, meski tidak terlalu tertarik dengan pertempuran level Marquis, tetap mengikuti semua pertandingan Han Sen.
Raja Luosa mengangguk pelan: "Meski Han Sen kuat, petarung dari Da Dao Tian juga bukan pihak lemah. Mungkin dari pertandingan ini kita bisa melihat sesuatu. Kalaupun tidak, saat nanti dia berhadapan dengan Gu Zhu, pasti akan terlihat jelas."
Banyak petarung kuat dari berbagai ras seperti Raja Jinghai dan Raja Luosa yang mengamati Han Sen. Bahkan Institut Jalan Surgawi di Istana Surgawi mengorganisir tim peneliti untuk menganalisis Teknik Koin Emas melalui pertarungannya.
Mata Han Sen menyapu sekeliling hutan purba yang dipenuhi Pohon Kuno, tapi tak menemui jejak lawannya.
Mengerutkan kening, Han Sen langsung melesat ke udara mencoba mencari jejak lawan dari atas kanopi hutan.
Namun tubuhnya baru saja terbang ke udara, tiba-tiba dia melihat dari kanopi pohon yang lebat itu muncul gerombolan serangga. Mereka kecil seperti lalat, bergerak sangat cepat dan berjejal rapat bagai awan hitam pekat yang langsung menyelimuti Han Sen dari atas.
Han Sen memanfaatkan kemampuan simulasi Jing Dongxuan untuk mengubah tenaganya menjadi sifat api. Satu pukulan keras diarahkannya ke gerombolan serangga itu, semburan api merah menyala bagai lidah api menghujam tubuh para serangga.
Seketika, genangan besar serangga langsung terbakar jadi abu. Tak ada satu pun yang lolos.
"Kau memang hebat, tahu serangga paling takut pada kekuatan api, bahkan bisa mengendalikannya." Suara wanita bergema di hutan, tapi sumbernya tak terlihat. Suara itu seolah datang dari segala penjuru sekaligus.
“Beresin diam-diam untuk apa? Keluarlah bertarung dengan jantan, taktik kecil begini percuma buat aku.” Han Sen berkata dengan tenang.
Suara wanita itu kembali terdengar dengan intonasi mengejek: "Taktik kecil? Kalau begitu coba kau rasakan daya hancur taktik kecil ini!"
Begitu suara wanita itu berhenti, terlihat dari segala penjuru Pohon Kuno muncul sistem grup serangga yang beterbangan seperti kabut hitam menyergap Han Sen.
Api menyala-nyala di tubuh Han Sen, semua serangga yang mendekat langsung menjadi abu beterbangan. Di tengah kepungan serangga, Han Sen bergerak cepat mendekati sebuah pohon besar lalu menghancurkannya dengan satu pukulan.
Ternyata bagian tengah pohon besar itu kosong, jelas ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya. Tapi sekarang sudah lenyap tanpa jejak.
"Mau menemui aku? Itu bukan hal yang mudah, kau masih perlu berusaha lebih keras, gek gek..." Tawa wanita itu bergema di segala penjuru hutan.
Kawanan serangga masih terus menyerang Han Sen, namun langsung terbakar oleh api di sekujur tubuhnya, sama sekali tidak bisa mendekati raga Han Sen.
"Serangga-seranggamu ini tidak ada gunanya, untuk apa membuang-buang waktu?" Han Sen berdiri di tengah kabut serangga, api di tubuhnya semakin membara.
Setiap serangga yang mendekat langsung terbakar berkerlip-kerlip, bau gosong menyebar ke seluruh hutan.
"Memang benar." Suara wanita kembali terdengar, kabut serangga tiba-tiba mundur dan menghilang dalam sekejap mata, tak tersisa satu pun serangga.
Han Sen melihat di kejauhan hutan, seorang wanita yang mengenakan baju zirah muncul dari balik pohon besar.
"Konon Teknik Koin Emasmu sangat hebat, tunjukkan pada saya seberapa hebatnya." Kun berdiri di kejauhan, mengawasi Han Sen dengan dingin.
Han Sen menyembunyikan tenaga api di tubuhnya, hendak membantah namun tiba-tiba alisnya berkerut. Tangannya meraih udara kosong, di tempat yang seolah tak ada apa-apa, jarinya berhasil menjepit seekor serangga mikroskopis yang hampir tak terlihat oleh mata telanjang.
Serangga mungil itu hampir saja menyelinap ke celah baju zirahnya. Terjepit oleh Han Sen, makhluk kecil itu masih meronta-ronta berusaha menyusup masuk ke telapak tangan Han Sen yang terbungkus zirah.
Krek!
Dengan tekanan jari yang lebih keras, Han Sen akhirnya memecahkan serangga mikro itu.
Ekspresi Kun berubah sedikit. Ia menepuk-nepuk tangan, "Kemampuan visualmu luar biasa! Tapi seberapa kecil yang bisa kau lihat? Masih bisakah kau melihat yang ini?"
Saat berbicara, tubuh Kun tiba-tiba menghilang. Han Sen langsung mendengar suara dengung sayap serangga dari sekelilingnya, seolah-olah ada gerombolan serangga yang mendekat dari segala penjuru. Serangga-serangga itu bahkan lebih kecil dari yang dihancurkan Han Sen tadi, benar-benar mirip bakteri yang tak terlihat oleh mata telanjang.
Para penonton dari berbagai ras juga mendengar suara sayap serangga itu. Namun selain para Penguasa, bahkan bangsawan Level Adipati pun kesulitan melihat di mana lokasi pastinya serangga-serangga tersebut.
Mata Raja Jinghai berbinar, tersenyum berkata: "Kekuatan Kun ini cukup menarik. Ia mengubah tenaganya menjadi kekuatan sehalus bakteri yang tak kasat mata. Sekalipun Koin Emas terlindungi zirah, pasti ada celah - mulut, mata, telinga, hidung, bahkan pori-pori kulit bisa menjadi titik lemah invasi mikro-serangga. Sehebat apapun kekuatan Koin Emas, sulit bertahan dari penetrasi kekuatan sekecil ini."
Saat Raja Jinghai berbicara, kobaran api di tubuh Han Sen telah menyala kembali, sepenuhnya membungkus raganya dalam kobaran api.
Meski tak bisa melihat mikroba yang tercipta dari tenaga itu, suara krek mikroba yang terbakar dalam suhu tinggi jelas terdengar.
"Koin Emas, dengan kobaran api sekuat ini, berapa lama kamu bisa bertahan?" Suara wanita itu kembali terdengar, disertai senyum dingin yang meremehkan.
Han Sen tidak menjawab, hanya mengamati sekeliling dengan sorot matanya, mencari jejak Kun yang menghilang.
Raja Losa mengangguk pelan: "Kun memang orang cerdas. Tenaga mikroorganisme terlalu kecil, Koin Emas sama sekali tidak tahu apakah ada tenaga mikro di sekitarnya. Dia terpaksa terus-menerus mengobarkan api sekuat tenaga untuk mencegah serangan mikro. Tapi dia sama sekali tidak tahu kapan mikroorganisme itu terbang mendekat. Mempertahankan intensitas api seperti ini akan menghabiskan aura-nya dengan cepat. Begitu stamina fisiknya terkuras, saat itulah tubuhnya akan diserang oleh tenaga mikro. Sekarang Kun sudah sepenuhnya menguasai inisiatif pertempuran. Meski cara bertarung ini tidak terlihat sengit, tapi jauh lebih mematikan. Anggota Da Dao Tian memang tidak boleh diremehkan."
Makhluk-makhluk dari berbagai ras yang menyaksikan pertarungan bisa melihat bahwa Koin Emas terjebak dalam posisi pasif. Sekuat apa pun tenaganya, menghadapi lawan yang hampir tak terlihat membuatnya tak bisa menggunakan kekuatannya secara efektif.
"Ternyata bisa bertarung seperti ini. Tidak perlu berhadapan langsung dengan kekuatan superior dan Teknik Koin Emas-nya. Cukup dengan membunuhnya hidup-hidup. Kun dari Da Dao Tian itu benar-benar mengerikan."
“Benar, tenaga yang bahkan tak terlihat itu, kecil seperti bakteri, sekalipun menyusup ke raga kita, kita tak akan tahu. Nanti bahkan tak tahu bagaimana mati, memikirkannya saja kulit kepala bergidik.”
“Seandainya Kun jadi pembunuh, bahkan target-targetnya akan merasa gelisah terus-menerus.”
“Pencuri pada dasarnya adalah pemetik nyawa yang handal.”
