Kun sudah menjauhi medan pertempuran, serangga mikro yang ditinggalkan semuanya meledak akibat tekanan, penglihatannya langsung hilang sepenuhnya, tak ada lagi yang bisa melihat siluet Han Sen.
Hatinya berdesir, Kun segera melepaskan energi serangga mikro, mengubahnya menjadi ribuan serangga mikro yang bergerak ke arah Han Sen, berusaha menemukan kembali sosoknya.
Namun sebelum serangga-serangga mikro itu sempat melihat posisi Han Sen, kilauan keemasan kembali bertebaran, koin-koin emas berjatuhan dari langit menghancurkan semua serangga mikro yang baru saja dilepaskan Kun.
Kun panik, sambil terus melepaskan energi serangga mikro, tubuhnya bergerak cepat mencoba semakin menjauh dari area ini.
Sekarang Kun hanya menyesal tidak mundur lebih jauh sebelumnya, tapi baru berlari beberapa langkah, siluet keemasan sudah berdiri menghadang di depannya.
Kun terpental mundur sambil menjerit, sayap serangganya terkembang melepaskan gerombolan serangga sebanyak kabut yang melilit ke arah Han Sen, sementara dirinya sendiri melesat kabur secepat kilat.
Pada tubuh Han Sen muncul cahaya api, seluruh dirinya seolah menyemburkan nyala api, menerobos kabut serangga, dan dalam sekejap sudah berada di belakang Kun.
Kun berbalik hendak menyerang, namun baru saja kepalanya menoleh, tiba-tiba sudut pandangnya mulai berputar tak terkendali, bagaikan seluruh langit-bumi berotasi. Lalu ia menyaksikan tubuh tak berkepalanya sendiri terjatuh ke tanah.
Menyaksikan kepala Kun dihantam hingga terpenggal oleh Han Sen, Haier hampir memuntahkan darah amarahnya.
Setelah kepala Kun terbunuh, kertas jimat tak juga hancur. Seekor larva kecil tiba-tiba terbang keluar dari tengkorak Kun, hinggap di atas kertas itu. Barulah jimat tersebut pecah, sementara serangga kecil itu berdistorsi sejenak sebelum lenyap ditelan udara.
"Tampaknya Kun masih belum cukup kuat untuk melawan Koin Emas. Hanya petarung tangguh yang mampu berhadapan frontal dengan Koin Emas-lah yang punya peluang mengalahkannya."
"Kita mungkin harus menunggu pertarungan maut antara Gu Zhu dan Koin Emas."
“Kekuatan Kun yang seperti ini meski hebat, tapi pada akhirnya bukanlah jalan yang benar. Saat berhadapan dengan Koin Emas yang benar-benar tak terkalahkan di level yang sama, masih jauh ketinggalan.”
……
Para penonton dari berbagai ras masih belum puas. Meski Kun menggunakan kekuatan mengerikan sempat memberikan masalah pada Koin Emas, pertempuran seperti ini terasa belum cukup seru. Mayoritas orang sudah mulai menantikan pertarungan antara Koin Emas dan Gu Zhu.
Pertarungan antara jenius langka dari Istana Surgawi melawan Koin Emas mistis, bahkan sebelum dimulai sudah memicu perdebatan sengit di antara berbagai ras.
Ada yang merasa Koin Emas bisa menang, ada juga yang menganggap Gu Zhu masih lebih unggul. Intinya, tak ada yang bisa mempersuasi pihak lawan.
Situs judi besar memberikan odds untuk Koin Emas dan Gu Zhu yang hampir setara. Terlihat semua orang tidak bisa meramalkan hasil pertarungan keduanya.
Han Sen juga tahu dirinya sebentar lagi akan bertarung dengan Gu Zhu. Meski memiliki keyakinan pasti menang, tapi apakah benar bisa menang masih sulit dipastikan.
Sebelumnya, Dia pernah bertarung dengan Gu Zhu, namun pertarungan itu tidak menghasilkan pemenang mutlak. Gu Zhu yang hampir sepenuhnya dikendalikan emosi negatif, akhirnya berhasil menahan pisaunya dan tidak menghantamkan tebasan terakhir.
"Entah sampai level apa pertumbuhan Gu Zhu sekarang? Apakah emosi negatifnya masih bisa lepas kendali?" Meski Han Sen enggan bertemu Gu Zhu di situasi seperti ini, namun saat memikirkan akan segera bertarung dengannya, perasaan terpendamnya justru bergelora.
Long Ba tidak lebih lemah dari Gu Zhu, namun kekuatan Long Ba lebih mirip mesin pembunuhan sempurna. Sedangkan Gu Zhu berbeda, kekuatannya lebih menyerupai karya seni bernilai tinggi.
Mesin pembunuhan memang sempurna, kuat, dan mengerikan, namun kehilangan satu kemungkinan penting: potensi untuk melampaui diri sendiri.
Gu Zhu adalah petarung kuat yang mampu memberi kejutan. Kekuatannya mungkin tidak sempurna, namun memiliki keindahan yang memukau layaknya seni agung.
Jika Han Sen diminta memilih seorang lawan untuk hidupnya, dia lebih menginginkan orang itu adalah Gu Zhu. Karena segala hal tentang Long Ba bisa dipahaminya, menang atau kalah tetap dalam perhitungannya. Tapi Gu Zhu mampu melampaui perhitungan itu.
Han Sen mengikuti pertarungan Geni Zhongsheng Pu hanya untuk meningkatkan reputasi, berharap bisa menarik perhatian Sang Tuhan. Sudah mencapai level ini, tujuannya pun tercapai. Kemenangan atau kekalahan bukanlah hal penting baginya.
Tapi Han Sen tetap ingin menang, ingin memenangkan pertarungan melawan Gu Zhu ini.
Di Istana Surgawi, Gu Zhu duduk di paviliun batu. Teko teh tergeletak di hadapannya, tapi tak tersentuh sama sekali. Dia hanya memandang bulan perak yang berganti-ganti di langit luar.
"Bagaimana pendapatmu tentang koin emas?" Panglima Istana tiba-tiba muncul di paviliun tanpa diketahui waktunya.
"Sangat kuat." Jawab Gu Zhu singkat.
"Dalam hal apa?" Panglima Istana tersenyum dan bertanya lagi.
"Perasaan." Gu Zhu menjawab dengan tenang.
"Rasakan?" Tuan Istana Surgawi tertegun sejenak.
Gu Zhu berpikir dengan serius, lalu berkata: "Raga-nya bisa menyaingi ras naga murni kelas atas. Teknik Koin Emas-nya mampu menekan Naga Delapan, menghancurkan kawanan mikroserangga dengan presisi. Semua ini memang kuat, tapi yang benar-benar kukhawatirkan adalah perasaan yang kurasakan darinya."
"Perasaan seperti apa itu?" Tuan Istana Surgawi bertanya lagi.
"Tak terbantahkan." Gu Zhu menjawab dengan khidmat.
Tuan Istana Surgawi mengangguk pelan, menatap Gu Zhu: "Lalu apa rencanamu?"
Gu Zhu berdiri, dengan nada tegas: "Aku berniat untuk menang."
"Bagus." Tuan Istana Surgawi menepuk bahu Gu Zhu sambil tersenyum manis, tak melanjutkan pembicaraan.
Setelah Gu Zhu pergi, seorang wanita bertopeng hitam muncul di samping Tuan Istana Surgawi, berbisik: "Menurutmu, bisakah Gu Zhu menang?"
"Kemampuan Gu Zhu tidak perlu diragukan." Jawab Tuan Istana Surgawi.
“Jangan main-main dengan caramu ini, kutanya apakah dia bisa menang.” Perempuan berkerudung hitam meliriknya penuh kebencian.
Tuan Istana Surgawi menghela napas pasrah sambil membentangkan tangan: "Kemampuan Koin Emas sudah kau saksikan sendiri. Meski pemahaman kita belum lengkap, tapi jelas itu makhluk yang sangat mengerikan. Bisakah Gu Zhu menang? Harus bertarung dulu baru tahu. Tapi Gu Zhu tak pernah mengecewakanku."
Gu Zhu baru saja tiba di pulau kecil tempat tinggalnya setelah kembali dari Istana Surgawi. Sebelum sempat memasuki gubuk bambunya, tiba-tiba ia membeku di tempat, mengerutkan kening menatap tajam ke arah rumahnya.
Pintu gubuk bambu terbuka terdorong. Seorang gadis kecil melompat-lompat keluar, diikuti oleh pria berambut hitam yang masih muda.
"Siapa kau?" Gu Zhu menatap tajam pria muda itu sambil bertanya.
Dia bisa melihat bahwa pria muda ini adalah anggota ras langit, namun di antara ras langit, dia belum pernah melihat remaja sekuat ini. Hanya aura yang dipancarkan pemuda ini sudah membuatnya merasa seperti menghadapi binatang buas prasejarah, atau bagai berdiri di tepi jurang kegelapan Abyss. Meski sang pemuda berdiri tepat di hadapannya, segala sesuatu tentangnya tetap terasa samar.
"Xie Tong." Pria itu tersenyum tipis.
Gu Zhu mengerutkan kening halus. Dua kata itu tentu tak asing baginya, hanya saja tak disangka Xie Tong ternyata bereinkarnasi sebagai ras langit di kehidupan ini. Bahkan dengan nekat membawa seorang gadis kecil menyusup diam-diam ke dalam Istana Surgawi.
"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Gu Zhu.
Xie Tong memiringkan kepalanya sejenak, lalu menjawab: "Aku datang untukmu. Baik kamu maupun Koin Emas sama-sama menarik. Ingin sekali aku bertarung dengan kalian berdua. Sayangnya kalian justru bertemu lebih dulu. Untuk menghindari penyesalan, kuputuskan datang ke sini."
“Sebenarnya awalnya kami ingin mencari Koin Emas, sayangnya tidak tahu di mana dia, jadi terpaksa datang mencarimu.” Gadis kecil di sebelahnya menambahkan dengan serius.
