Pertarungan masa lalu Koin Emas diputar ulang gulungan perunggu kuno. Makna yang diwakili siluet keemasan itu telah sangat berbeda dari masa lalu.
Itu adalah peringkat pertama level Marquis dari ratusan juta ras di seluruh alam semesta, makhluk terkuat di antara sesama level.
Adegan terakhir memperlihatkan momen genting ketika Koin Emas dan Gu Zhu saling mengarahkan jari telunjuk. Semua cahaya bayangan perlahan menghilang, hanya siluet keemasan yang semakin membesar di gulungan perunggu hingga memenuhi seluruh lukisan, memancarkan cahaya mistis yang terlihat jelas di setiap sudut langit berbintang.
Setelah sepuluh menit, siluet keemasan itu baru perlahan memudar. Deretan kata berkilauan yang mengguncang alam semesta muncul di peringkat Geni Zhongsheng Pu.
Marquis Pertama: Koin Emas Manusia.
Ini adalah pertempuran pamungkas terpanjang di antara semua level, seluruh tingkat lainnya telah menentukan posisi pertama mereka, dan yang mengejutkan, peringkat pertama level Viscount ternyata adalah Han Xiaohua.
Sayangnya hingga detik ini, Han Sen belum bisa menyaksikannya secara langsung.
Siluet Gu Zhu muncul di tepi sungai kecil, gadis kecil yang selama ini mengikuti Mata Iblis itu berdiri tak jauh darinya, wajah mungilnya penuh ekspresi rumit.
"Siapa kau?" Gu Zhu menatap gadis kecil itu sambil bertanya.
"Aku adalah Bunga." jawab si gadis kecil.
"Bunga apa?" Gu Zhui kembali mengejar dengan pertanyaan.
"Kupu-kupu tak bisa lepas dari bunga, kalau tidak akan mati. Aku adalah bunga itu." Gadis itu menjawab.
Gu Zhu mengangguk pelan, seolah mendapat pencerahan. Setelah melirik gadis kecil itu, dia berbalik pergi.
"Kenapa tidak kau bunuh aku? Tidakkah kau membenci aku?" teriak si gadis kecil ke arah bayangan punggung Gu Zhu yang menjauh.
"Sejak seorang gadis pergi dariku, tanganku tak lagi menodai darah perempuan." Gu Zhu berkata dengan datar, tanpa menoleh, langkah kakinya tak berhenti.
"Jika kau tak membunuhku, aku akan membunuhmu." Tubuh kecil gadis itu melesat, sepasang tangan mungilnya berubah menjadi merah menyala, menyerang punggung Gu Zhu.
Dor!
Cap tangan kecil itu menempel di punggung lebar Gu Zhu, meninggalkan dua cap telapak tangan merah kecil. Namun Gu Zhu tetap tak menghiraukan, seolah tak menyadarinya, terus berjalan maju.
"Ini kebodohan! Jika kau tak membunuhku, aku pasti akan membalaskan dendam untuk Zi Tong. Kau pasti akan menyesal!" Gadis kecil itu tertegun sejenak, lalu meneriakkan ancamannya ke arah punggung Gu Zhu dengan galak.
"Aku memang menyesal." Gu Zhu melambaikan tangan ke belakang sambil tetap membelakangi gadis itu, gerakannya seperti sedang berpamitan: "Menyesal karena dulu tak sebodoh ini, tak memiliki kebodohan untuk tetap menjadi diri sendiri. Jika ingin membunuhku, jadilah lebih kuat. Selama aku tak mati, kesempatanmu selalu ada."
Gadis kecil itu termenung memandangi bayangan punggung Gu Zhu yang menjauh, terus berada dalam keadaan melamun hingga siluetnya benar-benar menghilang dari pandangan.
Setelah pertempuran Geni Zhongsheng Pu berakhir, Han Sen mengelilingi suatu area baru kemudian kembali ke Istana Surgawi.
Tuan Istana Surgawi sangat gembira menyambut kepulangan Han Sen. Han Sen segera memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan hal-hal terkait Tanah Suci.
"Tuan Istana, Konon kupu-kupu mata ungu itu berasal dari Tanah Suci. Sebenarnya seperti apa wilayah itu?" Di hadapan Tuan Istana Surgawi, Han Sen memaksakan pikirannya untuk tetap fokus pada satu hal, berusaha keras tidak memikirkan hal lain karena takut kemampuan membaca pikiran sang Tuan akan menembus rahasianya.
Tuan Istana Surgawi merenung sejenak lalu berkata: "Tanah Suci adalah kekuatan besar di waktu tak berujung yang lampau. Di era kuno itu pernah menduduki peringkat pertama Kuil Gen. Namun sudah lama terkubur dalam debu sejarah. Sekarang banyak ras yang bahkan belum pernah mendengar keberadaan Tanah Suci. Siapa sangka salah satu dari Sepuluh Dewa Tanah Suci ternyata masih bertahan di dunia ini."
"Apakah kesepuluh Dewa Tanah Suci semuanya petarung kuat yang termitosis?" Han Sen berpura-pura terkejut bertanya.
"Semuanya termitosis. Lebih dari itu, Tanah Suci tidak hanya memiliki sepuluh petarung mitos. Sepuluh Dewa itu hanyalah yang terkuat di antara mereka." Jawab Tuan Istana Surgawi.
Kali ini Han Sen benar-benar kaget: "Kekuatan sebesar itu, siapa yang bisa melenyapkan mereka?"
"Tidak ada yang tahu. Ini masih menjadi misteri. Banyak petarung kuno ingin mengetahui jawabannya, tapi hingga detik ini belum ada yang berhasil. Kalau tidak, tidak akan ada Bidang Mutenya Bintang." Tuan Istana Surgawi berkata dengan sedih.
"Apakah Tanah Suci berada di Bidang Mutenya Bintang?" Han Sen terkejut, memaksa diri untuk tidak membuat asosiasi kreatif lebih banyak tentang sistem rapuh ini.
"Sebenarnya seluruh Bidang Mutenya Bintang adalah bekas wilayah Tanah Suci." Tuan Istana Surgawi menambahkan setelah berpikir sejenak: "Pemegang peringkat pertama level Viscount itu sangat mungkin adalah penerus warisan Tanah Suci. Jika nanti bertemu dengannya, berhati-hatilah. Meski dia sendiri hanya Marquis yang tidak perlu ditakuti, kita tidak tahu berapa banyak anggota mengerikan dari Tanah Suci yang masih bertahan di dunia ini. Lebih baik mencegah daripada menyesal."
Setelah keluar dari ruangan Tuan Istana Surgawi, berbagai niat dan pertanyaan berkecamuk di kepala Han Sen seperti badai meteor yang tak terbendung.
“Bidang Mutenya Bintang adalah bekas Tanah Suci, berarti Xiao Hua seharusnya ada di sana. Pintu masuk perlindungan juga berada di dalam Bidang Mutenya Bintang. Kucing Darah Sembilan Nyawa ini punya hubungan dengan Tanah Suci sekaligus kemampuan masuk/keluar perlindungan. Mungkinkah ada hubungan antara Tanah Suci dan perlindungan?” Berbagai pemikiran bergolak dalam hati Han Sen, namun petunjuk yang dia miliki masih terlalu sedikit untuk mengkonfirmasi hipotesisnya, apalagi melakukan penalaran lebih lanjut.
Satu-satunya petunjuk sekarang adalah Bidang Mutenya Bintang, tapi wilayah semacam itu hampir mustahil ditembus tanpa kekuatan level mitos.
Karena pintu keluar perlindungan terletak di Bidang Mutenya Bintang, Han Sen sebelumnya telah mempelajari banyak data tentang wilayah ini. Pada dasarnya semua ras memiliki konsensus: kecuali petarung level mitos, lebih baik tidak mendekati sana. Bahkan petarung level Raja yang masuk pun akan menghadapi situasi hampir mustahil selamat.
Jika tidak begitu mengerikan, mustahil seluruh anggota dari berbagai ras yang berhasil melesat keluar dari perlindungan itu seluruhnya tewas di sana.
Han Sen pada dasarnya sudah menyerah dari ide menembus saluran perlindungan ini, tapi tidak menyangka ternyata tempat itu adalah Tanah Suci, wilayah tempat bunga kecil berada.
"Sialan, sekalipun itu Bidang Mutenya Bintang, berani menghalangi Bapak mencari anak, akan kuhancurkan juga!" Han Sen mengumpat dengan garang, lalu pergi ke Giok Putih Ibu Kota.
Untuk menembus Bidang Mutenya Bintang, setidaknya harus naik ke level Raja, kalau tidak masuk ke sana situasinya benar-benar tidak mungkin selamat. Meningkatkan kekuatan masih menjadi tugas terpenting sekarang.
Sesampainya di Giok Putih Ibu Kota, Han Sen menuju menara giok putih kedua. Setelah masuk ke lapisan ketujuh, melihat Gu Zhu juga ada di sini, ia mendekat sambil tersenyum manis: "Sayang sekali, nyaris saja merebut peringkat pertama."
Gu Zhu berkata dengan datar: "Memang sayang, tapi dengan adanya target baru ada kemajuan. Kali berikutnya aku akan semakin kuat."
"Anggota membosankan, tidak bisakah kau mengatupkan gigi bersumpah akan mengalahkan koin emas itu?" Han Sen mencibirkan bibir berkata.
"Kurasa lebih praktis mengalahkanmu dulu. Setelah Giok Putih Ibu Kota ditutup, ke arena latihan perang untuk berlatih?" Gu Zhu menatap Han Sen.
"Ahem, aku masih punya urusan penting. Lain kali saja kalau ada waktu." Han Sen tak berminat bertarung dengan Gu Zhu. Sebelum menemukan cara memecahkan cahaya ilahi mata ungu, tanpa menggunakan tubuh Super God, ia benar-benar tak yakin bisa menang.
