Han Sen ingin bergegas kembali, tapi Ba'er sudah menyerang habis-habisan, sama sekali tidak memberi Han Sen kesempatan untuk kembali.
Serangan bos keenam naga beracun meleset. Tanpa berhenti, dia langsung menerjang wanita bersayap itu. Kilau racun di tinjunya berkilauan, bagaikan naga beracun terangkat ke udara.
Wanita bersayap itu hanya terus menghindar sambil terbang, teknik geraknya tak terduga. Dengan level Marquis, dia menghadapi bos keenam naga beracun yang berlevel Adipati. Anehnya, serangan sang bos sama sekali tidak bisa menyentuhnya.
Sementara itu, beberapa adipati klan Penghancur menyerang malaikat kecil dan kawan-kawan dengan sorot mata penuh aura pembunuhan, serangan mereka kejam tanpa ampun yang jelas menunjukkan motivasi membunuh.
Persis ketika serangan mengerikan itu hendak menghantam mereka, tiba-tiba terlihat kubah cahaya biru menyebar dari tubuh Han Meng'er, menyelubungi malaikat kecil, Zero, Si Perak Kecil, dan bintang-bintang kecil dalam perlindungannya.
Dor!
Tenaga beberapa adipati klan Penghancur yang menghantam kubah cahaya biru itu ternyata sama sekali tidak bisa menggoyahkan pertahanan tersebut.
"Harta pertahanan mutan milik Han Sen ternyata ada padanya?" para adipati klan Penghancur langsung mengerutkan kening. Mereka tahu kubah cahaya itu bahkan bisa bertahan dari beberapa serangan level Raja, mustahil bagi tenaga mereka untuk memecahkannya.
"Bagus juga. Kalau harta pertahanan mutan ada di mereka, Han Sen tidak memiliki perlindungan. Lebih baik langsung bunuh Han Sen." Ekspresi kejam muncul di wajah para Adipati klan Penghancur saat mereka terbang menyongsang Han Sen yang sedang bertarung sengit dengan Ba'er di udara.
"Pergi sejauh mungkin! Dia milikku!" Beberapa adipati klan Penghancur baru saja melesat keluar, tiba-tiba Ba'er mengayunkan pedangnya ke arah mereka sambil mengaum keras.
Para adipati itu nyaris terkena tebasan Ba'er. Dengan panik mereka menghindar dan mengalah, hati mereka dipenuhi rasa takut bercampur amarah.
"Ba'er, kau sedang apa?!" teriak salah satu adipati klan Penghancur kepada Ba'er dengan wajah masam.
"Sudah kukatakan, dia milikku!" Ba'er mendengus keras sambil terus menerjang ke arah Han Sen, meninggalkan para adipati dengan wajah pucat pasi membeku di udara.
"Tak perlu urusi dia. Cari dulu si pengkhianat itu!" seru seorang adipati klan Penghancur dengan enam matanya memancarkan sorot dingin.
"Ya, Yang Mulia Diarobert!" Beberapa adipati klan Penghancur segera menuruti perintah dan bergegas menerjang marquis perempuan dari berbagai ras.
Sebenarnya tidak hanya klan Penghancur, berbagai ras lain juga sedang melakukan pencarian serangan perempuan di kubu lawan untuk menemukan pengkhianat itu.
Seperti yang dihipotesiskan Han Sen, semua ras hanya bisa memastikan bahwa pengkhianat adalah seorang perempuan. Adapun ras apa dia sekarang, tidak ada yang tahu. Mereka terpaksa menangkap lebih dulu.
Segera kekacauan total melanda berbagai ras. Pertempuran dengan cepat menyebar ke seluruh medan pertempuran. Berkat perlindungan Batas Gaib Raja Ulat Sihir, Han Meng'er dan yang lain tidak terkena serangan. Di area ini bahkan tidak ada petarung level Raja, jadi wajar tak ada yang bisa menembus batas gaib tersebut.
Wanita Ras Bersayap yang paling dicurigai terus-menerus dikejar naga beracun bos keenam. Para petarung kuat dari berbagai ras juga terus memperhatikannya, membuat kecurigaan terhadapnya semakin besar.
Ba'er menyerang Han Sen dengan gila-gilaan, Han Sen hanya mengandalkan Siluet Kilat dari sayap naga dan teknik geraknya untuk menghindar, tidak lagi menyerang Ba'er agar dia tidak menyerap tenaga dan menjadi semakin kuat.
Efek beku tidak bisa bekerja pada tubuh Ba'er, fungsi stabilisasi penuh pun menghilang. Kemampuan stabilisasi mantra hanya bisa bersinar setelah tenaga tersebut menyentuh tubuh lawan. Sekarang efek beku dihalangi oleh kalung itu, stabilisasi sama sekali tidak sempat menunjukkan kemampuannya.
"Kalung Biji Api Terang, sepertinya salah satu dari tiga harta mutan mitos klan Penghancur? Klan Penghancur ternyata rela membiarkan Ba'er membawanya ke mana-mana, sebenarnya seberapa besar keinginan mereka untuk membunuhku?" Dalam hati Han Sen menyeringai dingin, matanya yang mengawasi ketat kalung itu berkedip perlahan.
Menurut pengetahuan Han Sen, tiga harta mutan mitos level tertinggi klan Penghancur masing-masing adalah Kalung Dewa Api Terang, Cincin Mata Kegelapan, dan Patung Dewa Kekacauan.
Di leher Ba'er terpasang sebuah kalung yang terlihat sangat mirip dengan Kalung Api Abadi Terang yang legendaris.
Kehidupan tercipta dari api dan binasa oleh api. Legenda menyebut Kalung Dewa Api Terang mengandung sumber kekuatan api primordial, menjadi salah satu harta api terkuat yang juga menyimpan tenaga cahaya.
Konon pemilik pertama Kalung Api Abadi Terang, seorang petarung termitosis dari klan Penghancur, pernah menggunakan relik ini untuk membakar seluruh bidang bintang menjadi arang dengan daya hancur yang mengerikan.
Namun Ba'er masih berstatus Adipati, tentu tak bisa mengoptimalkan seluruh potensi Kalung Api Abadi Terang. Meski demikian, perlindungan kalung ini membuat kekuatan seperti hawa dingin hampir mustahil menembusnya - kecuali Han Sen naik ke level di atas Raja.
Sayap naga Han Sen menggelegar, memindahkannya sejauh 300 meter sementara kedua pistolnya melepaskan peluru cepat ke arah beberapa Marquis klan Penghancur.
Dor! Dor!
Ledakan bom yang kontinu terdengar, beberapa Marquis dari klan Penghancur langsung berubah menjadi abu beterbangan.
Han Sen terus bergerak cepat menghindari serangan Ba'er sambil membunuh bangsawan-bangsawan Penghancur, menyebabkan kerugian besar bagi klan tersebut.
"Han Sen! Hadapilah aku!" Ba'er mengaum marah, namun tetap tak sanggup menghentikan gerakan Han Sen.
Diya Robo menyaksikan seorang adipati terluka parah oleh tembakan Han Sen, alisnya berkerut. Tubuhnya melesat ke depan Han Sen dan menghujamkan tinju mengerikan.
Wajah pria yang mewakili kekuatan terang memancarkan cahaya putih menyala-nyala. Pukulan itu bagaikan sang surya yang menyala-nyala, menghujam dengan cahaya ilahi yang tak terbendung.
Han Sen menggetarkan sayap naganya dan menghilang dari tempat, menghindari pukulan mengerikan itu. Dua pistol di tangannya menyemburkan peluru secara ganas ke arah Diya Robo.
Pada wajah perempuan yang mewakili kegelapan milik Diya Robe, cahaya hitam bagai malam berhamburan. Sepuluh jari Diya Robe bergerak lincah bagai pisau tajam, membelah peluru yang ditembakkan Han Sen tanpa suara.
Saat peluru hendak meledak, kekuatan hitam itu berubah menjadi lubang hitam, menyedot peluru yang terbelah masuk ke dalamnya dan lenyap seketika.
"Diya Robe, dia milikku!" Ba'er mengaum sambil berteriak.
"Kalau begitu bunuh dia sebelum aku melakukannya," ujar Diya Robe dengan datar, sementara cahaya samar terpancar dari kepala burung yang mewakili Kekacauan di bagian tengah tubuhnya.
Sebuah kekuatan misterius menyebar, tiba-tiba menyelimuti area berradius seribu meter. Saat Han Sen mencoba menggunakan Siluet Kilat lagi, ia terkejut menemukan ruang kosong tak bisa dirobek untuk teleportasi.
Ba'er menggeram, pisau tulang di tangannya menyerang Han Sen dengan ganas. Jelas dia tidak yakin bisa mengusir Diya Robe seperti saat mengusir para Adipati Klan Penghancur lainnya.
Diya Robe juga bergerak ke arah Han Sen. Enam lengannya melepaskan tiga jenis kekuatan berbeda yang memberi pengaruh besar pada Han Sen.
Di bawah kekuatan seperti bidang yang diciptakan Diya Robe, kehampaan seolah berubah menjadi kekacauan. Teknik Siluet Kilat sepenuhnya kehilangan fungsi, tak bisa melakukan perpindahan ruang normal.
Menghadapi serangan mematikan dua adipati besar, Han Sen langsung berada di posisi inferior. Meski mengerahkan teknik gerak dan kecepatan hingga batas kemampuannya, tetap tak bisa melepaskan diri dari gempuran Ba'er dan Diya Robe.
“Jika aku seorang Adipati, tentu tak takut berperang melawan mereka. Tapi sekarang hanya seorang Marquis, tenagaku dibandingkan Adipati top seperti Diya Robber akhirnya masih jauh ketinggalan.” Han Sen berpikir cepat, merenungkan bagaimana cara menangani situasi saat ini demi memaksimalkan keuntungannya sendiri.
“Pengkhianat... Dia adalah 'itu' pengkhianat...” Tiba-tiba, satu jeritan memecah kehampaan. Semua yang mendengar suara ini tanpa sadar terdiam sejenak.
