“Burung Phoenix Abadi termasuk varietas langka level apa?” Han Sen bertanya sambil mengerutkan dahi, merasa nama itu agak menyeramkan.
“Mitos.” Bai Wei menjawab langsung tanpa ragu.
Han Sen menjilat bibirnya, menatap Bai Wei: “Kamu sadar bicara apa? Mengejar varietas langka tingkat mitos? Jangankan kamu, bahkan aku pun sudah pasti mati.”
“Kalau takut, tak perlu ikut.” Bai Wei mengubah jalur terbangnya, meluncur ke sungai lava di bawah tebing.
"Wanita ini orang bodoh ya?" Han Sen terpaksa membawa regu mengejar Bai Wei.
Tapi Han Sen sama sekali tidak percaya Bai Wei itu bodoh, juga tidak mungkin pergi bunuh diri dengan sia-sia.
Bai Wei yang pertama kali datang ke Ngarai Lava, ternyata tahu ada burung phoenix yang abadi di sini, jelas-jelas sudah mempersiapkan diri. Hukuman yang diterimanya ke Bintang Biru Es, sangat mungkin tujuan utamanya adalah untuk burung phoenix itu.
Makanya Han Sen dengan senang hati mengikutinya, dia juga ingin melihat apa sebenarnya maksud Bai Wei, kalau tidak udah dari dulu mengikatnya dan menyeretnya kembali.
Bai Wei terlihat seperti sudah sangat akrab dengan tempat ini. Setelah mendekati Sungai Lava, dia menyusuri tepian sambil terbang dan cepat menemukan gua bawah tanah yang dialiri lava, lalu tanpa ragu langsung masuk.
Han Sen dan rombongannya juga ikut masuk ke dalam gua. Seluruh bagian bawah gua dipenuhi lava, mereka terpaksa terus terbang untuk melintas.
“Sekalipun kamu mau pergi, setidaknya jelaskan dulu semuanya!” Han Sen terbang mengikuti Bai Wei ke dalam gua sambil berkata.
Bai Wei tetap mengabaikannya, asyik dengan urusannya sendiri meneruskan penerbangan. Di dalam gua ini tidak terlihat varietas langka elemen api lainnya, seluruh gua bawah tanah terlihat luar biasa bersih.
Selain lava mendidih yang terus menggelembung, sepertinya tidak ada barang lain sama sekali.
Bai Wei diam-diam terbang hampir seharian penuh, tiba-tiba terdengar suara Boom di depan. Han Sen memandang ke depan dan melihat bagian gua di sana tiba-tiba melebar, seperti sebuah dunia bawah tanah yang sangat besar.
Lava mengalir jatuh dari tebing terjal di depan, membentuk air terjun lava yang terlihat aneh mengerikan.
Setelah keluar dari gua, pandangan mereka langsung terang-benderang. Seluruh dunia bawah tanah berwarna merah keemasan, di mana-mana dipenuhi lava seperti lautan api.
Di tengah lautan lava seluas ini, ternyata terdapat sebuah pulau kecil hitam yang dipenuhi banyak tumbuhan hijau di atasnya, terlihat sangat sulit dipahami.
Suhu di sini sangat tinggi, bukan hanya tumbuhan, bahkan Pangeran biasa pun mungkin sulit bertahan hidup dalam waktu lama di sini. Sungguh mengejutkan, tumbuhan-tumbuhan di pulau itu ternyata tidak terpanggang kering.
Bai Wei tanpa keraguan langsung terbang menuju pulau kecil di tengah lautan lava. Namun kali ini dia terbang cukup lambat, tampak sangat berhati-hati seolah sedang waspada terhadap sesuatu.
Han Sen meminta Ji Qing, Han Yan, dan Huangfu Jing untuk duduk di punggung Xiao Xing. Dengan kemampuan Xiao Xing membopong mereka, jika tiba-tiba menghadapi bahaya sebelum sempat membuka batas gaib, Xiao Xing tetap bisa mempertahankan nyawa mereka.
Gemeresik!
Sebuah area di lautan lava tiba-tiba meledak, lava menyembur seperti mata air. Seekor siluet hitam-merah muncul dari dalamnya dan menerjang Bai Wei yang terbang di posisi terdepan.
Ekspresi Bai Wei tetap tenang. Dengan satu pukulan ia menghantam siluet hitam-merah itu. Ledakan keras terdengar, tubuh makhluk itu tercerai-berai oleh lava dan terlempar mundur belasan meter sebelum jatuh kembali ke lautan lava.
Han Sen mengamati dengan cermat. Makhluk itu menyerupai buaya, seluruh tubuhnya seperti arang hitam, dengan bagian-bagian tertentu memancarkan warna merah gelap seperti lava.
Tatapan Han Sen menyapu lautan lava. Banyak bayangan hitam terlihat seperti potongan kayu hangus yang bergerak mengerumuni mereka.
Gemeresik! Gemeresik!
Seekor demi seekor buaya lava sepanjang 3-4 meter melompat dari lautan, mulut menganga siap menerkam Bai Wei dan kelompok Han Sen.
Han Sen memanggil Dua Pistol Mantra, menembaki buaya-buaya lava itu tanpa henti. Han Meng'er juga terus melesatkan panah-panah hitam.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Satu per satu buaya lava hancur oleh peluru dan panah hitam, tubuh seperti lava mereka menyebar ke segala penjuru sebelum jatuh kembali ke lautan lava.
Namun Han Sen tidak mendengar suara Pemburuan. Potongan-potongan buaya lava yang hancur lebur itu, setelah jatuh ke lava, segera mengkristal kembali menjadi buaya utuh yang menerjang mereka lagi.
Bai Wei di depan terus menghancurkan buaya lava sambil berlari ke pulau kecil, sama sekali tidak berhenti. Jelas ini membuktikan dia sudah tahu sebelumnya bahwa buaya lava ini tidak bisa dibunuh sama sekali.
Melihat situasi itu, Han Sen tidak lagi membunuh buaya lava tersebut. Langsung menyuruh Han Meng'er memanggil Batas Gaib Raja Blue Gold Worm untuk melindungi seluruh anggota, lalu bergerak cepat menuju arah pulau kecil.
Bai Wei yang sedang bertarung di depan tiba-tiba melihat Han Sen dan kawanannya terbang mendekatinya dalam perlindungan kubah cahaya. Buaya-buaya lava yang menerjang kubah itu ternyata tidak mampu melukai kubah cahaya itu separuh pun.
Han Sen juga tidak berniat menggunakan kubah cahaya untuk melindungi Bai Wei. Ia hanya mengikuti dari belakang Bai Wei, mengawasi sang gadis bertarung sendirian di tengah kawanan buaya lava.
Hati Bai Wei mendidih kemarahan, tapi tidak berkata apa-apa. Terus menerjang ke pulau kecil, tinjunya menghancurkan satu per satu buaya lava yang menyerbunya.
Meski buaya lava sulit dibunuh, tenaganya tak seberapa kuat—hanya setara level Marquis biasa. Mereka pun tak mampu menghalangi langkah Bai Wei maju.
Tak lama, Bai Wei sudah sampai di ambang pulau kecil. Begitu melompati pulau, tubuhnya tiba-tiba terjatuh.
Han Sen dan yang lain merasakan hal serupa. Raga mereka terasa berat bagai kembali dari luar angkasa tanpa gravitasi ke Bumi. Seketika mereka semua terjatuh, terhempas di tanah berbatu pulau itu.
"Pulau kecil ini ternyata punya kekuatan Larangan Udara?" Ji Qing mengamati pulau dengan tatapan terkejut.
Bai Wei bersuara dingin: "Di sini bukan cuma larangan udara. Masuk mudah, tapi keluar lagi tak akan semudah itu."
"Apa maksudnya?" Han Sen menatap Bai Wei bertanya.
Bai Wei tak menjawab. Ia hanya menunjuk ke garis pantai lava di luar pulau.
Han Sen dan rombongannya berbalik memandang, di luar garis pantai terlihat ulat-ulat berwarna merah keemasan bergerak dalam lava membara. Pada pandangan sekilas seperti bagian lava yang sangat panas, namun setelah diamati lebih dalam, ternyata itu adalah gerombolan serangga yang berjejal sangat rapat, jumlahnya tak terhitung.
"Itu adalah ulat lava. Mereka tak bisa meninggalkan lava, tapi sifat agresifnya sangat tinggi. Bahkan adipati pun tak mampu menahan suhu tinggi dari tubuh mereka. Saat datang kita bisa terbang melewatinya, tapi untuk meninggalkan pulau ini—karena ada Larangan Udara—kita harus menembus lava. Baru bisa terbang lagi setelah menjauh seribu meter dari pulau. Jarak itu berakibat fatal. Kuharap kubah cahaya kalian bisa menahan serangan ulat lava. Kalau tidak, kita semua mau mati." Suara Bai Wei dingin, jelas-jelas menunjukkan protes karena sebelumnya Han Sen tak memasukkan dirinya dalam kubah cahaya.
