"Kalau kau diam saja, mungkin aku masih ragu. Tapi sekarang aku yakin, menyelesaikan Jalan Hidup-Mati pasti tidak akan mati." Han Sen berkata dengan tegas.
"Anak muda, omong kosong tak ada gunanya. Kalau memang yakin, naiklah sendiri!" Raut wajah nenek itu dipenuhi ekspresi meremehkan.
“Bagus.” Han Sen berkata sambil berjalan menuju Jalan Hidup-Mati.
Bukan berarti dia sepenuhnya ingin terpancing emosi dengan si nenek, juga tidak berniat membantu Bai Wei, hanya ingin merasakan sendiri kekuatan hidup-mati di jalanan-Mu.
Kekuatan seperti ini, sekalipun di antara para mitos mungkin jarang ditemui, kesempatan untuk mengalami langsung kekuatan seperti ini mungkin juga tidak banyak. Han Sen sengaja ingin menyelidiki kehalusan siklus hidup-mati.
Jika kekuatan di Jalan Hidup-Mati benar adanya, maka itu bukan sekadar kekuatan waktu yang sederhana. Jika hanya kekuatan waktu, seharusnya kecepatan alirannya tetap. Karena umur berbagai makhluk hidup berbeda, tidak mungkin semua makhluk hidup baru akan menua hingga batasnya ketika mencapai puncak.
Hanya kekuatan sebab-akibat dari siklus kehidupan yang bisa mencapai efek seperti ini - maju selangkah adalah kematian, mundur selangkah adalah kehidupan. Kekuatan seperti ini jika bisa diintip sedikit pun, akan memberi manfaat besar bagi makhluk hidup apapun.
“Kakak, ini terlalu berisiko!” Han Yan menarik lengan Han Sen dengan wajah khawatir.
Meski Han Yan percaya penilaian Han Sen tidak akan salah, tetapi karena menyangkut kerabat dekat, di hatinya tetap terasa sedikit ketakutan.
"Tidak apa, Aku hanya naik untuk melihat." Han Sen menepuk kepala Han Yan sambil mengedipkan mata padanya, barulah melangkah menuju tangga batu.
Bao'er yang awalnya ingin mengikuti Han Sen naik bersama, malah diserahkan kepada Han Yan. Han Sen sendiri pergi sendirian ke tangga batu.
Saat menginjak langkah pertama di terowongan batu, Han Sen langsung mengaktifkan aura Dongxuan dan Cermin Kupu-Kupu Ungu Suci, terus mengawasi transformasi pada dirinya.
"Prediksi tepat, ada kemiripan dengan tenaga Jing Feitian namun dengan perbedaan. Ini adalah jenis lain dari kekuatan sebab-akibat." Dengan dukungan ganda aura Dongxuan dan Kupu-Kupu Ungu Suci, Han Sen baru bisa menyaksikan samar-samar rantai keteraturan transparan yang melilit tubuhnya.
Setiap langkah Han Sen naik, beberapa rantai keteraturan aneh tambahan akan membelit tubuhnya. Kini Han Sen telah memastikan, terowongan batu ini sama sekali bukan ilusi, melainkan tenaga mengerikan peninggalan petarung kuat tingkat mitos sejati.
Seiring langkah Han Sen terus mendaki, raganya pun perlahan berubah: dari pemuda menjadi paruh baya, lalu menjelang tua. Yang lebih mengerikan, angka Umurnya ternyata berkurang.
Makhluk hidup di luar perlindungan tak bisa melihat rincian Umur mereka, sementara yang berasal dari dalam perlindungan mampu menyaksikan angka pasti.
Ribuan tahun Umur Han Sen, dengan Perlambatan saat ini, diprediksi akan mencapai Zero tepat di tingkatan terakhir.
Begitu Han Sen mundur beberapa langkah, angka Umur itu kembali naik. Memang ini adalah jalan dari kehidupan menuju kematian.
Kini Han Sen benar-benar kagum pada burung phoenix yang abadi itu. Kekuatan yang lebih dahsyat seperti ini layak mendapat penghormatan.
Sayangnya kekuatan Mata Ungu Ilahi yang dioperasikan hingga batas kemampuannya tetap tidak bisa menganalisis kekuatan sebab-akibat mistis semacam ini, justru membuat Han Sen merasa kecewa, terpaksa melanjutkan pendakian.
Semakin tinggi didaki, kekuatan sebab-akibat itu pun semakin kuat, Han Sen pun semakin jelas melihatnya.
Han Sen tidak berlama-lama berhenti, tak lama kemudian sudah sampai di sisi Bai Wei, raganya pun sama seperti Bai Wei yang telah menua menjadi orang tua yang mulai memudar, bahkan bicara pun terengah-engah.
"Masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, kenapa kamu naik ke sini?" Bai Wei memandang Han Sen dengan raut wajah rumit, tak tahu apakah Han Sen sedang berlagak pahlawan sesaat atau punya tujuan lain.
"Aku hanya ingin memverifikasi pemikiranku sendiri, tidak ada hubungannya denganmu." Han Sen melanjutkan penjelasannya sambil menginjakkan kaki naik ke undakan batu berikutnya.
Han Sen merasakan raganya menua dengan cepat, tenaga pun perlahan meninggalkan tubuhnya, bahkan menginjak satu undakan batu saja terasa melelahkan.
Bai Wei memandangi bayangan dari belakang Han Sen, raut wajahnya semakin rumit.
Han Sen kembali menapaki satu anak tangga batu. Di hadapannya tersisa dua anak tangga lagi. Hampir tidak ada keraguan, Han Sen menghirup napas dalam-dalam lalu melanjutkan satu anak tangga lagi sebelum akhirnya berhenti.
Setelah melihat Umur-nya yang tersisa hanya satu tahun, jika dalam kondisi normal, melangkah lagi kemungkinan besar akan membuatnya kehilangan nyawa.
"Tenaga sebab-akibat Yang Mulia Phoenix Abadi sungguh luar biasa." Han Sen berkata dengan datar, ia benar-benar mengagumi sosok burung phoenix abadi ini.
Sang nenek-nenek mengedipkan matanya: "Tak kusangka kau memiliki wawasan cukup untuk membedakan kekuatan sebab-akibat dengan manipulasi waktu."
"Sayangnya belum sempat menghadap langsung Yang Mulia Phoenix Abadi... sungguh penyesalan besar..." Han Sen mengeluarkan kata-kata dari paru-parunya. Bertemu petarung legendaris seperti itu bukanlah hal yang mudah.
"Kalau bisa menyaksikan langsung burung phoenix yang abadi menggunakan kekuatan sebab-akibat mistis ini, mungkin aku bisa belajar sesuatu darinya." Maka Han Sen memang merasa sangat menyesal.
Tapi sekarang rantai keteraturan yang bisa dilihatnya masih terlalu samar, sama sekali tidak bisa dipelajari apa yang diinginkannya.
"Kalau sudah tahu kehebatannya, langkah terakhir ini masih mau kau ambil?" Nenek itu tersenyum manis mengawasi Han Sen, entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Ambil, tentu saja ambil." Han Sen berkata dengan tegas, hanya karena raganya sudah terlalu menua, suaranya terdengar lemah seperti akan menghembuskan napas terakhir kapan saja.
"Oh, berarti kau anggap tenaga Yang Mulia Phoenix Abadi tidak bisa membunuhmu?" Nenek itu menatap Han Sen dengan ekspresi datar.
"Bisa, tapi bukan di atas tangga batu ini." Jawab Han Sen.
"Kalau begitu, naiklah ke anak tangga terakhir ini." Ucap nenek itu sambil tetap tersenyum, sorot matanya menancap tajam ke arah Han Sen.
Han Yan dan yang lain di bawah menatap Han Sen di atas dengan tegang. Jika langkah ini benar-benar diayunkan sesuai prediksi Han Sen, nyawa mereka benar-benar akan melayang.
Bahkan Han Sen sendiri mengakui, itu bukan ilusi melainkan gaya sebab-akibat sejati. Han Yan yang memang berlatih gaya sebab-akukur paham betul kengeriannya.
Gaya sebab-akibat tidak hanya mampu membunuh, tapi juga melakukannya tanpa meninggalkan jejak darah.
Bai Wei juga memandang tajam bayangan punggung Han Sen, pupil matanya dipenuhi ekspresi campur aduk.
Bai Wei sangat menyadari Han Sen tahu identitas aslinya. Dulunya ia mengira semua tindakan Han Sen hanyalah taktik untuk menarik perhatiannya atau memberi kesan baik - metode yang terlalu sering ia saksikan.
Namun menyaksikan Han Sen benar-benar mencapai undakan terakhir, bahkan seolah siap melangkahkan kaki pamungkas, membuatnya tersadar bahwa penilaiannya selama ini tentang Han Sen ternyata keliru.
Di antara hidup dan mati, siapa yang benar-benar bisa tetap tenang tanpa rasa takut? Meski menebak bahwa menyelesaikan Jalan Hidup-Mati belum tentu mati, tapi siapa yang berani mempertaruhkan nyawanya sendiri?
Setidaknya Bai Wei sendiri tidak berani. Karena itu, pandangannya pada Han Sen sangat rumit, sambil berpikir dalam hati: "Apakah dia benar-benar berani melangkah ke tahap terakhir? Apakah dia benar-benar punya kendali, atau hanya mengandalkan keberuntungan?"
Di bawah sorotan semua orang, Han Sen perlahan-lahan mengangkat satu kakinya, melangkah menuju undakan batu terakhir.
Kilasan aneh terpantul di mata sang nenek, sementara Han Yan dan yang lain di bawah begitu tegang sampai lupa bernapas.
Huangfu Jing tetap tenang, hanya alisnya berkerut halus, sembari menganalisis dalam hati: "Bagaimana dia bisa memastikan bahwa naik ke sana tidak akan mati?"
Huangfu tahu Han Sen bukan tipe yang suka bergantung pada hoki. Keberaniannya naik berarti dia pasti punya keyakinan 100% bisa selamat.
Di bawah sorotan mata penuh kerumitan semua orang, kaki Han Sen menginjak dengan kokoh anak tangga batu terakhir. Sekali gus, tenaga terakhir dalam tubuhnya meledak keluar. Kaki satunya menyusul menapak, lalu berdiri tegak di samping bangkai makhluk kecil itu.
Boom!
Tiba-tiba seluruh rangkaian tangga batu memancarkan kilatan cahaya menyilaukan. Api transparan mengerikan meluap dari permukaannya, berkobar-kobar bagai ribuan nyala karma.
