Han Sen menggerakkan posturnya, sayap naga di punggung dan sayap naga di telinga muncul bersamaan. Menggenggam Bao'er lalu menghilang, berhasil menghindar dari guncangan Roda Air Jahat Raja Sungai Malam.
Sorot mata Raja Sungai Malam memancarkan kegilaan, menggeram menakutkan: "Kalau begitu biarkan mereka masuk Neraka lebih dulu menunggumu."
Sepasang Gir Bulan Bergerigi dengan gaya yang tidak berkurang, terus-menerus menghempaskan Roda Air Jahat dahsyat ke arah Ji Qing dan kawan-kawan.
"Mungkin harus mengecewakanmu." Sudut bibir Han Sen memancarkan nuansa olok-olok.
Dor!
Terlihat kubah cahaya keemasan menjulang dari tubuh Han Yan. Itu adalah Batas Gaib Raja Ulat keempat yang tidak rusak. Kubah emas itu melindungi Han Yan dan yang lain, menahan semua serangan Roda Air Jahat.
Roda Air Jahat yang besar-besar seperti mesin pemotong menggesek kubah emas dengan gila, namun tetap tak bisa menembusnya.
"Sialan, ternyata masih ada harta mutan seperti itu!" Hati Raja Sungai Malam dipenuhi amarah, kepasrahan, keputusasaan, dan kekecewaan.
Sudah sampai segini usahanya, tapi Han Sen masih belum terbunuh. Bahkan tak ada satu luka pun di tubuhnya. Batas Gaib Raja Ulat Sihir Emas itu telah menghancurkan secara tuntas keyakinannya.
Tanpa bantuan tenaga dari Patung Dewa Perang Kuno, tenaganya tak memadai untuk memecahkan kubah cahaya dengan pertahanan luar biasa itu. Rencana kali ini benar-benar gagal total.
Siapa yang menyangka, harta mutan semacam itu ternyata ada empat buah. Bahkan lebih tak terduga, tiga lapis kubah cahaya ternyata bisa menahan serangan level mitos.
Tapi segera Raja Sungai Malam menemukan harapan lagi. Ia melihat Han Sen justru berlari ke arahnya, tak berlindung di balik keemasan kubah cahaya.
"Aku tak percaya kau masih punya kubah mutan kelima!" raung Raja Sungai Malam dengan raut mengerikan. Tenaganya kembali meletus, air hitam pekat menyelimuti langit-bumi. Sepasang Gir Bulan Bergerigi menghujam bersama Roda Air Jahat dahsyat ke arah Han Sen.
Sayap naga di punggung Han Sen bergetar. Raga-nya berpindah tempat menerobos Roda Air Jahat, terus melesat cepat ke arah Raja Sungai Malam.
Amarah Raja Sungai Malam mencapai puncaknya. Kedua girinya bergerak cepat, jejaring Roda Air Jahat saling bersilangan menyergap Han Sen, berusaha menggilasnya menjadi remah-remah.
Aura Dongxuan dan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu Han Sen telah beroperasi pada batas maksimalnya, sambil terus melakukan teleportasi cepat. Baik kecepatan maupun tenaganya masih jauh di bawah Raja Sungai Malam.
Menghindari serangan Raja Sungai Malam saja sudah sangat sulit, hanya dengan mengandalkan pra-penilaian dan kemampuan strategi, ditambah kemampuan memecahkan ruang melalui teleportasi, Han Sen nyaris menghindari roda-roda air jahat itu sambil semakin mendekati sang raja.
10.000 meter...5.000 meter...3.000 meter...2.000 meter...1.000 meter...
Serangan gila Raja Sungai Malam ternyata tidak mampu menghentikan langkah maju Han Sen.
Akhirnya, saat jarak mereka menyusut di bawah 500 meter, Han Sen mengaum keras. Kedua tangannya mencengkeram erat Pisau Gigi Hantu, menghantamkan energi pedang yang mengerikan seperti iblis ke arah Raja Sungai Malam dengan amukan dahsyat.
“Kamu terlalu meremehkan kekuatan level Raja.” Provokasi Han Sen ini telah membuat Raja Sungai Malam mencapai puncak amarah. Gir Bulan Bergerigi menghantam ke bawah, Roda Air Jahat yang hampir menutupi langit-bumi berputar gila-gilaan, seolah ingin membelah Han Sen bersama seluruh tanah.
Raja Sungai Malam tidak menganggap Han Sen sebagai lawannya. Tanpa kubah cahaya harta mutan yang menjengkelkan itu, Han Sen di matanya hanyalah semut hina.
Kini si semut ini berani menantangnya frontal, memicu amarah sekaligus menyalakan secercah harapan dalam diri Raja Sungai Malam.
Kabar pembunuhan Han Sen pasti sudah terdengar. Sekalipun berhasil membunuhnya dan menghancurkan kubah harta mutan, anggota tim yang tersisa tetap akan menyebarkan informasi ini.
Tapi begitu berhasil membunuh Han Sen dan merebut barang yang diinginkan Edward, Raja Sungai Malam bisa menggunakan ini sebagai modal untuk bernegosiasi dengan Edward bahkan Ksatria Raja Biru Es.
Edward rela mengorbankan satu patung Dewa Kuno demi barang itu, Raja Sungai Malam yakin nilai barang tersebut cukup untuk mempertahankan nyawanya.
Namun saat energi pedang Han Sen hampir bertubrukan dengan Roda Air Jahat, tiba-tiba Han Sen memaksakan diri menarik kembali energi pedangnya dan kembali melakukan teleportasi. Kali ini Han Sen langsung muncul di belakang Raja Sungai Malam dengan jarak kurang dari 10 meter.
"Cari mati!" Persepsi Raja Sungai Malam begitu tajam, saat Han Sen muncul dia langsung menebaskan pisaunya.
Jarak yang sangat dekat membuat Raja Sungai Malam yakin kecepatan tebasannya akan membuat Han Sen bahkan tidak sempat berteleportasi.
Saat mengayunkan tebasan ini, raga Raja Sungai Malam ikut berputar. Dia melihat Han Sen memang berada di sana, baru saja menyelesaikan teleportasinya dan sudah terlambat untuk bergerak menghindari tebasannya.
"Boleh mati!" raungan gila Raja Sungai Malam menggema.
"Bao'er!" Han Sen tetap tenang, siluet merah darahnya melayang di udara tanpa sedikitpun niatan menghindar. Hanya melontarkan panggilan lembut.
Bao'er yang duduk di bahu Han Sen terlihat menggenggam genderang giok putih. Tangan mungilnya yang putih lembut menepuk permukaan genderang itu.
Raja Sungai Malam mengenali itu sebagai genderang dari Planet Genderang Giok. Ekspresinya berubah samar. Tebasannya sudah menggunakan seluruh tenaga, tak ada sisa kekuatan untuk mempertahankan diri dari gelombang suara genderang.
Namun dia tidak menganggap kekuatan genderang bisa mengancamnya. Bagaimanapun genderang itu hanya level Adipati, sulit untuk naik ke level Raja.
Dengan tubuh level Raja-nya, dia bisa bertahan menghadapi gelombang suara genderang giok dan memenggal Han Sen, sekalipun terkena luka akibat guncangan gelombang suara itu.
Sementara Raja Sungai Malam berpikir cepat, dia melihat tangan kecil putih lembut Bao'er menepuk permukaan genderang giok. Namun permukaan genderang itu berbeda dengan kesan baiknya tentang genderang giok putih—terdapat pola kalajengking berwarna darah di atasnya.
Sebelum Raja Sungai Malam sempat memiliki niat kedua, suara genderang "Dung!" langsung menyusup ke dalam kepalanya.
Dung!
Raja Sungai Malam merasakan mahkota kepalanya seolah ditusuk pahat baja tak terbendung, menusukkan dari atas hingga hampir menembus seluruh tubuhnya.
Langsung saja otak Raja Sungai Malam terasa kosong, "Bzzzt!"—dia tak bisa berpikir sama sekali, kedua tangannya refleks memeluk kepala sambil menjerit keras.
Dengan runtuhnya Raja Sungai Malam, Roda Air Jahat yang hampir mengenai Han Sen pun ikut berhamburan.
Dalam jarak sedekat ini, bahkan petarung level Raja sekalipun takkan bisa menahan efek pusing dari Genderang Giok Kalajengking Darah tanpa persiapan - fakta yang telah terbukti di Planet Genderang Giok. Han Sen sangat memahami poin krusial ini.
"Raja Sungai Malam, sudah waktunya kita menyelesaikan dendam hari ini." Pisau Gigi Hantu di tangan Han Sen mengeluarkan energi pedang mengerikan bak iblis jahat, menghantam ganas ke arah Raja Sungai Malam yang sedang menjerit sambil memeluk kepalanya.
Keinginan Raja Sungai Malam untuk membunuh Han Sen berbalas setimpal - Han Sen pun telah lama ingin menamatkan nyawanya.
Semburan energi pedang mengerikan itu menyambar leher Raja Sungai Malam. Tenaga yang mampu membelah gunung itu hanya menyisakan goresan superfisial di lehernya. Darah mengalir di sepanjang bilah pisau, namun gagal memutus leher sang raja kegelapan sepenuhnya.
Tubuh petarung level Raja jauh lebih kuat dibanding Marquis. Tebasan ini gagal memenggal leher Raja Sungai Malam, hanya melukai sedikit daging. Namun rasa sakitnya justru membuat kepalanya sedikit pulih.
Dung!
Tapi sebelum otak Raja Sungai Malam sempat berputar lagi, suara genderang terdengar sekali lagi. Seketika kepalanya berdengung keras, seolah ada yang membelah tengkoraknya dengan palu dan pahat, mencabik otaknya keluar. Terdengar lagi jeritan memilukan darinya.
Tangan mungil Bao'er kembali menampar Genderang Giok Kalajengking Darah. Tanpa jeda, kedua telapak kecilnya bergerak gesit atas-bawah, terus-menerus memukul genderang giok itu.
