Raja Sungai Malam seharusnya tidak membiarkan Han Sen mendekat sedemikian rupa. Daya hancur Genderang Giok Kalajengking Darah akan berkurang drastis seiring dengan bertambahnya jarak. Dalam jarak sedekat ini, Raja Sungai Malam yang menggunakan serangan penuh terhadap Han Sen tanpa cadangan tenaga untuk mempertahankan diri, hanya mengandalkan raga level Raja untuk bertahan sampai akhir, fondasi utama tak mampu menahan suara genderang kalajengking darah.
Dikenakan suara genderang Kalajengking Darah yang menusuk seperti sengat ekor racun ke dalam otak, langsung tidak bisa berpikir apa-apa, kepala terasa hampir meledak, sulit menyusun strategi lebih lanjut.
Sepasang tangan kecil Bao'er terus menepuk-nepuk genderang giok, irama yang kuat memenuhi suara genderang.
"Dum, dum, dum, dum! Dum, dum, dum!" Irama genderang yang kencang bagai jarum-jarum baja menusuk masuk ke dalam kepala Raja Sungai Malam, membuatnya menutupi kepala sambil menjerit-jerit kesakitan. Bahkan raganya sendiri sudah tak bisa dikendalikan, terjatuh bebas dari udara.
Suara genderang yang mengerikan bergema di udara, menghantam batas gaib emas, dan berhasil dihalangi oleh batas gaib tersebut tanpa melukai Han Yan dan yang lain di dalamnya.
Mengikuti irama musik, Han Sen menghantam Raja Sungai Malam dengan satu tebasan ganas, sementara gelombang suara genderang yang mengerikan sama sekali tidak mempengaruhinya.
Han Sen terus menyusupkan Kitab Hidup Darah Sutra Saraf ke dalam Genderang Giok Kalajengking Darah. Meski hingga detik ini belum bisa sepenuhnya mengendalikan genderang giok itu, sebagian darahnya sudah menyatu dengan kalajengking darah, menciptakan hubungan samar-samar.
Kalajengking Darah telah memandang Han Sen sebagai bagian dari dirinya sendiri, sehingga secara alami tidak akan melukainya.
Pisau tajam bagaikan iblis jahat, Han Sen tiba-tiba muncul di hadapan Raja Sungai Malam. Satu tebasan ganas mengarah ke lehernya, dentang logam bergema saat bilah pisau menghantam daging leher. Tebasan Han Sen hanya meninggalkan goresan darah superfisial di leher sang raja.
Tapi ini bukan masalah. Genderang Bao'er terus bergema tanpa henti. Raja Sungai Malam sama sekali tak punya kesempatan serang balik, tangannya menutupi kepala sambil menjerit-jerit dengan tujuh lubang wajah mengucurkan darah.
Han Sen terus-menerus menghantam di titik yang sama. Setiap tebasan memperlebar luka daging itu, sementara aura pedang ungu kehitaman di atas luka semakin mengerikan.
Satu tebasan tak cukup? Seratus tebasan. Seratus masih kurang? Seribu tebasan! Tubuh raja yang tangguh sekalipun takkan mampu bertahan dari dikuliti pisau ribuan kali.
Jika diganti dengan Marquis biasa, mungkin bahkan kulit Raja pun tidak bisa dirobek. Namun, energi pedang Han Sen terkristal sempurna, daya penghancurnya jauh melebihi Marquis biasa. Bahkan Adipati biasa mungkin tidak bisa menandingi Han Sen.
Ditambah Kekuatan Gigi Mutlak itu sendiri memiliki tenaga perobek, Han Sen menghantamkan pisau demi pisau pada luka. Akumulasi Kekuatan Gigi Mutlak sedikit demi sedikit membuat warna hitam keunguan di luka semakin pekat, kekuatan perobekannya pun semakin mengerikan.
Bai Wei berdiri di dalam batas gaib, menyaksikan Han Sen menebaskan pisau demi pisau pada leher Raja Sungai Malam hingga darah raja menyembur ke segala arah. Rasa takjub di hatinya semakin memuncak.
Han Sen benar-benar memberinya terlalu banyak kejutan dan keterpukauan. Kepercayaan diri yang kuat dan penilaian presisi, efek perisai yang bisa menahan serangan mitos, genderang giok yang bahkan membuat petarung level Raja pingsan - segala yang dimiliki Han Sen, bahkan membuat Putri Klan Huangji seperti dirinya iri hati.
Bai Wei bukan tidak memiliki senjata level Raja, bahkan senjata mitos sekalipun—asalkan dia ingin, bisa dengan mudah mendapatkannya.
Tapi sekalipun mendapatkan senjata mitos, lalu apa? Dengan kekuatan level Marquis-nya, sama sekali tidak bisa menunjukkan daya hancur senjata mitos, membawanya pun efeknya minimal.
Efek perisai tiga warna yang digunakan Han Sen dan kawan-kawannya, level Marquis ternyata bisa menggunakannya, bahkan menunjukkan pertahanan setara serangan mitos—sungguh tak terbayang, harta mutan macam apa itu.
Bai Wei tentu mengenal genderang giok, tapi sekalipun genderang giok yang ditingkatkan ke level Raja, tetap tidak mungkin seperti genderang giok di tangan Bao'er yang memberi efek begitu besar terhadap petarung level Raja.
Yang lebih mengerikan, yang membunyikan genderang giok ternyata seorang anak—anak yang terlihat baru berusia 5-6 tahun.
Han Sen menebaskan pisau satu per satu, daging di leher Raja Sungai Malam terbelah terbuka, darah segar menyembur deras dari dalam, bahkan tulangnya mulai menunjukkan bekas-bekas tebasan.
Tak terhitung sudah berapa kali Han Sen menebas. Kekuatan Gigi Mutlak yang pekat telah merembes hingga ke tulang lehernya, warna ungu-hitam perlahan merobek tulang kerajaan, membuat retakan di tulang itu semakin banyak.
Kres!
Han Sen kembali menebaskan pisau. Seluruh bilah Pisau Gigi Hantu itu tenggelam dalam tulang leher Raja Sungai Malam, membuat separuh kepalanya terkulai lemas.
Tapi Raja Sungai Malam yang pingsan akibat genderang itu masih belum bisa melawan. Dari mulut, mata, hidung, dan telinganya, darah terus membanjiri keluar mengikuti irama genderang.
Han Sen menyuruh Bao'er menghentikan pukulan pada Genderang Giok Kalajengking Darah. Memandangi Raja Sungai Malam yang sudah nyaris tak bernyawa dan setengah merangkak di tanah, dia bertanya: "Siapa yang menyuruhmu membunuhku?"
Han Sen tidak percaya Raja Sungai Malam punya kemampuan untuk berani diam-diam datang ke Bintang Induk Es Biru membunuhnya. Lagipula, jika Raja Sungai Malam memiliki Patung Dewa Kuno, pasti tidak akan menunggu hingga hari ini baru menggunakannya.
Seharusnya saat di Bintang Tajam Pisau dulu, Raja Sungai Malam sudah lama memakainya untuk memenggalnya.
Meski sudah punya hipotesis, Han Sen tetap ingin mendapatkan konfirmasi langsung dari mulut Raja Sungai Malam.
Leher Raja Sungai Malam hampir terputus oleh Kekuatan Gigi Mutlak yang terus merobek luka, ditambah guncangan beruntun di kepalanya. Makhluk itu setengah merangkak di tanah, meronta-ronta sia-sia dengan tujuh lubang wajah mengucurkan darah deras, bola matanya mulai kehilangan fokus.
"Ja... jangan... bunuh..." suaranya tercekat semburan darah di kerongkongan, kata-katanya terpotong-potong seperti kaset rusak.
"Siapa yang menyuruhmu membunuhku?" Han Sen mengulang pertanyaannya dengan nada lebih tajam.
“Inspektur... inspektur... jangan... bunuh aku...” Raja Sungai Malam berbicara dengan susah payah.
Han Sen mendengarkan lalu menghantamkan pisaunya ke bawah, langsung memenggal tulang leher Raja Sungai Malam yang sudah terkikis Kekuatan Gigi Mutlak. Kepala Raja Sungai Malam segera menggelinding jatuh. Seorang petarung level Raja pun tewas seperti ini.
Cukup tahu siapa dalangnya. Tidak perlu membiarkan Raja Sungai Malam hidup. Hanya mengandalkan kesaksian sepihak darinya, mustahil untuk menjerat Edward.
Bisa saja malah memberi Edward kesempatan untuk memutarbalikkan fakta. Menyelamatkan dan membebaskan Raja Sungai Malam kembali juga bukan hal yang mustahil.
Setelah membunuh Raja Sungai Malam, Han Sen menggasak semua barang di tubuhnya. Sepasang Gir Bulan Bergerigi level Raja, serta beberapa benda lainnya. Sayangnya di era ini tidak ada kantong dimensi, benda yang bisa dibawa terbatas, tapi tetap cukup menggiurkan.
Sepasang Gir Bulan Bergeragi tingkat Raja saja sudah bernilai tinggi, ditambah beberapa barang lainnya, jika digunakan untuk transaksi, bisa ditukar dengan banyak gen varietas langka tingkat Raja.
Setelah membunuh Raja Sungai Malam, Han Sen dan rombongannya tidak mungkin melanjutkan pencarian. Mereka menghancurkan alat pencarian lalu membawa mayat Raja Sungai Malam kembali ke markas.
Masalah alat pencarian yang hancur juga dibebankan ke Raja Sungai Malam, menghemat banyak masalah.
Kembalinya Ksatria Raja Biru Es diiringi kemarahan hebat. Alasan utamanya tentu bukan karena Raja Sungai Malam mencoba membunuh Han Sen, melainkan nyarisnya Bai Wei terbunuh.
