Han Sen sedang berbaring di ranjang. Si Perak Kecil yang tidur di sampingnya tiba-tiba melonjak berdiri. Petir perak menyambar-nyambar di tubuhnya, mengalir sunyi. Sepasang mata peraknya mengawasi ketat area luar asrama.
Han Sen langsung terbangun, Xiao Xing yang satu asrama dengannya juga merangkak bangkit.
Han Yan dan cewek-cewek lain tidak tinggal satu asrama dengan Han Sen karena beda gender, tapi lokasinya di asrama sebelah.
Aura Dongxuan diaktifkan, ekspresi Han Sen langsung berubah drastis. Sama sekali tidak sempat bereaksi, suara ketukan pintu sudah terdengar di luar.
"Han Sen, Yang Mulia Ksatria Raja memanggilmu untuk urusan penting." Suara kurir pengantar pesan bergema di balik pintu.
Kalau biasa, Han Sen takkan ambil pusing dan langsung buka pintu. Tapi sekarang beda. Xiao Yin Yin yang spiritual dan cerdas ini paham membedakan kawan dan lawan. Dia takkan asal menunjukkan permusuhan pada Ksatria Es Biru di markas, apalagi sampai mengerahkan tenaga seperti menghadapi musuh terbesar.
Saat aura Dongxuannya menjaring area luar, Han Sen langsung merasakan debaran kencang di hati - seperti gunung besar menindih dadanya.
"Ksatria Raja Biru Es ada di luar." Han Sen langsung tahu apa yang terjadi. Meski tak bisa melihat atau merasakan aura Ksatria Raja Biru Es, intuisi memberitahunya bahwa sosok itu berdiri di luar pintu bagai gunung megah setinggi tiga puluh ribu meter.
Meski Han Sen tak tahu mengapa Ksatria Raja Biru Es ternyata datang sendiri, jelas ini bukan pertanda baik. Apalagi utusan hanya mengatakan memanggilnya, tidak menyebutkan kedatangan langsung sang raja.
Kini Ksatria Raja Biru Es menyembunyikan aura dan berdiri di luar pintu - ini sama sekali tidak normal, dan pasti bukan berasal dari niat baik.
"Baik, tunggu sebentar. Aku pakai baju dulu, langsung keluar." Han Sen pura-pura merapikan bajunya sambil berkata.
Aura Dongxuannya menjaring area luar kamar sebelah. Ditemukannya Ksatria Es Biru lain yang sedang memanggil Han Yan dan teman-temannya. Perasaan tidak enak di hati Han Sen semakin menjadi, dipenuhi kecemasan yang mencekam.
Di hatinya berjuta-juta pikiran melintas, tanpa keraguan Han Sen langsung menangkap Si Perak Kecil dan melompat ke punggung Xiao Xing Xing. Xiao Xing Xing segera paham maksudnya, mengaktifkan kekuatan Melintasi Laut Bintang dan langsung menembus ke kamar sebelah.
Han Yan dan yang lain terkejut melihat Xiao Xing Xing membawa Han Sen menembus dinding, mereka juga menyadari apa yang terjadi.
Han Sen terlalu terlambat untuk menjelaskan, langsung memanggil Menara Takdir Langit sambil berteriak: "Masuk semua!"
Tanpa basa-basi, Zero dan Han Meng'er langsung menerjang masuk ke Menara Takdir Langit. Ji Qing hendak bertanya sesuatu, tapi sebelum sempat mengucapkan kata, sudah ditarik masuk oleh Han Yan.
Kecepatan Huangfu Jing juga luar biasa, tanpa keraguan langsung menerobos masuk.
Si Perak Kecil dan Xiao Xing Xing juga dilempar masuk oleh Han Sen. Hanya Bao'er yang masih duduk di bahu Han Sen, sementara malaikat kecil itu tetap berdiri tak bergerak sama sekali dengan sepasang mata jernih mengawasi ketat di luar pintu.
“Cepat masuk.” Han Sen tidak tahu apa yang terjadi pada malaikat kecil itu, padahal biasanya dia sangat patuh.
Malaikat kecil itu tidak menuju ke Menara Takdir Langit, malah mendekati Han Sen. Di belakangnya, sayap besar terkembang sementara aura malaikat bersinar di atas kepalanya.
Tubuh remajanya berubah seketika menjadi sosok malaikat berambut pirang bergelombang dengan lekuk tubuh yang seksi. Sebilah pedang bulu kristal putih besar muncul di tangannya.
Transformasi malaikat kecil ke bentuk malaikat dewasa jelas menunjukkan dia juga merasakan bahaya.
“Aku bisa menanganinya, cepatlah kau masuk...” Han Sen berseru gugup. Dia sudah bisa merasakan Ksatria Raja Biru Es telah sampai di depan pintu asrama ini, jelas-jelas mengetahui bahwa Han Sen telah memasuki ruangan ini.
Tapi sebelum Han Sen selesai bicara, sayap malaikat di punggung malaikat kecil mengibas, terbang melayang ke depan Han Sen. Sepasang sayap malaikat putih salju mengembang, mata yang murni tanpa secuil kotoran menatap Han Sen. Bibir merahnya mendekati mulut besar Han Sen, menempel erat.
Han Sen langsung merasakan tenaga murni mengalir dari sela gigi ke tubuhnya. Seluruh raga malaikat kecil memancarkan cahaya suci yang dalam sekejap membanjiri tubuh Han Sen.
Boom!
Sepasang sayap cahaya malaikat mengembang di punggung Han Sen, aura malaikat muncul di atas kepalanya. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya suci, pedang bulu malaikat besar pun tergenggam di tangannya.
Tenaga malaikat murni menyatu dengan tenaga asli Han Sen, membuat stamina fisiknya meningkat secara drastis.
Han Sen terkejut dalam hati. Sejak malaikat kecil mendapatkan raganya sendiri, dia tidak pernah lagi menunjukkan kekuatan seperti ini. Han Sen juga mengira dia sudah bukan lagi roh binatang dan seharusnya kehilangan kemampuan bergabung.
Tak disangka, malaikat kecil ternyata masih memiliki kemampuan bergabung. Meski sama-sama berada di level Marquis, kemampuan fisik dan kemurniannya tidak kalah jauh dari Han Sen.
Dua kekuatan Marquis top saling melebur, seketika membuat kemampuan bertarung Han Sen melampaui batas level Marquis. Seluruh raganya seolah dipenuhi tenaga tak terbayangkan.
Han Sen tahu tindakan tiba-tiba malaikat kecil bergabung dengannya pasti karena merasakan bahaya yang ekstrem. Kalau tidak, tidak akan ada aksi seperti ini.
Saat Menara Takdir Langit masuk ke laut jiwa, pintu asrama di belakangnya sudah didobrak paksa. Han Sen menyaksikan Ksatria Raja Biru Es masuk. Meski tak ada aura tenaga yang meledak dari tubuhnya, tekanan yang dirasakan Han Sen begitu mencekam.
Hampir mencapai tahap mitos! Tidak kalah dari Ishara yang hampir mencapai tahap mitos!
"Bao'er!" Han Sen tidak ragu-ragu, sayap naga, sayap naga, dan transformasi banteng batu sekaligus dipanggil. Raganya berubah menjadi warna darah gelap, tiga pasang sayap bergetar serempak.
Dor!
Tangan kecil Bao'er menepuk Genderang Giok Kalajengking Darah. Guncangan gelombang suara menyembur, sementara tiga pasang sayap di punggung Han Sen bergetar kencang. Ia sudah melesat secepat kilat menghantam dinding di belakang asrama.
Ksatria Raja Biru Es mengerutkan kening halus. Cahaya redup biru memancar melindungi raganya. Gelombang suara yang kasat mata bagai sengat ekor racun menusuk atap kepalanya, namun hanya menciptakan riak-riak beruntun di permukaan cahaya biru itu tanpa bisa menembus masuk.
"Han Sen, jelaskan secara transparan. Apakah kamu ingin menjadi desertir?" Ksatria Raja Biru Es mengawasi ketat arah teleportasi Han Sen sambil berkata dengan datar. Seketika aura tekanan mengerikan meletus dari tubuhnya.
Han Sen tiba-tiba muncul di sebuah koridor markas. Seketika ia merasakan tekanan dahsyat bagai gunung menindihnya, hampir membuatnya terjatuh berlutut.
"Jika benar-benar tulus memberiku kesempatan penjelasan, takkan kau datang dengan cara seperti ini." Han Sen mendengus keras. Aura tubuhnya tiba-tiba pecah berkeping-keping, dengan gemilang menerobos tekanan wibawa sang raja. Tubuhnya kembali menghilang dalam teleportasi, melesat keluar dari tutup atas markas dan muncul di angkasa.
Han Sen tidak tahu apakah dia bisa kabur, tapi kali ini dia tidak bisa kembali ke perlindungan, karena Han Yan dan yang lain berada di dalam Menara Takdir Langit. Dengan kekuatan mereka saat ini, jika Han Sen berteleportasi kembali ke perlindungan, mereka di dalam Menara Takdir Langit juga akan mengalami penolakan aturan dari perlindungan.
Saat itu hanya ada dua hasil: pertama mereka semua meledakkan diri hingga tewas, atau kabur dari gerbang perlindungan. Apapun situasinya hampir pasti berujung kematian.
Han Sen mengatupkan gigi. Sebelum dia sempat teleportasi lagi, siluet Ksatria Raja Biru Es sudah muncul di langit berbintang, memandangnya dari atas dengan wibawa tak terkatakan yang menindih, membuat Han Sen merasa seolah sang raja adalah penguasa segalanya di alam semesta. Ke mana pun dia lari, takkan bisa lepas dari telapak tangannya.
