"Han Sen, sekarang berbalik masih belum terlambat." Ksatria Raja Biru Es berkata dengan datar.
Han Sen tidak menjawab. Di hatinya berkelebat jutaan pikiran.
Ksatria Raja Biru Es tidak memiliki konflik kepentingan apapun dengannya, ditambah lagi dengan hubungan emosional Ishara, tidak masuk akal kalau Ksatria Raja Biru Es akan menyerangnya.
Apalagi Bai Wei ingin membawanya kembali ke Klan Huangji, semakin tidak ada alasan bagi Ksatria Raja Biru Es untuk bertindak sekarang. Ini merupakan risiko melanggar perintah sang raja yang termasuk dosa berat.
Setelah dipikir-pikir Han Sen, satu-satunya kemungkinan hanyalah serpihan batu di tubuhnya - benda yang membuat Edward rela menggunakan satu patung Dewa Kuno untuk mendapatkannya.
"Seandainya Ksatria Raja Biru Es tahu tentang serpihan batu itu, pasti sudah dari dulu dia menyerangku. Tapi baru sekarang dia bertindak, berarti informasi ini baru saja dia dapat." Pikiran Han Sen berputar cepat. "Yang tahu aku membawa serpihan batu cuma Edward dan kroni-kroninya. Tapi kenapa Edward mau memberitahu Ksatria Raja Biru Es tentang ini?" Tiba-tiba dia tersadar: "Tepat! Pasti karena Bai Wei tiba-tiba ingin membawaku pergi dari sini. Edward sendiri tidak bisa menghentikanku, jadi terpaksa dia bocorkan informasi ini ke Ksatria Raja Biru Es supaya aku ditahan di sini."
"Nilai serpihan batu ini ternyata jauh lebih tinggi dari perkiraanku, sampai-sampai Ksatria Raja Biru Es berani melawan perintah Kaisar demi menahanku." Han Sen menganalisis lebih dalam. "Selain itu, mereka sangat ingin aku tetap di sini. Sangat mungkin serpihan batu ini hanya berguna di lokasi ini. Jika tidak, meski aku pergi ke Klan Huangji, mereka bisa mencari cara merencanakan secara perlahan. Tidak perlu mengambil risiko melanggar titah kerajaan."
Han Sen menegakkan kepala melihat Ksatria Raja Biru Es di langit berbintang. Sebenarnya sejak awal pertandingan, Dia bisa saja langsung menyerang dan mengalahkan Han Sen dengan kekuatan dan statusnya di sini, sama sekali tidak perlu ragu-ragu.
Alasan tidak menyerang mungkin karena masih mempertimbangkan hubungan dengan Ishara, bukan benar-benar ingin menyakiti Han Sen, hanya ingin merebut serpihan batu tersebut.
Tapi Han Sen tak ingin menyerahkan serpihan batu itu. Maka terciptalah kontradiksi tidak dapat diharmonisasi antara keduanya. Kecuali Han Sen menyerahkan serpihan batu, meskipun Ksatria Raja Biru Es tak ingin bermusuhan, Dia tetap harus menangkap Han Sen untuk mengambilnya.
"Sialan! Bagaimana Edward bisa tahu aku yang mengambil serpihan batu itu? Bukankah mereka sendiri awalnya tak menyadari nilai serpihan itu? Kenapa setelah kuambil, dia malah tahu?" Han Sen menghela nafas dalam hati. Padahal sudah berhati-hati, tapi ternyata Edward tetap berhasil menemukan bahwa dialah yang mengambilnya.
Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal ini. Karena tak ingin menyerahkan serpihan batu, Han Sen harus mencari cara untuk kabur dari sini.
Di sini adalah markas Ksatria Es Biru, dengan jutaan jagoan di dalamnya. Yang Mulia Ksatria Raja Biru Es saat ini hanya enggan bertindak berlebihan, atau mungkin tak ingin memaksa Han Sen ke jalan buntu, jadi hanya mengejarnya sendirian.
"Han Sen, barang itu tak berguna bagimu. Tinggalkanlah, dan kamu masih bisa mendapatkan hadiah yang semestinya." Yang Mulia Ksatria Raja masih belum menyerang, hanya meredam Han Sen dengan aura sambil berkata.
"Barang apa yang Yang Mulia maksud?" Aura pedang dan niat pisau yang terjalin di tubuh Han Sen berhasil menembus aura Ksatria Raja, membuatnya langsung tak lagi merasakan Tekanan Mengerikan itu.
Niat pisaunya dan aura pedangnya telah mencapai tingkat hampir mencapai tahap mitos, tak kalah dari Yang Mulia Ksatria Raja. Hanya saja tingkat tenaganya masih terlalu jauh berbeda, sama sekali tak mungkin dibandingkan.
“Kalau kamu bersikeras demikian, aku terpaksa membawa kamu pulang dulu.” Ksatria Raja Biru Es melihat nuansa pedang dan pisau di tubuh Han Sen, menunjukkan ekspresi pujian.
Di level Marquis sudah bisa melatih nuansa hingga tingkat seperti ini, bahkan di Klan Huangji pun sangat langka.
Saat bicara, tubuh Ksatria Raja Biru Es memancarkan cahaya biru pucat. Tanpa gerakan apapun, cahaya biru di kehampaan langsung menyebar ke sekeliling. Ruang di sekitar mereka seolah membeku menjadi biru dalam sekejap. Han Sen yang terjebak di dalamnya langsung merasakan dingin yang mengerikan menyatu dengan sumsum tulang, hampir membuatnya membeku seketika.
Tenaga es berskala besar tanpa target spesifik ini sama sekali tidak memberi Han Sen kesempatan untuk membalas. Bahkan teleportasi tak berguna di bawah cakupan kekuatan seluas ini. Bagaimanapun Siluet Kilat hanya untuk teleportasi jarak pendek, bukan perpindahan antarbintang, sehingga tak mungkin kabur dari area ini.
Han Sen dan Bao'er di dalam cahaya biru itu tidak bergerak sama sekali, seolah terkunci dalam balok es.
Di markas, Edward yang menyaksikan kejadian ini berkata dengan decak kagum: "Bakat Ksatria Raja Biru Es di Klan Huangji sebenarnya tidak terlalu menonjol, tapi keteguhan keyakinannya hampir tak tertandingi. Mampu melatih teknik gen Es Biru paling dasar dari Ksatria Es Biru hingga mencapai tingkat ini, dalam sejarah guild mereka bisa dihitung jari."
"Kegigihan saja percuma. Asal usul dan bakat sudah menentukan dia seumur hidup tak mungkin memasuki ambang mitos. Sekuat apapun, tetap hanya selangkah lagi dari mitos." Seorang Ksatria Es Biru di samping mencibirkan bibir, namun sorot matanya tertuju pada Han Sen: "Aku justru penasaran dengan Han Sen itu. Meski punya harta mutan kubah cahaya, tapi bisa mengalahkan Raja Sungai Malam? Itu bukan cuma soal pertahanan semata."
"Tidakkah kau lihat genderang giok di tangan gadis kecil itu? Itu bukan genderang giok biasa, melainkan genderang giok mutasi level Raja yang memiliki kemampuan serangan gelombang suara khusus. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap mayat Raja Sungai Malam, meski luka parahnya berasal dari ribuan hantaman yang memenggal kepalanya, tapi otaknya mengalami kerusakan serius. Seharusnya dia tak sengaja terkena efek genderang giok itu," kata Edward dengan datar.
"Dia hanya seorang Marquis ras kecil, tapi ternyata memiliki begitu banyak harta berharga yang bahkan kita pun mengidam-idamkannya. Entah dari mana dia mendapatkan semua itu," ujar Ksatria Es Biru sambil memandang penuh keserakahan ke arah genderang giok di tangan Bao'er.
"Anggota ini memang tidak sederhana, bahkan kita tidak bisa menemukan apa relik suci itu, tapi dia bisa. Kalau bukan karena dia, kita sama sekali tidak tahu bahwa relik suci ternyata adalah genteng batu di kanopi batu. Ini sendiri merupakan kemampuan yang kuat." Edward memicingkan mata mengawasi Han Sen berkata: "Jika memungkinkan, aku juga enggan bermusuhan dengan orang seperti ini, tapi relik suci harus kita rebut."
"Kamu benar-benar merasa Han Sen bisa kabur? Jika dia tidak bisa kabur, sekalipun Ksatria Raja Biru Es tidak tahu serpihan batu di tubuhnya adalah relik suci, tetap akan menggasaknya. Kita akan kehilangan kesempatan." Ksatria Es Biru menatap Edward.
"Aku percaya dia bisa. Bahkan jika tidak bisa, aku akan buat dia bisa." Senyum Edward penuh keyakinan yang tenang: "Ksatria Raja Biru Es membantu mencegat mereka, biarkan Sang Raja Putih yang meminta pertanggungjawaban. Kita hanya perlu menunggu dan merebut barang itu."
Tuan Putih dan Duan Zui juga sedang menyaksikan kejadian ini. Tuan Putih mengerutkan kening tanpa bicara, sedangkan Duan Zui bertanya dengan heran: "Tuan Putih, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Raja Ksatria Es Biru tiba-tiba menyerang Han Sen?"
"Di sini, hanya ada satu hal yang bisa membuat Raja Ksatria Es Biru melanggar perintah kaisar untuk menyerang Han Sen," kata Tuan Putih sambil memandang Han Sen di udara dengan raut wajah yang tidak biasa.
"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin barang itu ada di tangannya?" Duan Zui langsung membelalakkan matanya, menunjukkan ekspresi yang tak percaya.
