Sambil mundur cepat, Han Sen dengan konsentrasi penuh memunculkan Batas Gaib Raja Ulat Sihir Emas di sekujur tubuhnya.
Boom!
Rantai keteraturan tak kasat mata terjalin menghantam batas gaib itu. Perisai magis itu bergoyang tak henti, mengeluarkan suara berderit seolah akan hancur setiap saat.
Han Sen merasa ngeri. Sebagian besar tenaga Hulfei dipakai untuk melawan segel. Hanya dengan sisa tenaga sedikit saja, Batas Raja Ulat Sihir hampir tak mampu bertahan. Jika terkena dua-tiga serangan lagi, perisai ini pasti remuk.
“Petarung kuat yang termitosis memang bukan main, bahkan secuil tenaga saja sudah jauh melampaui makhluk biasa.” Han Sen berpikir cepat, bergolak berbagai pemikiran tentang bagaimana caranya bisa keluar dari kesulitan yang kini menjeratnya.
Hulfei tidak heran Han Sen bisa menahan serangannya, karena dia memperlakukan Han Sen seperti Jenderal Tulang Hantu. Adalah wajar jika Jenderal Tulang Hantu punya kartu as untuk perlindungan diri.
Rantai keteraturan yang dia tebaskan tidak mundur setelah satu serangan, melainkan terjalin seperti rantai di luar Batas Gaib Raja Ulat, terus-menerus membunuhnya.
Han Sen mengawasi cahaya batas gaib yang berkedip-kedip tak menentu, fragmen-fragmen keemasan terus jatuh akibat dibantai rantai keteraturan, dahinya semakin berkerut.
"Hulfei, masih ingat ucapan pertamamu padaku saat aku baru masuk?" Han Sen berkata pada Hulfei dari dalam batas gaib.
"Tulang Hantu, lebih baik kau menghemat tenaga. Hari ini sudah pasti mati kau." Hulfei berkata dengan suara dingin.
Han Sen berpikir cepat, lalu melanjutkan: "Kalau begitu, ucapan kita di Neraka Daratan Tulang Putih tentu tak terdengar oleh Guigu? Dulu kau bilang nama San Mu tidak bagus, sebatang kayu saja sudah cukup kaku. Aku punya tiga karakter kayu, sama sekali tak peka romansa."
Hufei tertegun sejenak, mengerutkan alis sambil mengamati Han Sen, sepertinya mulai goyah.
"Kehendak Guigu telah kuhancurkan. Aku hanya takut kau membalas dendam untuknya, makanya menyamar sebagai dia. Sungguh, aku bukan Guigu." Han Sen melanjutkan penjelasannya.
Hufei merenung beberapa saat sambil memandang Han Sen, lalu memancing pembicaraan: "Seperti apa rupa varietas langka yang kau temui di Neraka Daratan Tulang Putih?"
Han Segera mendeskripsikan makhluk itu secara detail. Setelah mendengar penjelasannya, Hufei jelas-jelas semakin ragu.
Hufei masih ragu-ragu, lalu menatap Han Sen dan bertanya: "Saat Xiao Hei membawamu ke sini, ada satu kalimat yang kuucapkan tanpa membuka mulut. Apa isinya?"
“Bagaimana mungkin kamu berbicara padaku tanpa membuka mulut...” Tiba-tiba hati Han Sen berdebar, spontan berseru: "Datanglah..."
Mendengar ucapan Han Sen, Hu Fei membeku sejenak. Rantai keteraturan yang terjalin di batas gaib pun ikut lenyap. Sepasang matanya yang indah perlahan membelalak, masih tak percaya memandangi Han Sen: "Apakah kamu benar-benar San Mu?"
"Aku benar-benar San Mu, sama sekali bukan Tulang Hantu. Bagaimana harus kubuktikan agar kamu percaya?" Han Sen rasanya ingin menangis. Buat apa berpura-pura jadi Jenderal Tulang Hantu? Tidakkah lebih baik tetap polos?
"Pola pikir dan tata bahasamu memang berbeda dengannya... Tapi Tulang Hantu itu licik tiada tara..." Hu Fei masih setengah percaya, terutama karena tak menyangka Han Sen ternyata bisa melenyapkan kesadaran Jenderal Tulang Hantu.
"Jenderal Tulang Hantu adalah salah satu dari Sepuluh Dewa Tanah Suci. Bahkan sesama level mitos, Rubah Imperial masih jauh bukan tandingannya, apalagi Han Sen hanya seorang adipati."
"Aku benar-benar San Mu." Han Sen merasa kesulitan, tak tahu bagaimana membuktikan diri.
"Bagaimana kau melenyapkan kesadaran Jenderal Tulang Hantu?" Rubah Imperial kembali bertanya sambil menatap Han Sen.
Han Sen menjawab: "Aku memiliki bakat istimewa, gaya kesadaran-ku bahkan lebih kuat dari petarung mitos. Kesadaran si Tulang Hantu yang menginvasi lautan kesadaran-ku itu tindakan bunuh diri."
Rubah Imperial masih tak percaya, tak henti menyapu seluruh tubuh Han Sen dengan tatapannya. Dari pemahamannya tentang Jenderal Tulang Hantu, Han Sen memang tidak seperti si Tulang Hantu.
Han Sen merenung sejenak lalu berkata: "Sekalipun Jenderal Tulang Hantu berhasil merebut raga-ku, dia tak mungkin memiliki kenanganku, kan?"
"Belum tentu. Menelan kehendak dan merebut ingatan bukan hal sulit bagi Tulang Hantu," sahut Rubah Imperial.
Han Sen diam-diam merenung, dia benar-benar tidak bisa menjelaskan dengan jelas.
Hufei tiba-tiba tersenyum lebar: "Untuk membuktikan apakah kamu benar-benar Hantu Tulang tidak sulit. Asalkan kamu ikut aku masuk ke Neraka Tulang Putih, benar atau palsu akan langsung terlihat."
"Kenapa?" tanya Han Sen.
Hufei mencibirkan bibir: "Varietas langka di Neraka Tulang Putih memang akibat kesalahan Hantu Tulang. Selain itu, Hantu Tulang di luar tidak tahu apa yang terjadi. Saat kembali hanya tersisa topeng hantunya, tidak pernah masuk lagi ke Neraka Tulang Putih. Dia tidak tahu di dalam sudah muncul varietas itu. Varietas itu telah diakui oleh Neraka Tulang Putih, sedangkan Hantu Tulang dulunya adalah penguasa Neraka Tulang Putih. Jika kamu benar Hantu Tulang, saat masuk ke Neraka Tulang Putih, varietas itu pasti akan merasakan keberadaanmu dan pasti akan bertarung habis-habisan sampai ada pemenang. Neraka Tulang Putih tidak mungkin memiliki dua penguasa."
“Aku boleh mencoba.” kata Han Sen.
Hu Fei tidak berkomentar lagi, langsung menuju ke ruang samping. Dengan kunci, ia membuka Pintu Kerangka Neraka lalu membawa Han Sen masuk kembali ke Neraka Tulang Putih.
Han Sen berdiri di puncak gunung Neraka Tulang Putih tanpa merasakan hal istimewa.
Sebelumnya, Han Sen sempat khawatir kekuatan Tulang Hantu dalam dirinya akan memicu resonansi Neraka Tulang Putih. Syukurlah hal itu tidak terjadi.
Hu Fei terus mengawasi ketat Han Sen, siap bertindak setiap saat. Namun setelah Han Sen masuk, Neraka Tulang Putih sama sekali tidak menunjukkan kelainan. Varietas langka itu pun tidak keluar mencari masalah. Ekspresi wajah Hu Fei semakin menunjukkan keterkejutan.
“Apakah Kamu benar-benar San Mu?” Hu Fei mulai mempercayai Han Sen.
“Kakak, aku sungguh San Mu.” Han Sen tersenyum pahit.
Hu Fei merapikan rambutnya, memandang Han Sen dengan pandangan penuh keanehan sambil berkata: "Mungkin Guigu bermimpi pun takkan menyangka, dirinya akan tewas di tangan seorang adipati kecil-kecilan."
Mendengar perkataan Hu Fei, Han Sen akhirnya menghela nafas lega. Terlihat sang rubah permaisuri itu seharusnya sudah mempercayainya.
"Hu Fei, mengingat Guigu sudah mati, antara kita tidak ada dendam kesumat, tidak perlu bertarung habis-habisan. Lebih baik kita bersama-sama mencari solusi, melihat bagaimana cara bisa bebas, pergi bersama melihat dunia luar." Han Sen menatap Hu Fei berkata.
Hu Fei menghela napas lemah: "Kalau bisa memecahkan segel di sini, aku udah dari dulu pergi. Masakan mau tetap terkepung di sini?"
“Kamu sendirian tidak bisa berbuat apa-apa, belum tentu kita bersama tidak menemukan solusi. Pertama jelaskan asal-usul rantai yang membelenggumu ini, mungkin aku punya metode khusus." Han Sen berusaha menenangkan Hu Fei terlebih dahulu sebelum mencari cara kabur dari tempat ini.
Selama sebulan ini, Han Sen terus melakukan pengamatan terhadap segel magis di istana. Dengan keunggulan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu, justru terlihat beberapa tanda keunggulan, hanya saja sebelumnya belum terpikir metode untuk memecahkan segel tersebut.
Sekarang situasinya agak berbeda. Sisa-sisa kekuatan Gu Gu telah memodifikasi tubuhnya menjadi Tubuh Tulang Iblis, memberi Han Sen secuil kemungkinan untuk membuka segel.
