"Jangan bilang padaku, Han Sen adalah nama palsumu." Hu Fei menatap Han Sen dengan ekspresi seolah tersenyum tapi juga menangis.
"Aku memang bernama Han Sen. San Mu adalah nama panggilan kecilku, hanya keluarga dekat dan teman baik yang tahu nama ini." Jawab Han Sen.
Hu Fei melototi dengan pandangan putih, tidak bermaksud menggali lebih dalam. Sorot matanya menjaring wajah Edward dan yang lain: "Kalian ini dari mana asal-usulnya?"
Ksatria Raja Biru Es berkata: "Kami adalah anggota Ice Blue Knights dari Klan Huangji, Yang Mulia. Mohon jangan salah paham. Kedatangan kami semata-mata untuk mengejar pengkhianat Han Sen, sama sekali tidak berniat menyinggung Yang Mulia."
"Apa yang dia lakukan sampai kalian mengejarnya?" tanya Hu Fei penuh minat.
Ksatria Raja Biru Es dan Edward diam-diam mengerutkan kening. Mereka sudah menunjukkan identitas, maksudnya menggunakan reputasi Klan Huangji untuk menekan Hu Fei agar punya pertimbangan khusus.
Tapi melihat sikap Hu Fei yang seolah tidak punya sedikit pun keraguan terhadap Klan Huangji, membuat mereka mulai merasa situasi tidak beres.
"Rubah Penggoda Serbabisa tidak bisa dianggap sebagai ras top. Bahkan petarung kuat yang termitosis dari ras rubah ini pasti akan merasa waspada terhadap Klan Huangji, tapi Hu Fei ini sama sekali tidak menunjukkan keraguan."
Mereka tidak tahu bahwa ketika Hu Fei dipenjara di sini, Klan Huangji belum mencapai kemasyhuran seperti sekarang—waktu itu mereka masih ras kecil belaka.
"Dia adalah mata-mata di Ice Blue Knights kami. Dengan susah payah kami menemukannya, tapi ternyata dia terlalu licik sehingga berhasil kabur. Kami melacak hingga ke sini, benar-benar tidak bermaksud mengganggu Yang Mulia." Edward menambahkan dengan ekspresi tulus yang terpampang jelas di wajahnya.
Meskipun Han Sen dan Hu Fei hanya bertukar beberapa kalimat, Edward sudah bisa melihat hubungan mereka tidak intim. Karena itulah dia sengaja tidak menyebut-nyebut soal relik suci.
Selama relik suci masih ada di tubuh Han Sen, mereka masih punya kesempatan. Jika diambil oleh petarung kuat yang termitosis, peluang itu akan hilang sama sekali.
"Krek!" Ekspresi Hu Fei langsung dingin, memegang Rantai Keteraturan seperti cambuk menghantam wajah Edward yang tergantung terbalik. Goresan darah langsung menembus tulang putih, darah mengalir deras menyusuri rambutnya.
Semua orang merinding. Hu Fei tetap diam, cambuk demi cambuk menghantam tubuh Edward tanpa henti. Dalam sekejap, tubuh Edward sudah dipenuhi luka-luka.
"Aku sudah ahli menipu sejak nenek moyang kalian belum lahir. Jangan main-main denganku, kecuali kalian ingin mati." Hu Fei mengawasi dengan dingin Edward yang berlumuran darah. "Aku tanya sekali lagi: Kenapa kalian mengejarnya?"
"Dia mencuri barang penting milik kami. Karena itu kami mengejarnya," jawab Edward.
"Barang apa?" Hu Fei mengerutkan kening halus, tapi berhenti menyiksa Edward.
"Kami pun tidak tahu apa itu." Setelah Edward selesai berbicara, tanpa menunggu Hu Fei bertindak, dia langsung melanjutkan: "Kami menemukan kota kuno di gurun. Han Sen menyelinap saat kami lengah, mencuri sebuah barang dari dalam kota lalu kabur. Kami sama sekali tidak melihat seperti apa barang itu. Yang Mulia ingin tahu, tanyakan saja padanya."
Sorot mata Hu Fei menyapu wajah Edward dan kawan-kawan, lalu akhirnya menetap di wajah Han Sen. Dengan senyum bahagia dia bertanya: "Adik San Mu-ku yang baik, rupanya kau sudah mendapatkan barang dari dalam kota. Hebat sekali!"
"Aku memang mengambil sesuatu dari kota kuno itu." Han Sen mengangguk mengakui.
"Di mana barangnya?" Pandangan Hu Fei tiba-tiba menjadi tajam. Bahkan baginya, peninggalan Santo tetap memiliki daya tarik luar biasa.
Han Sen justru tersenyum. Alih-alih mengeluarkan serpihan batu, dia berkata dengan datar: "Menurut Kakak, mana yang lebih penting antara barang dan kebebasan?"
"Kakak ini sangat serakah. Kebebasan aku mau, barang itu juga harus kumiliki." Rantai keteraturan di tubuh Hu Fei tiba-tiba bergerak, membelit ke arah tubuh Han Sen.
Raga Han Sen bergerak seperti bayangan, melakukan teleportasi menuju ruang samping tempat Pintu Neraka Tengkorak berada.
Begitu tiba di dalam ruang samping, rantai keteraturan Hu Fei sudah membelit tubuh Han Sen. Namun tiba-tiba terlihat sesuatu berbentuk sarang burung dengan sebutir telur merah kristal di tangannya.
Rantai keteraturan yang bahkan bisa membelit makhluk hampir mitos itu menyentuh sarang burung. Tapi dalam sekejap, rantai itu menghilang seketika.
Memanfaatkan momen itu, Han Sen menggetarkan sayapnya lagi dan menerobos celah sempit di rantai keteraturan, lalu langsung menerjang masuk ke dalam Pintu Neraka Tengkorak.
Hu Fei tampak sedikit terkejut. Saat dia menerjang Neraka Tulang Putih, Han Sen sudah kabur jauh. Terbatas oleh segel, dia hanya bisa berdiri di puncak gunung kerangka itu, tak mampu mengejar Han Sen.
"Han Sen, kamu ingin mati tua di Neraka Tulang Putih?" Hu Fei memicingkan matanya.
"Ada kakak secantikmu yang menemani mati tua di sini, kurasa cukup baik." Han Sen berdiri di puncak gunung yang jauh, tersenyum bahagia kepada Hu Fei.
Hu Fei sama sekali tidak bicara, berbalik dan kembali ke dalam istana.
Kembali ke ruang utama, sorot mata Hu Fei menyapu wajah Edward dan orang-orang lainnya. Dengan gerakan tangan terakhir, semua orang kecuali Tuan Putih digantung dengan rantai keteraturan dan ditarik ke depan Pintu Neraka Tengkorak.
"Bawa Han Sen dan barang itu kembali, kalau tidak kalian akan mati tua di sini." Setelah Hu Fei berkata dengan suara dingin, Edward dan yang lain langsung dilempar ke Neraka Tulang Putih.
Setelah mereka semua masuk ke Neraka Tulang Putih, sorot mata Hu Fei tertuju pada Tuan Putih: "Kau ahli metode memecahkan segel?"
"Pahami sedikit." Tuan Putih mengangguk dan berkata.
"Mampu memecahkan segel dari gerbang utama, ini bukan sekadar 'pahami sedikit'." Sedikit terangkat sudut bibir Hu Fei, menampakkan senyuman.
Dari kejauhan Han Sen menyaksikan Edward dan kawan-kawan dilempar ke Neraka Tulang Putih, langsung paham situasinya lalu diam-diam menyelam menuju puncak Lotus Ungu tempat Qilin Darah berada.
Edward dan yang lain juga terkejut dengan dunia tulang putih di hadapan mereka, mirip reaksi Han Sen saat pertama kali datang ke Neraka Tulang Putih.
“Di mana dia.” Duan Zui sepertinya memiliki kemampuan persepsi khusus, ternyata menemukan Han Sen yang diam-diam menyelinap ke puncak Lotus Ungu.
“Kejar!” Ksatria Raja Biru Es dan Edward hampir bersamaan berteriak, lalu mengejar ke arah Han Sen.
Di dalam ruang kosong yang besar ini, jika membiarkan Han Sen kabur dari wilayah kendalinya, akan sangat sulit menangkapnya lagi.
Baik untuk diri mereka sendiri maupun relik suci itu, mereka harus menangkap Han Sen.
Ksatria Raja Biru Es yang memiliki kecepatan tercepat pertama kali tiba di depan puncak Lotus Ungu. Saat sedang bersiap menerobos masuk, tiba-tiba melihat semburan aura darah keluar dari dalam puncak gunung.
Dia sedang mengerahkan seluruh tenaga untuk menerjang maju, sama sekali tidak punya cadangan tenaga untuk mengubah arah. Hanya bisa mengkristalkan seluruh kekuatannya, warna biru tua bertubrukan dengan aura darah itu.
Boom!
Tenaga Biru Tua Ksatria Raja Biru Es ternyata tertembus oleh aura darah yang tajam seperti pisau itu. Baju zirah di dadanya juga hancur tertusuk aura darah, darah dari luka besar itu seolah disedot oleh kekuatan tertentu, menyembur keluar dengan kegilaan.
