Han Sen dan Ishara sama-sama tidak punya kemampuan perhitungan. Daripada sembarangan menerobos, lebih baik mencoba mengikuti jejak yang ditinggalkan Tuan Putih.
Keduanya bersama seekor Qilin Darah, di bawah panduan Han Sen, melacak jejak Tuan Putih masuk ke pintu teleportasi. Hasilnya tidak menemui bahaya.
Terus-menerus melewati beberapa istana, semuanya sama dengan istana yang pernah dilalui Han Sen sebelumnya, seluruhnya merupakan area aman.
"Apa sebenarnya maksud Tuan Putih?" Han Sen bergolak berbagai pemikiran, tapi tak kunjung menemukan alasan di balik tindakan Tuan Putih.
"Jika dikatakan Tuan Putih sejak awal menganggap mereka bisa melawan Hu Fei, dan sengaja meninggalkan jejak-jejak ini untuk membuat masalah bagi Hu Fei, ini agak sulit diterima logika."
Dengan partikel sisa Tuan Putih sebagai penuntun, kecepatan gerak Han Sen dan Ishara sangat tinggi. Tak lama kemudian mereka tiba di titik nodal keempat.
Pemandangan yang menyambut membuat kedua alis Han Sen dan Ishara berkerut halus. Seluruh aula ternyata runtuh lebih dari setengah, dipenuhi pilar-pilar yang patah dan langit-langit batu yang ambruk di sekelilingnya.
Han Sen mengamati interior aula, namun tidak menemukan patung Santo maupun benda spesial apapun.
"Sepertinya Hu Fei dan kelompoknya melewati titik ini dengan kekerasan." Setelah memeriksa dengan seksama, Han Sen sama sekali tidak menemukan petunjuk.
"Entah apa yang ditinggalkan Santo di sini. Tapi apapun itu, pasti sudah diambil Hu Fei dan kawan-kawannya." Han Sen mengerutkan kening diam-diam.
Barang yang ditinggalkan Santo saling berkait, jika ada satu komponen yang hilang, entah kesulitan apa yang akan dihadapi nanti.
Dalam situasi sekarang, Han Sen dan Ishara hanya bisa melanjutkan pelacakan. Namun setelah melewati pintu teleportasi, tayangan yang terlihat membuat keduanya tertegun sejenak.
Lokasi tujuan teleportasi ternyata bukan lagi dalam istana, melainkan hamparan lautan yang sangat luas.
Baxia yang sebesar planet memiliki lautan internal memang bukan hal aneh, tapi ini membuat Han Sen merasa sedikit frustasi.
Tuan Putih dan kawan-kawan seharusnya sudah masuk ke lautan. Namun karena badai dan ombak yang tidak stabil, partikel sisa mereka telah tersapu entah ke mana, mustahil untuk dilacak lagi.
"Mencari Tuan Putih di lautan seluas ini mungkin bukan hal yang mudah," kata Han Sen dengan pasrah.
Ishara menyapu sekeliling area dengan tatapannya, setelah beberapa lama baru berkata: "Di sini sangat mungkin merupakan tempat persembunyian harta karun Santo yang sesungguhnya. Mungkin mereka tidak pergi jauh, melainkan masuk ke dalam laut."
Han Sen juga menyadari kemungkinan ini. Tapi jika harta karun benar-benar ada di dasar laut, mencari Tuan Putih dan yang lain akan semakin sulit.
"Sekarang tidak ada cara lain, kita terpaksa mengandalkan hoki untuk menyelam dan mencari." kata Han Sen.
Ishara mengangguk, langsung melangkah ke arah laut. Tubuhnya memancarkan sinar ungu samar, air laut yang menyentuh aura ungu itu langsung terbelah ke kedua sisi.
Han Sen membawa Qilin Darah mengikuti di sisi Ishara. Dibawah perlindungan tenaga Ishara, mereka berjalan menuju dasar laut.
Sinar ungu membentuk bidang energi di sekitar Ishara, menyekat air laut dalam radius 10 meter. Semakin mereka menyelam, perlahan tapi pasti mereka bergerak menuju kedalaman lautan.
Di dasar laut setelah berjalan lebih dari seratus li, tidak terlihat jejak makhluk mutan sama sekali. Seluruh lautan sunyi senyap, seolah tidak ada kehidupan sama sekali seperti laut mati.
Tiba-tiba, di kejauhan terlihat bayangan besar bergerak dalam air laut. Ishara pun berhenti, matanya menatap tajam ke arah bayangan di balik air tersebut.
Perlahan bayangan itu mendekat. Han Sen akhirnya bisa melihat jelas benda itu, hatinya sedikit berdebar.
Tampak seekor paus mutan raksasa berwarna putih salju, persis seperti paus putih.
Hanya saja paus ini jauh lebih besar dari paus biasa, panjangnya melebihi seribu meter. Setiap gerakannya menciptakan gelombang dahsyat di dasar laut, membentuk pusaran air di sekitarnya.
"Makhluk mitos." suara berat Ishara terdengar.
"Di dalam tubuh Baxia ternyata masih ada makhluk mitos. Rancangan tangan seperti ini, selain Santo, tidak ada yang bisa menciptakannya." Han Sen tersenyum pahit.
Paus putih itu jelas sudah memperhatikan Han Sen dan Ishara, mengingat di lautan ini tidak ada makhluk hidup lain, tiga entitas kehidupan mereka ini terlalu mencolok mata.
Terutama Ishara dan Qilin Darah, satu adalah petarung kuat yang termitosis, satu lagi memancarkan aura pembunuhan berdarah yang menyambar langit, sangat sulit untuk tidak menarik perhatian.
Saat paus putih itu masih berjarak hampir seribu meter dari mereka, tiba-tiba membuka mulutnya, mengeluarkan gelombang suara frekuensi tinggi yang aneh, sementara dari dalam mulutnya muncul tarikan kuat yang membuat air laut membentuk pusaran raksasa, melilit segala sesuatu di sekitarnya dan menelannya ke dalam perut.
Bidang sinar ungu di tubuh Ishara, di tengah pusaran air yang melilit itu, ternyata mulai menunjukkan tanda-tanda akan tertarik ke dalam mulutnya, sinar ungu terus-menerus terseret ke dalam air.
Ishara mengerutkan kening halus, menggunakan tangannya seperti pedang, sinar ungu seketika mengkristal menjadi energi pedang, lengannya diangkat tinggi di atas kepala, lalu menebas pusaran itu dengan sekali tebasan.
Seberkas energi pedang berubah menjadi iblis jahat bersinar ungu yang menggeram, menghantam ganas ke arah Paus Putih Besar. Serangan ini langsung membelah pusaran tenaga yang dibentuk sang paus, dengan daya hancur yang tak berkurang sedikitpun melanjutkan hantamannya ke ubun-ubun sang raksasa.
Paus Putih Besar sama sekali tidak berniat menghindar. Mulutnya yang menganga lebar bagai lubang hitam itu memancarkan tarikan mengerikan nan dahsyat, dengan gemilang menelan seluruh energi pedang iblis yang dilancarkan Ishara.
Glek!
Usai menelan energi pedang iblis, sisik-sisik raksasa itu seolah mengeluarkan sendawa. Semburan gas dari mulutnya menciptakan gelembung-gelembung besar yang memenuhi lautan.
Han Sen melihatnya dengan hati berdesir. Meski Ishara baru mencapai level mitos, dia memiliki kekuatan dunia bawah. Jurus Gigi Pedang dikenal akan daya tahan dan kemampuan merobeknya yang termasyhur, tapi ternyata energi pedangnya langsung ditelan bulat-bulat oleh Paus Putih. Kengerian tenaga Paus Putih ini sungguh membuat orang kaget.
Ishara mengangkat alis perlahan. Di sekujur tubuhnya bermunculan rantai keteraturan ungu yang tersusun dengan cara mistis nan kompleks, membentuk energi pedang iblis berwarna ungu di tubuhnya.
Sekarang seluruh diri Ishara memancarkan niat pedang yang mengerikan. Orang-orang merasakannya bagai pedang galak legendaris yang siap keluar dari sarungnya kapan saja untuk merobek dan membunuh segalanya.
Menghadapi Isha yang meledakkan seluruh tenaganya, paus putih besar itu sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Mulutnya kembali menganga, kekuatan seperti lubang hitam kembali menampakkan diri. Segala sesuatu di sekitarnya tersedot ke dalam mulut paus raksasa itu, air laut dan pasir berhamburan masuk bagai ditelan lubang tanpa dasar.
Menyaksikan paus putih besar yang sudah menganga dan menerjang ke arahnya, Isha membentak dingin. Lengannya kembali menghujam ke bawah dengan ganas ke arah paus itu.
Geraman iblis jahat melesat menuju paus putih besar. Air laut dan pasir di sekitarnya tercabik-cabik seketika, membentuk zona vakum raksasa.
Energi pedang ungu itu bertubrukan langsung dengan lubang hitam paus putih tanpa sedikitpun anggunan. Lubang hitam terkoyak dengan gemilang, sementara energi pedang ungu juga hancur berkeping-keping. Gelombang kejut yang dihasilkan membuat seluruh lautan meledak, ombak-ombak raksasa menjulang ke langit seolah seluruh samudera terbalik posisinya.
Serangan ini ternyata berakhir imbang, tidak ada pihak yang berhasil memiliki celah keunggulan.
Namun di detik berikutnya, ekspresi Ishara dan Han Sen langsung berubah. Setelah lubang hitam di mulut paus putih itu hancur, tiba-tiba sebuah benda terbang keluar menyelimuti Ishara, Han Sen, dan Qilin Darah, seketika menarik mereka masuk ke dalam perut paus putih.
