"Hamba memang tidak terlalu paham, mohon Tuan jelaskan sebentar," kata Han Sen yang memaksakan diri menahan rasa ngeri di hatinya, berpura-pura tenang saat meminta nasihat kepada Tuan Putih.
Han Sen memahami teknik gen ini. Bahkan benar-benar mengerti semuanya. Justru karena itu, hatinya dipenuhi kengerian.
Teknik gen yang dijelaskan Tuan Putih ini ternyata mulai menunjukkan titik persamaan dengan Jing Dongxuan. Keduanya bisa saling memperkuat. Dengan menggunakan teknik gen yang diajarkan Tuan Putih, tenaga Jing Dongxuan bisa meningkat.
Han Sen diam-diam menggunakan tenaga Jing Dongxuan untuk menyerap pertolongan dari luar, sehingga mendorong operasi tenaga dalam dirinya. Cara ini bisa menghemat pengeluaran tenaganya sendiri.
Tapi karena Jing Dongxuan belum naik ke tingkat Adipati, efeknya tidak ideal. Ini hanya bisa menghemat sebagian kecil tenaga Han Sen saja.
"Apakah Tuan Putih menembus bahwa aku diam-diam menggunakan Jing Dongxuan, sehingga mengajarkan teknik gen ini? Apa sebenarnya maksudnya?" Berjuta-juta pikiran melintas di benak Han Sen, tapi dia tak bisa memastikan niat sebenarnya Tuan Putih.
Fakta bahwa Tuan Putih bisa menembus penggunaan Jing Dongxuan oleh Han Sen sekaligus menguasai teknik gen semacam ini sendiri sudah sangat mengerikan, membuat Han Sen waspada dalam hati.
"Kamu mau mendengar, maka akan kujelaskan." Tuan Putih tersenyum bahagia, lalu mulai memberikan penjelasan tentang teknik gen tersebut.
“Tidak dijelaskan mungkin lebih baik, semakin Tuan Putih menjelaskan, Duan Zui semakin bingung. Konten penjelasannya bahkan lebih misterius dan sulit dipahami daripada teknik gen itu sendiri, hal-hal seperti 'alam semesta genetik kecil' yang sama sekali belum pernah didengar Duan Zui.
Setelah membandingkan dengan Jing Dongxuan, Han Sen sebenarnya memahami sebagian, namun berpura-pura tidak mengerti sambil membuat ekspresi penuh kebingungan di wajahnya.
"Tuan Putih, penjelasan Anda malah membuat saya semakin bingung daripada tidak dijelaskan sama sekali," keluh Han Sen dengan senyum pahit.
"Bakat Tuan Putih memang luar biasa. Wajar jika seorang adipati sepertimu tidak paham. Bahkan saya sendiri pun tidak mengerti," sahut Duan Zui.
Tuan Putih menggelengkan kepala sambil berkesedihan: "Ilmu yang kupelajari berbeda dengan teknik gen kalian. Wajar jika kalian tidak paham. Pahami sebisa saja, penjelasanku hanya sampai di level ini."
"Saya hargai niat baik Tuan Putih, namun sepertinya saya tidak mampu menguasai teknik gen ini." Meski berkata demikian, Han Sen diam-diam mencoba mengoperasikan teknik gen yang telah dijelaskan tadi.
Setelah dicoba, ternyata memberikan efek spektakuler. Tanpa memanggil Zirah Dongxuan, efek penyerapan tenaga dari dunia luar meningkat signifikan. Ini baru permulaan, jika benar-benar dikuasai, hasilnya pasti lebih mengesankan.
Han Sen tak paham maksud Tuan Putih, tapi teknik gen ini tak bermasalah. Diam-diam ia berlatih, sedikit mengurangi beban fisiknya.
Satu hari berlalu cepat. Setelah 24 jam berakhir, replika varietas langka mitos itu tiba-tiba mengarahkan pandangan seperti arwah kelaparan ke arah Han Sen dan kawan-kawan.
Meski diawasi seharian, kini jelas terlihat perbedaan di sorot mata mereka - pancaran niat membunuh yang sesungguhnya.
Melihat makhluk mengerikan itu mengerumuni mereka dengan ekspresi siap menerkam, hati Han Sen dan rombongannya dipenuhi kecemasan.
Syukurlah meski para makhluk mengerikan itu dengan wajah galak mengerumuni di luar, mulut mereka hampir menempel ke tubuh Han Sen dan kawan-kawan, tapi benar-benar tak ada satu pun varietas langka yang menyerang. Mereka hanya mengeluarkan air liur sambil mengawasi ketat.
Han Sen dan rombongan menghela nafas lega. Untung patung kucing giok tidak menipu mereka. Replika varietas langka itu memang tidak menyerbu serentak.
Mereka tak berani bergerak sedikit pun, hanya bisa memaksimalkan tenaga untuk menggerakkan batas gaib, mengunci replika varietas langka mitos itu dengan segel, berharap bisa bertahan selama 10 hari.
Namun seiring waktu, replika varietas langka itu meronta semakin ganas. Setelah tenaga terkuras lama, Han Sen dan kawan-kawan mulai merasa kelelahan.
Setelah lima hari, bahkan Qilin Darah yang hampir mencapai tahap mitos pun mulai menunjukkan ekspresi kepayahan.
Karena Segel Empat Simbol saling terhubung, tenaga yang diinput Han Sen relatif sedikit. Sebaliknya, Qilin Darah dan kawanan harus menginput lebih banyak tenaga untuk menekan varietas langka mitos.
Jadi sebenarnya konsumsi tenaga Qilin Darah dan Tuan Putih jauh lebih tinggi dibanding Han Sen.
Keringat mulai merembes di dahi Duan Zui. Jelas dia juga mulai kelelahan.
Meski situasi saat ini kurang ideal, menurut estimasi mereka, bertahan sepuluh hari masih mungkin.
"Anggota muda, kalian benar-benar gigih. Kerja bagus." Tiba-tiba suara patung kucing giok kembali terdengar, malas-malasan seperti baru bangun tidur.
Han Sen dan rombongan fokus total menjalankan Segel Empat Simbol, sama sekali tak sempat melihat patung itu.
Suara patung kembali bergema: "Kalian memang hebat, tapi kalau lolos ujian begini saja, itu terlalu membosankan."
“Kamu tidak akan ingkar janji, kan?” Han Sen merasa jantungnya berdebar kencang. Jika patung kucing giok itu menyuruh semua varietas langka menyerbu sekaligus, nyawa mereka berapapun tak akan cukup.
Patung kucing giok itu tersenyum: “Jangan khawatir, aturan yang ditetapkan Santo tak bisa diubah bahkan olehku. Aku hanya ingin memberi kalian kejutan kecil saja.”
“Hal yang paling kubenci adalah kejutan,” ujar Han Sen dengan senyum pahit.
“Ini benar-benar kejutan yang sangat menguntungkan bagi kalian. Tentu saja, dengan syarat kalian bisa menerimanya.” Suara patung kucing giok itu terdengar ambigu.
Begitu suara itu menghilang, terdengar suara gesekan rantai besi dan sesuatu yang merangkak di lantai.
Refleks Han Sen mengaktifkan aura Dongxuan ke arah sumber suara. Para replika varietas langka mitos itu mengalah, memperlihatkan sosok bayangan yang mendekat dengan langkah tertatih.
Sosok itu adalah kerangka, atau sangat mirip kerangka. Karena daging di tubuhnya telah mengering seperti lapisan kulit yang menempel erat pada tulang, seolah tak tersisa setetes air. Bahkan rambut panjang di kepalanya tampak seperti rumput kering.
Makhluk seperti ini ternyata belum mati. Di kedua tangan dan kakinya terpasang belenggu. Langkahnya tertatih-tatih perlahan, setiap gerakan menyeret rantai di kaki mengeluarkan suara gesekan yang membuat gigi ngilu.
Makhluk mirip tawanan itu terus menunduk sambil selangkah demi selangkah mendekati Han Sen dan kawan-kawannya. Saat jaraknya cukup dekat, Han Sen baru menyadari di wajahnya yang tertunduk itu, area mata ternyata hanya dua lubang hitam pekat. Darah yang mengering telah berubah menjadi hitam legam, sepasang matanya entah bagaimana telah dicungkil.
Wajah Han Sen dan yang lain berubah pucat. Saat ini mereka semua sedang memaksimalkan kekuatan Segel Empat Simbol. Jika tawanan aneh ini menyerang mereka, sekalipun bisa ditahan, pasti akan muncul celah pada segel tersebut. Pada akhirnya jalan kematian tetap tak terhindarkan.
Tawanan itu menyeret belenggu hingga berjarak kurang dari 10 meter dari mereka. Kepalanya terangkat, memperlihatkan dua lubang hitam pekat di tempat mata seharusnya. Pandangan kosong itu membuat bulu kuduk merinding.
Setelah berhenti sejenak, tawanan itu kembali bergerak. Dengan langkah tertatih, ia mendekati posisi Han Sen sambil menyeret rantai yang berdecit nyaring.
"Apa-apaan ini!" Han Sen nyaris melontarkan sumpah serapah. Di antara empat orang yang ada, tawanan itu justru memilih untuk mendekatinya. Langkah monster itu semakin dekat, kini sudah berada tepat di belakangnya.
