Saat Paus Putih terbang meninggalkan Sistem Galaksi Biru Es, Han Sen sengaja melewati wilayah yang dulunya dijaga Raja Sungai Malam. Namun di sana dia tidak melihat keanehan apa pun, juga tidak menemukan barang ungu yang disebutkan Raja Sungai Malam.
Han Sen juga mengamati dengan seksama Ksatria Es Biru yang berjaga di wilayah tersebut, namun tetap tidak menemukan masalah apa pun.
"Aneh, sebenarnya apa sih barang ungu yang dimaksud Raja Sungai Malam itu? Lalu apa maksud barang dalam penomoran tersebut?" Han Sen masih belum paham, tapi juga tidak berniat untuk tetap tinggal hanya demi masalah ini.
Paus Putih kembali ke Celah Bulan melalui rute pelayaran yang sama seperti saat datang. Saat kembali tidak bertemu Baxia lagi, juga tidak menjumpai laba-laba lubang hitam.
Malah kembali bertemu dengan kawanan udang Laut Bintang. Sayangnya serangan mereka tak mampu menembus pertahanan Paus Putih Besar, juga tak bisa menyaingi kecepatannya. Dengan pesawat ruang angkasa kuat seperti Paus Putih Besar sebagai alat transportasi, selama tidak bertemu makhluk seperti Baxia atau laba-laba lubang hitam, varietas langka biasa praktis tidak mengancam Han Sen dan rombongannya. Apalagi ada Ishara sang petarung kuat termitosis di sini.
Kali ini hoki kami bagus. Han Sen dan Ishara meninggalkan Sistem Bintang Kacau tanpa hambatan, lalu majulah menuju Celah Bulan.
"Pelayan, ada apa gerangan? Kenapa para bangsawan kerajaan dari berbagai planet semuanya pergi ke Istana Bulan Purnama?"
"Kamu belum tahu? Sang Ratu Pisau Tajam sudah kembali."
"Sang Ratu Pisau Tajam kembali? Bagaimana mungkin? Bukankah katanya dia runtuh di Bidang Bintang Kacau?"
“Para bangsawan kerajaan juga berpikir demikian, sehingga mereka bisa seenaknya menggasak warisan Yang Mulia Ratu. Tapi nyatanya Yang Mulia benar-benar telah kembali. Tidak hanya kembali, konon bahkan telah naik ke level mitos.”
“Apa? Yang Mulia mencapai level mitos? Ini kabar bagus! Suku Rebeite akhirnya memiliki petarung kuat mitos lagi. Siapa berani meremehkan kita sekarang? Sungguh wibawa legendaris Yang Mulia!”
“Hehe, ini bagus bagi kita. Tapi bagi para bangsawan kerajaan, belum tentu. Mereka tidak hanya membagi-bagi warisan ratu, tapi juga menekan muridnya Han Sen. Kini Sang Ratu kembali sebagai mitos, pasti mereka lebih panik dari siapapun.”
“Pantas! Mengandalkan statusnya untuk menindas generasi muda, benar-benar menyedihkan.”
“Sekarang para bangsawan kerajaan itu, mungkin sudah dicaci habis-habisan. Membayangkannya saja sudah menyenangkan. Kita yang dieksploitasi dan ditindas tanpa kemampuan melawan, sekarang mereka sendiri yang menabrak lempeng baja. Pantas saja mereka bernasib sial.”
Sementara para bangsawan di Celah Bulan berbisik-bisik, diskusi sengit juga sedang berlangsung di dalam aula Pertemuan Bulan Purnama.
“Tidak bisa... Ini mutlak tidak bisa... Yang Mulia Pisau Tajam... Han Sen hanyalah ras lain... Dia tidak layak menjadi Putra Suci klan kami.” Seorang Elder menentang dengan keras.
Raja Liu Hua juga berkata: “Yang Mulia Pisau Tajam... Bukankah hal ini agak tidak pantas? Mengingat posisi Putra Suci selalu diisi oleh junior terunggul Ras Rebeite, sedangkan Han Sung jelas bukan kerabat kita. Sekalipun kita memaksakan penunjukannya sebagai Putra Suci, pasti akan muncul banyak keberatan dari anggota klan.”
“Yang Mulia Pisau Tajam, mohon pertimbangkan kembali hal ini matang-matang.” Meski Raja Bulan Hitam condong ke pihak Han Sen, ia juga merasa keputusan ini bisa memicu kontroversi besar di dalam klan.
"Hampir semua bangsawan kerajaan menentang penunjukan Han Sen sebagai Putra Suci oleh Ishara, ruang rapat Bulan Purnama tiba-tiba riuh rendah bagai pasar."
Raja Bulan Sabit melambaikan tangan meminta semua tenang, lalu menatap Ishara: "Sang Pisau, kami memang berhutang pada Anda dan Han Sen. Segala yang pantas untuknya bisa kami berikan. Tapi posisi Putra Suci menyangkut warisan dan kehormatan ras kami. Sungguh tak pantas jika dijabat oleh ras lain. Mohon pertimbangkan kembali."
"Sudah selesai bicara?" Ishara duduk di kursi teratas meja rapat, mengawasi dengan dingin para bangsawan yang hadir.
Sorot mata Ishara yang tajam membuat para bangsawan gemetar ketakutan. Ruangan langsung hening, bahkan Raja Liu Hua dan kawan-kawan pun tak berani bersuara.
"Bagaimana jika saya tetap bersikeras menunjuk Han Sen sebagai Putra Suci kita?" ujar Ishara dengan datar setelah memastikan tak ada lagi yang berani protes.
"Tuan Pisau Tajam, jika Yang Mulia tetap bersikeras demikian, maka kami terpaksa harus bersikap tidak sopan. Dewan Tetua mutlak tidak akan menyetujui proposal ini, dan saya yakin para raja juga tidak akan membiarkan proposal ini lolos dalam Pertemuan Bulan Purnama." Seorang elder Dewan Tetua berkata dengan nada menasihati: "Tuan Pisau Tajam, ini semua demi kelangsungan generasi dan kejayaan klan Rebeite kita. Kita tidak bisa hanya menonton saat warisan Suku Rebeite hancur berkeping-keping..."
"Maksudmu, saya yang menghancurkan warisan Suku Rebeite?" Ishara berucap dengan datar.
"Bukan itu maksud kami, Tuan Pisau Tajam..." Sang elder mencoba menjelaskan, namun disela oleh Ishara.
Sorot mata Ishara menjaring wajah para bangsawan kerajaan, lalu berhenti di hadapan Raja Bulan Sabit. Dengan suara tenang ia berkata: "Hari ini saya memanggil kalian hanya untuk memberitahukan keputusan ini, bukan mendengarkan pendapat kalian. Mulai sekarang, Han Sen adalah Putra Suci Suku Rebeite. Siapa yang keberatan bisa langsung tampil sekarang juga."
Para bangsawan kerajaan tercengang, meski dalam hati mereka sangat menentang, namun saat berhadapan dengan Isha, tak satu pun berani tampil membantah secara terbuka. Sorot mata mereka tanpa sadar tertuju pada Raja Bulan Sabit.
Raja Bulan Sabit mengerutkan kening melihat Isha dan bertanya, "Bagaimana jika kami semua tidak menyetujui?"
Tiba-tiba Isha tersenyum. Ia bangkit dari kursinya, mengabaikan Raja Bulan Sabit. Dengan tatapan merendahkan ke arah para bangsawan, ia mengukir setiap suku kata: "Dengarlah baik-baik. Mulai saat ini, Celah Bulan adalah wilayah Sang Ratu Pisau Tajam. Suku Rebeite hanya memiliki satu ratu. Yang setuju hidup, yang melawan binasa. Kalian boleh berkeberatan, tapi siapa yang berani melanggar perintahku..." Matanya berkilat seperti pisau terhunus, "...akan menjadi musuk Sang Ratu Pisau Tajam. Aku tidak segan mengganti darah di Celah Bulan dengan yang lebih segar."
……
Selama beberapa bulan berikutnya, seluruh Suku Rebeite dilanda gejolak internal. Kekuatan berganti, keluarga-keluarga bangsawan jatuh-bangun, drama suksesi hampir setiap hari terjadi bagai pertunjukan teater berdarah.
Han Sen sangat mengagumi kewibawaan dan taktik Ishara. Terlihat jelas Ishara sudah memiliki tekad baja untuk menguasai seluruh sumber daya Suku Rebeite di tangannya.
Dulu dia tidak mampu, tapi setelah mencapai level mitos, Ishara kini memiliki kekuatan mutlak yang memungkinkannya menyelesaikan proses sentralisasi kekuasaan yang sebenarnya rumit ini dengan cepat.
Namun banyak masalah muncul di tengah jalan: kekuatan yang bersatu secara superficial, diam-diam mengamati situasi, atau sekadar mematuhi dengan setengah hati. Masih sulit dipastikan apakah Ishara benar-benar bisa menyelesaikan sentralisasi kekuasaan dan menyatukan seluruh Suku Rebeite hingga selicin menggerakkan jemarinya sendiri.
Beberapa hal tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan kekuatan. Saat ini Ishara baru mengambil langkah pertama saja, masih banyak persoalan yang harus dihadapi ke depannya.
Han Sen sebenarnya sangat yakin pada Ishara, tapi sekarang dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal itu. Setiap hari dia sibuk mempelajari data yang ditinggalkan Tuan Putih padanya.
Teknik rahasia Sekte Xuan sangat mendalam dan komprehensif, mencakup berbagai bidang ilmu yang luas. Ini sudah jauh melampaui sekadar beberapa teknik gen sederhana. Setiap cabang ilmunya saja, bahkan jika dipelajari seseorang selama ratusan tahun, belum tentu bisa benar-benar dikuasai sepenuhnya.
