"Satu gen varietas langka level Adipati untuk secangkir teh. Terima kasih telah berbisnis." Han Sen berkata dengan sopan.
Bai Canglang tertegun sejenak, lalu tersenyum lebar: "Bagus, bagus, bagus! Aku menyukai orang yang serakah."
Sembari menyembunyikan senyumannya, Bai Canglang menatap Han Sen dengan serius: "Aku menginginkanmu. Tetapkan harganya."
“100 unit gen varietas langka tingkat Raja.” Han Sen berkata.
“Bagus, harga ini menguntungkan, kamu pantas mendapatkannya.” Bai Canglang tanpa ragu langsung mengangguk.
“Satu tahun.” Han Sen melanjutkan.
Bai Canglang langsung menunjukkan ekspresi keterkejutan. 100 unit gen varietas langka tingkat Raja bukanlah angka besar bagi Pangeran ke-14 Klan Huangji ini.
Tapi menukar 100 unit gen varietas langka tingkat Raja untuk satu tahun waktu seorang adipati adalah hal yang belum pernah terjadi. Bahkan untuk membeli satu lusin adipati pun jumlah itu sudah lebih dari cukup.
“Berapa harga untuk hak penuh selamanya?” Bai Canglang tetap tenang, kembali bertanya.
“100 unit gen varietas langka tingkat Raja per tahun. Bisa dibeli berapa tahun pun, harga jelas tidak menipu siapa pun.” Han Serius menjelaskan.
Bai Canglang tersenyum, mengeluarkan sebuah token komando dari pelukannya dan meletakkannya di meja: “Ini jaminan untuk 100 tahun. Aku berangkat besok, ikut atau tidak terserah kamu.”
Setelah berkata demikian, Bai Canglang berdiri dan pergi tanpa menunjukkan rasa sesal.
Han Sen melirik token di atas meja. Itu adalah token jasper sebesar telapak tangan dengan ukiran dua naga di kedua sisinya yang sedang memperebutkan mutiara. Pada bagian frontal token terpahat dua karakter "Cang Lang".
"Ini token pengawal pribadi Kakak Empat Belas. Dulu setidaknya harus petarung level Raja baru layak dijadikan pengawal pribadinya." Bai Wei tetap berdiri di sana sambil mengawasi Han Sen.
"Adipati kecil dari ras minor seperti aku, sepertinya tidak layak membuat Yang Mulia Pangeran Empat Belas melanggar protokol?" Han Sen memutar-mutar token di tangannya.
"Tujuan utama kedatangan Kakak Empat Belas adalah merekrut Shifumu Sang Ratu Pisau Tajam. Sayangnya ditolak, jadi mundur selangkah berharap bisa membawa pergi murid Sang Ratu Pisau Tajam." Bai Wei terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Kelihatannya, kamu berhasil membuatnya kesal."
"Apa boleh buat, tidak mungkin aku memberikan diri gratis hanya karena orang lain sedang emosi kan?" Han Sen mengangkat bahu.
“Serahkan!” Bai Wei tiba-tiba merentangkan tangannya ke hadapan Han Sen.
“Apa?” Han Sen berpura-pura terkejut sambil menatap Bai Wei.
“Jangan main-main dengan gaya ini, kembalikan Sarang Burung Phoenix Abadi.” Bai Wei mendengus keras.
“Kamu juga tidak bisa membawanya pergi, apa gunanya kuberikan padamu?” Han Sen menggerutu dalam hati. Sarang burung itu sudah dihancurkan oleh burung merah kecil, mustahil mengembalikannya.
“Bisa atau tidak itu urusanku. Kamu cukup kembalikan saja barangnya.” Wajah Bai Wei dingin membeku.
“Aku juga ingin mengembalikan, tapi barang itu rusak saat insiden terakhir.” Han Sen membentangkan kedua tangan dengan ekspresi malu.
Dengan sarang yang sudah hilang, mustahil menyembunyikan fakta ini. Han Sen terpaksa menjelaskan keadaan sebenarnya.
“Bai Wei mendengar perkataan Han Sen, malah tersenyum, mengedipkan mata berbentuk bulan sabit sambil menatap Han Sen: ”Kamu ingin menunggak pembayaran? Kamu harus tahu, utang keluarga kami tidak semudah itu untuk dihapuskan.”
Bai Wei tentu saja tidak percaya Sarang Burung Phoenix Abadi tingkat mitos bisa rusak semudah itu, bahkan petarung kuat sekalipun akan kesulitan merusaknya.
”Benar, aku tidak pernah menipu orang.” Han Sen menatap Bai Wei dengan tulus, sepasang matanya dipenuhi kepolosan.
Bai Wei mencibirkan bibir, memutar bola mata putihnya, jelas-jelas meremehkan pernyataan Han Sen ini.
”Tidak perlu mengembalikan juga boleh, jadilah pengawal pribadiku, anggap saja sebagai pelunasan utang.” Bai Wei menuangkan secangkir teh untuk dirinya, santai bagaikan nyonya rumah yang sedang menagih sewa.
”Sepuluh tahun.” Han Sen mengatupkan giginya, seolah telah mengambil keputusan besar.
Bai Wei dengan jelas kembali mencibirkan bibir, meneguk secangkir teh, lalu berkata dengan datar: "Ini hanya bunganya. Kapan kamu mengembalikan Sarang Burung Phoenix Abadi padaku, kamu boleh pergi kapan saja. Aku tidak akan menghalangimu."
"Boleh juga seperti ini?" Han Sen mengedipkan matanya.
Bai Wei tersenyum: "Kembalikan Sarang Burung Phoenix Abadi-ku atau jadilah pengawal pribadiku. Kamu boleh memilih sendiri. Aku tidak pernah suka memaksa orang melakukan hal yang tidak mereka sukai."
Han Sen tidak mengatakan bahwa dia tidak ingin memilih keduanya, karena itu mustahil. Jika benar-benar tidak mengembalikan apa pun, sekalipun Kaisar Putih sendiri tidak datang menagih utang, cukup mengirim dua petarung kuat yang termitosis ke sini, Han Sen pun tidak akan sanggup menahannya.
Bai Wei merenung sejenak lalu berkata: "Sebenarnya kamu memang tidak punya pilihan lain. Kakak Empat Belas bukan tipe orang yang mudah menyerah. Aku bisa bertaruh denganmu, kalau kamu tidak mau menjadi pengawal pribadiku, dia pasti akan menggunakan segala taktik untuk membawamu ke sisinya. Tapi tujuan utamanya tetap Shifumu Sang Ratu Pisau Tajam, dia hanya ingin menjadikanmu sebagai batu loncatan saja."
Terdiam sejenak, Bai Wei baru melanjutkan: "Setidaknya, aku benar-benar menginginkan dirimu sendiri, bukan karena Shifu-mu."
"Sepertinya aku memang tidak punya pilihan lain." Han Sen menyodorkan token kepada Bai Wei: "Tolong kembalikan ini kepada Yang Mulia Pangeran Empat Belas."
Mengingat Bai Wei menginginkannya, maka masalah Bai Canglang tentu harus diselesaikan oleh Bai Wei sendiri.
Bai Wei menerima token itu, matanya berkeliling sambil berkata: "Di mana putrimu dan adik perempuanmu? Mereka juga bisa ikut. Aku tidak keberatan membawa lebih banyak orang. Meski tidak bisa memberi mereka julukan Ksatria Pengawal Pribadi, tapi dalam hal tak akan kusia-siakan mereka."
"Saya hargai niat baikmu." Han Sen langsung menolak. Perjalanan ke Klan Huangji kali ini penuh krisis. Meski ini juga kesempatan, Han Sen enggan membawa Han Meng'er dan yang lain mengambil risiko. Ia memutuskan hanya akan membawa Bao'er, Qilin Darah, dan burung merah kecil.
Bai Wei tidak berkata lebih. Dari kantongnya, ia mengeluarkan sebuah token dan menyerahkannya pada Han Sen.
Itu adalah token putih dengan corak semburan darah di tengahnya. Terpahat jelas karakter "Wei" di bagian tengahnya, desainnya sederhana namun penuh detil rumit.
Han Sen tahu ini adalah token pengawal pribadi Bai Wei, langsung mengulurkan tangan menerimanya sambil memainkan benda itu: "Apa tugas pengawal pribadi Putri Klan? Jangan-jangan cuma menemani kamu berkeliling makan minum bersenang-senang, atau mengurus kebutuhan harianmu?"
Bai Wei mengerutkan hidung kecilnya yang halus: "Kamu kira keturunan Kerajaan hanya bisa makan kenyang lalu menindas rakyat? Di Klan Huangji kami, banyak pangeran dan putri klan. Untuk mendapatkan sumber daya, harus diperebutkan dengan tenaga sendiri. Kalau tidak, bahkan anggota bangsawan biasa pun bisa lebih dihormati daripada pangeran."
"Semenyeramkan itu?" Han Sen masih ragu.
Bai Wei berkata: "Ayahanda selalu menganut prinsip hukum rimba, sejak kecil kami diajar demikian. Hasil yang kami peroleh sehari-hari tak jauh berbeda dengan keturunan bangsawan Klan Huangji biasa, meski sedikit lebih unggul tetap sangat terbatas. Untuk elemen tambahan lain, harus diraih dengan prestasi sepadan. Jika tak berusaha, hidup bisa jauh lebih buruk dibanding keturunan bangsawan kerajaan biasa. Banyak hal harus kau kerjakan, tapi hakmu takkan kusia-siakan. Setiap kepentingan yang kau raih untukku, akan kuberikan bagianmu sesuai kontribusimu."
