Setiap nisan dan kuburan memiliki segel khusus. Hampir mustahil untuk melihat seperti apa senjata mutan yang terkubur di dalamnya.
Namun di bawah Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu, proses pembangunan kuburan-kuburan itu bisa dilihat melalui retrospeksi, sehingga jelas terlihat apa yang terkubur di dalamnya.
Bai Wei yang tidak punya kemampuan membedakan dan enggan membuang-buang waktu untuk hal yang mengandalkan hoki, langsung menuju nisan bermahkota terdekat dan hendak mendorongnya.
"Tunggu sebentar." Han Sen menghentikan Bai Wei yang hendak mendorong nisan.
Senjata mutan yang terkubur di nisan yang ingin didorong Bai Wei sebenarnya tidak buruk, tapi levelnya terlalu rendah sehingga tidak terlalu berguna.
“Kenapa?” Bai Wei yang bingung menatap Han Sen.
“Nisan yang satu ini tidak cocok untukmu, lebih baik kita lihat lagi.” Han Sen tersenyum sambil berkata.
Sekarang dia sedang bersaing merebut sumber daya dengan Bai Wei. Semakin kuat kekuatan Bai Wei bertambah satu poin, semakin besar kesempatan untuk merebut lebih banyak sumber daya. Han Sen berniat membantunya sebisa mungkin karena membantu Bai Wei sama saja dengan memperjuangkan sumber daya untuk dirinya sendiri.
Bai Wei memandang Han Sen beberapa saat lamanya baru berkata: “Menurutmu nisan mana yang cocok untukku?”
“Mari kita lihat dulu baru bicara.” Ujar Han Sen sambil melangkah maju.
Makam Raja Asura adalah sebuah planet dengan luas yang sangat besar, jumlah senjata mutan yang terkubur di dalamnya pun mencengangkan meski mayoritas hanya sekadar pengisi jumlah belaka.
Meski yang bermahkota semuanya mahakarya, namun karena tingkatannya berbeda-beda, fungsi praktisnya pun memiliki perbedaan yang signifikan.
Target Han Sen tentu saja senjata mitos. Jika tidak ada senjata mitos, mundur selangkah untuk meraih Senjata Tingkat Raja juga tidak buruk.
Bai Wei mengikuti di belakang Han Sen, memperhatikan Han Sen mengamati satu per satu makam, hatinya dipenuhi kebingungan. Entah berdasarkan apa Han Sen menilai.
"Kamu ingin senjata tipe apa?" tanya Han Sen sambil terus mengamati.
"Bolehkah kita memilih?" Bai Wei menatap Han Sen dengan raut wajah penuh keanehan.
"Ucapkan keinginan, siapa tahu terkabul? Harus ada impian dong." Han Sen tersenyum.
Bai Wei mengawasi Han Sen ketat selama beberapa saat sebelum berkata: "Jika memungkinkan, aku ingin sebilah pedang."
Bai Wei paham, pasti Han Sen punya metode khusus untuk membedakan harta mutan dalam makam, makanya bertanya seperti itu.
Tapi hal ini membuatnya sulit percaya. Memilih senjata di Makam Raja Asura sebenarnya adalah ujian, karena setiap makam memiliki segel magis. Mustahil mengandalkan kemampuan melihat melalui benda semacam X-ray untuk mengetahui isinya.
Di dalam Makam Raja Asura, hanya ada dua jenis kekuatan yang berguna: satu adalah nasib baik, dan yang lainnya adalah seni simulasi atau perhitungan.
Bagi orang biasa, konsep nasib baik mungkin terasa melayang-layang bagai kabut, tapi bagi seorang kaisar ini sangat krusial - setidaknya begitulah keyakinan Kaisar Putih.
Seni perhitungan ini sebenarnya adalah teknik untuk menyelaraskan diri dengan takdir alam, sekaligus kemampuan untuk menyerap nasib baik. Jadi memilih senjata sebenarnya merupakan ujian nasib terselubung.
Meski sekali keberuntungan tak bisa mewakili apa pun, namun jika berhasil memilih senjata mutan level tinggi, ini akan meninggalkan kesan baik di hati Kaisar Putih - poin penting bagi semua pangeran dan putri kerajaan.
Han Sen terus mengamati satu per satu, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah kuburan kecil di kaki gunung.
Meski gundukan kubur ini hanya setinggi satu meter dengan nisan yang reyok, melalui Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu, Han Sen telah melihat bahwa di dalamnya tersimpan pedang mitos yang sangat kuat - pasti pedang pusaka seorang kaisar yang telah mencapai level dewa.
"Ini saja." Han Sen menunjuk ke makam kecil itu berkata.
"Apa yang ada di dalam makam?" Bai Wei tidak menyerang, melainkan menatap Han Sen sambil bertanya.
"Siapa yang tahu? Mungkin doamu terkabul." Han Sen tersenyum.
Bai Wei mendengarkan lalu menatap nisan itu lama-lama, tiba-tiba berbalik dan pergi.
"Tidak mau membukanya?" Han Sen terkejut memandang Bai Wei bertanya.
"Aku percaya penilaianmu, tapi tolong pilihkan aku makam senjata lain. Senjata Tingkat Raja sudah cukup." Bai Wei berkata dengan keseriusan.
Han Sen mengangguk, membawa Bai Wei melanjutkan langkah. Dalam hatinya mulai memandangnya dengan pandangan baru.
Meski Bai Wei terhormat sebagai Putri Klan, akibat kurang disayang dan latar belakang yang biasa, kesempatan merebut senjata mitos sangat langka. Kini ada senjata mitos terhampar di hadapannya, ternyata dia bisa menyerah. Ini bukan hal yang bisa dilakukan sembarangan orang.
Makam Raja Asura adalah ujian untuk mengukur nasib para putri kaisar. Meski tidak 100% akurat, putri/pangeran yang memilih senjata bagus belum tentu benar-benar lebih beruntung dari yang lain.
Tapi jika Bai Wei membawa senjata mitos keluar, pasti akan memancing kecurigaan. Hati manusia ini paling sulit ditebak. Sekalipun tahu memegang senjata mitos tak mewakili apapun, tetap saja akan membuat banyak orang iri, mungkin malah memperlakukan Bai Wei seperti duri dalam daging.
Dengan menyerah pada senjata mitos dan hanya membawa Senjata Tingkat Raja, Bai Wei bisa menghindari kesan pamer yang memicu kebencian, sekaligus memberi kesan baik yang relatif lebih bagus bagi Kaisar Putih.
Mempertimbangkan kondisi Bai Wei saat ini, inilah pilihan yang paling cocok untuknya.
"Sepertinya ambisi Bai Wei tidak kecil," Han Sen bergumam dalam hati.
Orang yang tak bercita-cita besar akan memilih senjata mitos. Pilihan Bai Wei ini membuktikan dia sudah lama menyimpan ambisi tersembunyi, sehingga memiliki pertimbangan khusus.
Han Sen melanjutkan langkah hingga tiba di sebuah nisan bermahkota. Ia menunjuk ke arah nisan itu dan berkata: "Coba yang satu ini, mungkin ada pencerahan."
Bai Wei kali ini tak ragu. Ia langsung mendorong nisan tersebut. Saat batu nisan bergeser, kuburan itu terbelah alami, memperlihatkan sebuah kotak persegi panjang di dalamnya.
Bai Wei membuka kotak itu. Sebilah pedang besar keemasan tergeletak di dalamnya. Ekspresinya langsung bergeming.
"Ini salah satu pedang level Raja yang digunakan Kaisar Wu sebelum mencapai level mitos - Pedang Besar Emas Phoenix. Kemampuanmu memang luar biasa." Bai Wei hanya melirik pedang di tangannya, lalu menatap Han Sen sambil berkata.
Meski sudah menganggap tinggi Han Sen, performanya tetap membuat Bai Wei terkejut berulang kali.
"Hanya hoki alami." Han Sen tersenyum sambil menyapu pandangannya ke sekeliling. "Sekarang giliranku memilih senjata. Apa semua yang tidak ada tanda mahkotanya boleh kupilih?"
“Kamu bisa memilih sesuka hati, tidak perlu ada keraguan. Senjata yang dipilih Ksatria tidak perlu didaftarkan, dan tidak akan ada yang ambil pusing. Lagipula selain peninggalan keluarga kerajaan, sangat jarang ada senjata mitos di sini.” Bai Wei berkata.
Han Sen mengangguk, lalu melanjutkan berjalan ke depan sambil menatap setiap makam dengan seksama.
Harta mutan di makam biasa kebanyakan hanya pengisi tempat saja dengan kualitas biasa. Ingin memilih barang bagus dari sini jauh lebih sulit dibanding Bai Wei.
Han Sen berjalan selama lebih dari dua jam sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah makam.
Makam prajurit ini tidak memiliki keistimewaan apa pun. Setelah mengamatinya sebentar, Han Sen langsung mendorong nisan itu. Sebuah kotak kecil muncul dari dalamnya.
Kotak itu benar-benar mini, hanya sebesar telapak tangan. Sama sekali tidak terlihat seperti wadah senjata.
Namun Han Sen tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Ia mengulurkan tangan, membuka kotak itu, dan mengeluarkan sebuah cincin dari dalamnya.
