Ketika fajar menyingsing, Han Sen akhirnya berhasil meninggalkan Kota Nightshade dengan membawa token Paviliun Huangji. Sebelum pergi, dengan wajah masam penuh kekecewaan, dia masih mencoba meminta Xue'er dari Bai Lingshuang yang tentu saja menolaknya mentah-mentak.
Qilin Darah hanya tertidur panjang, saat bangun di pagi hari sama sekali tidak ada persoalan. Entah taktik apa yang digunakan, hingga membuatnya tertidur sepanjang malam.
Setelah menunggangi Qilin Darah meninggalkan Kota Malam Illusi, Han Sen langsung menuju Paviliun Huangji. Saat ini situasinya penuh krisis, mungkin kapan saja tereskpos. Harta berharga yang bisa dipegang di tangannya, tentu harus segera diambil dulu.
Mengingat sifat asli Bai Yi, pasti tidak akan menunggu hingga hari kedua.
Sesampainya di Paviliun Huangji, Han Ser menyerahkan token dan diizinkan masuk ke dalam untuk memilih harta. Namun Qilin Darah hanya bisa menunggu di luar.
Tapi setelah memasuki Paviliun Huangji, Han Sen tidak bisa menahan alisnya berkerut. Legenda menyebut paviliun ini menyimpan banyak harta berharga, namun yang terlihat Han Sen hanyalah deretan patung batu.
Patung-patung batu itu semua mengenakan busana kekaisaran, meski hanya patung batu namun memiliki aura yang merajai Tianxia. Rupanya patung-patung tersebut adalah patung kaisar-kaisar sebelumnya dari Klan Huangji.
Selain patung-patung batu itu, sama sekali tidak ada harta berharga di Paviliun Huangji. Han Sen baru tahu setelah melihat aturan di dinding batu: patung-patung batulah yang menjadi harta karun di Paviliun Huangji.
Setiap kaisar Klan Huangji saat naik takhta, akan meninggalkan langsung sebuah patung batu di Paviliun Huangji. Material patung itu sendiri bukan termasuk harta berharga, namun saat memahat patung tersebut, setiap kaisar menyisipkan nuansa teknik gen. Jika mampu memahami nuansa ini, patung akan terstimulasi dan berpindah, membuka gua harta karun di bawahnya yang berisi peninggalan sang kaisar untuk keturunannya.
"Mengingat ini adalah peninggalan kaisar-kaisar Klan Huangji, pastilah luar biasa. Tapi melakukan kontemplasi mendalam terhadap nuansa seni genetik seorang kaisar jelas bukan hal yang mudah." Han Sen mengarahkan tatapannya ke deretan patung-patung batu itu.
Meski setiap patung memancarkan aura yang mengagumkan dan memicu keinginan untuk menyembah, namun bila diamati lebih seksama terdapat perbedaan - masing-masing patung kaisar memiliki aura unik yang khas.
Total terdapat tujuh puluh sembilan patung, yang berarti Klan Huangji setidaknya pernah memiliki tujuh puluh sembilan kaisar dalam sejarahnya.
Sebagian patung memiliki bantal meditasi batu di depannya, sementara yang lain tidak. Tidak adanya bantal meditasi menunjukkan harta di dalamnya telah diambil setelah seseorang berhasil memahami makna tersembunyi.
Setelah menghitung, Han Sen menemukan hanya tersisa tiga bantal meditasi. Artinya sebagian besar harta telah lama diambil, dan yang tersisa tentu bukan yang mudah untuk dikontemplasikan.
"Memang benar, Klan Huangji telah mewarisi waktu yang begitu panjang. Bakat-bakat berbakat banyak sekali seperti bulu kerbau. Mampu memahami nuansa patung batu bukanlah hal yang sulit."
"Adanya tiga yang tak berpenghuni bisa memahami, barulah ini pantas disebut langka."
Han Sen mengamati dengan saksama ketiga patung tersebut. Di dinding batu belakang patung terukir goresan tulisan yang mencatat prestasi seumur hidup sang kaisar.
Patung pertama yang belum dipahami adalah patung peringkat pertama dalam kelompok patung, yaitu kaisar generasi pertama Klan Huangji atau bisa disebut leluhur.
Catatan prestasi di belakangnya juga dihiasi narasi hiperbolis: "Warisan sastra dan kebajikan militer, sepuluh ribu tahun kejayaan, mengalahkan semua musuh di alam semesta, menyatukan kosmos selama miliaran tahun" - singkatnya digambarkan hebat sampai titik puncak, seolah Klan Huangji saat itu benar-benar telah menguasai alam semesta.
Han Sen sangat paham, Klan Huangji awalnya hanyalah ras kecil. Di era leluhur mereka, saat Tanah Suci tak tertandingi di dunia, mungkin saja leluhur Klan Huangji pernah melakukan tiga sujud dan sembilan sembah di Tanah Suci sambil menyebut diri sebagai hamba.
Ini sangat mungkin terjadi karena dulu, Tuan Tanah Suci hampir menyatukan alam semesta. Bagi ras kecil seperti Klan Huangji, tunduk pada Tanah Suci adalah hal biasa. Segala ras berziarah ke sana bukan sekadar omong kosong.
Anehnya, leluhur Klan Huangji ini memiliki wajah yang agak ganjil. Patungnya menunjukkan perbedaan yang jelas dibandingkan kaisar-kaisar generasi berikutnya.
Klan Huangji memiliki kemiripan fisik yang kuat dengan manusia, termasuk kaisar pertama mereka. Namun ia memiliki ciri khas yang mencolok yang membedakannya dari penerusnya.
Di dahi kaisar ini terdapat garis vertikal yang menyerupai mata vertikal ketiga yang tertutup milik Ras Langit. Padahal Klan Huangji tidak memiliki mata ketiga - sama seperti manusia, mereka hanya memiliki dua mata normal dengan pupil tunggal.
Tapi itu hanya garis vertikal, tidak terbelah, tidak tahu apakah itu sebenarnya sebuah mata.
Ada satu hal lagi yang agak aneh, patung-patung kaisar lainnya pada dasarnya memegang pedang atau membawa buku, sementara Kaisar Pertama ini justru tidak memiliki pedang di pinggang dan tidak memegang buku, melainkan mengangkat sebuah labu di tangannya.
"Anggota ini cukup menarik!" Han Sen mengamati patung leluhur Klan Huangji dengan penuh minat, lensa mata kupu-kupu ungunya berputar, ingin menganalisis proses pengukiran patung oleh leluhur Huangji dulu.
Menurut prasasti, tradisi meninggalkan patung di Paviliun Huangji yang dilakukan langsung oleh kaisar ini merupakan warisan dari sang leluhur Huangji, dan secara eksplisit tertulis dalam aturan klan mereka: setiap penerus tahta kaisar harus melalui ritual ini, kalau tidak maka dianggap tidak sah.
“Aduh!” Dengan menggunakan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu untuk mengamati patung batu itu, belum sempat menganalisis, tiba-tiba mata kanannya terasa seperti terbakar api yang menusuk sampai ke tulang sumsum.
Cepat-cepat menunduk dan menutup mata, seberkas darah langsung mengalir deras dari celah jari-jarinya.
“Tenaga yang sungguh dahsyat!” Han Sen menutup matanya, butuh beberapa saat baru perlahan pulih, tapi dia tak berani lagi menggunakan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu untuk melihat patung leluhur Klan Huangji itu.
Meski Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu adalah roh binatang mitos, namun para kaisar Klan Huangji yang terpilih pastilah sosok-sosok mengerikan yang sudah mencapai tahap mitos. Mustahil memecahkan peninggalan tangan mereka dengan pertolongan dari luar.
Untung kemampuan regenerasi raga Han Sen sangat kuat, kalau tidak, satu mata ini pasti sudah tidak berguna.
Mengembalikan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu, Han Sen tidak lagi melihat patung leluhur Klan Huangji, melainkan memindahkan pandangannya ke patung kaisar lainnya.
Kaisar itu memegang buku dengan satu tangan, tangan lainnya disimpan di belakang punggung. Sorot matanya jauh ke depan, seolah seluruh dunia ada dalam genggamannya.
Han Sen menatap patung itu dengan seksama. Wajah kaisar ini tampak sangat manis dengan rambut hitam dan mata hitam. Alih-alih mengenakan zirah kekaisaran, dia justru memakai jubah putih yang terlihat elegan.
Di dinding batu belakang juga tercatat prestasi kaisar ini. Han Sen baru tahu bahwa kaisar ini dijuluki "Kaisar Sastra". Meski ada catatan tentang penaklukan ras-ras di berbagai dunia, itu hanya disebut sekilas. Kontribusi utamanya adalah menyusun sistem hukum lengkap yang menjadi dasar berbagai aturan di Klan Huangji.
Sistem pelatihan pangeran dan putri yang kini digunakan Kaisar Putih, sebenarnya merupakan modifikasi dari sistem yang dirancang Kaisar Sastra pada masanya. Meski mengalami beberapa perubahan seiring zaman, esensinya tetap sama.
Kaisar Sastra adalah penguasa kedua Klan Huangji. Posisi patungnya hanya berada di bawah patung Leluhur Huangji.
Patung kaisar terakhir yang belum berhasil dikontemplasikan berada di bagian paling belakang kelompok patung, tepatnya di posisi sebelum Kaisar Putih.
