Melihat telapak tangan Bai Qingxia menghampiri, Han Sen sekali lagi mengerahkan Huangji Jingtian untuk menghantam dengan keras.
Bukan dia tak ingin menggunakan jurus lain. Tapi karena waktu yang dia gunakan untuk menyamar sebagai Bai Yi terlalu singkat, sama sekali tidak sempat mempelajari jurus lain. Jurus Huangji Jingtian ini pun dipelajarinya dari patung batu leluhur Huangji. Hanya itu satu-satunya jurus yang dia kuasai. Jika tidak menggunakan jurus ini, menggunakan jurus lain justru mudah menyisakan celah.
"Jujur saja, jurus Huangji Jingtian ini pantas disebut sebagai senjata andalan Klan Huangji yang telah ditempa ratusan kali. Meski hanya satu jurus, namun sangat otoriter. Memang agak berlebihan bilang satu metode menghancurkan segala teknik, tapi umumnya bisa menangani pengalaman sebelumnya."
Dor!
Tinju dan telapak tangan bertemu, jurus Huangji Jingtian Han Sen kembali menghalangi Ilmu Satu Telapak Membelah Matahari-Bulan Bai Qingxia. Situasi tetap imbang tanpa pemenang.
"Lho, jurus tinju Huangji Jingtian Bai Yi ternyata bisa menghalangi Ilmu Satu Telapak Membelah Matahari-Bulan? Hari ini benar-benar melihat hantu, ada saja hal seram seperti ini."
"Sama-sama level Raja satu bidang, mana mungkin jurus tinju Huangji Jingtian bisa menahan Ilmu Satu Telapak Membelah Matahari-Bulan?"
"Air keluarga Bai terlalu dalam. Dua pangeran yang biasa tidak menunjukkan kecemerlangan khusus, ternyata bisa melepaskan kemampuan tempur sehebat ini. Pantas disebut bakat langit. Rupanya tontonan menarik perebutan tahta baru benar-benar dimulai."
……
Semua orang berbisik-bisik, namun Bai Qingxia tidak melanjutkan serangannya ke Han Sen. Ia hanya menatap tajam Han Sen, lalu setelah beberapa lama berkata: "Kakak Enam Belas memang luar biasa, pantas saja bisa memahami patung batu leluhur."
"Kamu juga tak kalah." Han Sen mendengus keras.
Bai Qingxia menengadah melihat Pohon Kaisar: "Pohon Kaisar akan segera bangun. Hari ini tidak cocok untuk bertarung lagi. Karena kamu juga datang memohon perlindungan-Nya, mari kita tentukan pemenang dari jumlah ukiran Kaisar yang didapat. Bagaimana pendapatmu, Kakak Enam Belas?"
"Aku hanya jalan-jalan sembarangan. Tak peduli dapat ukiran atau tidak." jawab Han Sen.
Bai Qingxia tersenyum tenang: "Apakah Kakak takut kalah?"
"Hmph! Untuk apa aku takut padamu?" Han Sen mendengus sinis.
"Kalau begitu kita sepakat. Yang dapat ukiran Kaisar lebih banyak adalah pemenang." Bai Qingxia langsung duduk di atas kepala Naga Kaisar sambil melanjutkan ucapannya.
Han Sen tidak tahu bagaimana sebenarnya cara mendapatkan ukiran Kaisar, akhirnya dia pura-pura menunjukkan sikap penuh cibir, terbang ke kepala Naga Kaisar lain di dekatnya, lalu duduk persis seperti Bai Qingxia.
Melihat Bai Qingxia duduk di atas kepala naga sambil memejamkan mata beristirahat, Han Sen juga berpura-pura melakukan hal yang sama, sementara Qilin Darah berbaring di sampingnya.
"Bai Qingxia dan Bai Yi ingin memohon perlindungan Kaisar, entah berapa lempeng ukiran Kaisar yang bisa mereka dapatkan?"
"Jika dulu, menurutku mereka mungkin cuma dapat satu dua lempeng ukiran Kaisar saja. Tapi sekarang sulit diprediksi, kedua anggota ini ternyata menyembunyikan kemampuan yang sangat dalam. Kini mereka ingin mengejutkan semua orang, pasti sudah mengumpulkan kekuatan yang cukup."
"Betul. Siapa sangka dua pangeran yang biasa-biasa saja ini ternyata memiliki ketahanan diri dan kekuatan sehebat ini. Ini mungkin merupakan era keemasan bagi klan Huangji kita yang belum pernah terjadi sejak zaman kuno."
“Hehe, semakin kuat kekuatan para pangeran dan putri kerajaan, persaingannya semakin sengit. Sulit dipastikan apakah ini hal bagus atau kejahatan.”
Memandangi dedaunan Pohon Kaisar yang mulai berkilauan, tak satu pun bangsawan kerajaan yang mendekati Naga Akar Utama. Mereka semua mengamati situasi Han Sen dan Bai Qingxia dari kejauhan.
Setiap daun Pohon Kaisar memiliki ukiran Kaisar. Seiring kebangkitannya, tulisan suci itu semakin menyala, mengubah dedaunan menjadi warna emas.
Ukiran Kaisar sendiri merupakan alur daun-daun itu, namun setiap Daun Kaisar memiliki pola berbeda. Seiring waktu, alur-alur itu berpendar semakin terang, bagaikan simbol keemasan kristal bening yang tertera di atas permukaan daun emas. Prinsip-prinsip mistis kuno bergelombang mengikuti goyangan dedaunan, setiap tulisan suci memberikan persepsi yang berbeda.
Ada yang bergejolak seperti api menyala, ada yang mengalir laksana air sungai, ada yang berat bagai tanah, ada yang pekat bak jurang tak berdasar.
Meski Han Sen tidak mengenal ukiran-ukiran Kaisar itu, hanya dengan mengamati esensi dan gelagatnya, ternyata dalam hatinya langsung tersirat pemahaman akan maknanya.
Ini bukan karena kemampuan kognitif Han Sen yang luar biasa, melainkan karena esensi dan gelagat dari ukiran Kaisar itu sendiri sudah mendekati hakikat terdalam segala sesuatu, lebih tersirat daripada tulisan piktograf. Sekalipun tidak dipelajari, asalkan pernah melihat benda-benda yang sesuai dengan ukiran tersebut, secara alami akan tahu maksudnya.
"Betapa luasnya langit-bumi ini, dedaunan Pohon Kaisar ini ternyata mulai menunjukkan kecocokan dengan "sumber" segala sesuatu, seolah merangkum seluruh fenomena alam, sungguh brilian sekali." Decak kagum terlantun dalam hati Han Sen, lalu pikirannya beralih: "Seandainya bisa kugali dan kubawa pulang ke Aliansi untuk ditanam, entah apakah akan bertahan hidup?"
Dengan bangunnya seluruh ukiran daun Kaisar yang memancarkan cahaya terang, berbagai Naga Kaisar telah menggeram sambil menyelinap masuk ke dalam tanah.
Han Sen melihat Bai Qingxia tetap tidak bergerak, dalam hatinya merasa heran: "Bukankah katanya mau memohon perlindungan ukiran Kaisar? Kenapa dia masih duduk di puncak kepala Naga Kaisar tanpa bergerak? Bukankah nanti akan terbawa masuk ke aliran tanah?"
Meski berpikir begitu, Han Sen sendiri juga tidak bergerak, tetap duduk di puncak kepala Naga Kaisar seperti Bai Qingxia.
Naga-naga Kaisar di sekeliling berdistorsi menyusup ke bawah tanah, dua naga tunggangan mereka pun mulai bergerak, tapi Bai Qingxia tetap diam.
Saat Han Sen sedang bingung, tiba-tiba naga tunggangannya tidak menyusup ke bawah tanah seperti naga lain, malah mengangkat kepala dan menerjang ke atas menuju kanopi pohon.
Di bawah kanopi keemasan yang bagai langit itu, ukiran-ukiran Kaisar berkilauan layaknya galaksi bintang. Dua naga itu berenang melawan arus, seolah terbang menuju sungai bintang di angkasa.
Suasana seperti itu mustahil dibayangkan keindahannya tanpa mengalami sendiri, sungguh luar biasa estetis dan megah.
Han Sen berdiri di atas kepala naga, melihat ukiran Kaisar berkilauan ke segala arah, seolah berada di alam semesta yang lebih ajaib daripada mimpi.
Hanya saja kedua Naga Kaisar itu saat terbang hingga setengah tinggi batang pohon tak bisa melanjutkan perjalanan. Bagaimanapun mereka hanyalah akar Pohon Kaisar yang telah meregang hingga batas maksimal. Kecuali memutus hubungan raga dengan Pohon Kaisar, sulit maju seinci pun.
Bai Qingxia akhirnya membuka matanya, bangkit dari atas kepala Naga Kaisar sambil mendongak melihat ukiran-ukiran Kaisar: "Yang Terhormat lebih senior, silakan Kakak Enambelas duluan."
"Aku cuma jalan-jalan asal, lebih baik Kamu yang duluan." Han Sen berkata dengan datar.
Sebenarnya dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pengakuan ukiran Kaisar dan memperoleh perlindungan mereka.
Bai Qingxia juga tidak menolak, menatap tajam ukiran-ukiran Kaisar itu. Dari tubuhnya memancarkan cahaya putih samar yang semakin terang, membuat tubuh dagingnya pun semakin bercahaya bagai sepotong batu giok kristal bening.
"Badan Kaisar?" Han Sen mengedipkan mata, mengawasi Bai Qingxia yang berdiri di kepala naga. Tubuhnya semakin berkilau, hampir seperti Tuhan yang terbungkus cahaya ilahi. Tak hanya daging, bahkan helai rambutnya seolah berubah menjadi kristal giok.
Seiring menyebarnya tenaga Badan Kaisar, ukiran pada Daun Kaisar mulai merespons. Seluruh daun di pohon itu bergetar lembut, bagai angin melewati hutan yang menimbulkan suara gemerisik.
