Han Sen dan Qilin Darah dikurung di ruang tahanan. Chu Nan sedang bersiap pergi ketika tiba-tiba melihat seseorang masuk, ternyata adalah Pangeran Jianxing.
"Yang Mulia Pangeran." Chu Nan bersama para sekretarisnya segera mendatangi dan memberi hormat.
"Kepala Chu sudah bekerja keras." Pangeran Jianxing berkata, lalu langsung berjalan ke depan batas gaib penjara. Melalui penghalang itu, dia mengawasi Han Sen di dalam sambil berkata dengan nada sinis: "Kakak ke-16, sekarang apa perasaanmu?"
"Di sini cukup nyaman, ada makanan dan tempat tinggal. Aku malah jadi enggan pergi." Han Sen duduk di tepi ranjang, bicara santai.
Pangeran Jianxing mengeluarkan senyum dingin: "Bai Yi, kamu pikir dengan status pangeranmu, tak ada yang berani menyentuhmu dan membebaskan Qilin Darah dari hukuman?"
"Lalu bagaimana?" Han Sen berbaring di ranjang mencoba posisi. Meski agak keras, bagi seorang Pertapa ini bukan masalah berarti.
Ekspresi Pangeran Jianxing berubah masam melihat sikap Han Sen. Dia mengejek: "Kakak ke-16, kenaifanmu benar-benar menggemaskan. Lembaga Hukuman Langit bukan tempat untuk main-main. Jangankan kamu yang cuma pangeran tak berarti, bahkan Putra Mahkota generasi sebelumnya pernah dijebloskan ke penjara surgawi."
"Aturan ketat di rumah, hukum negara di kerajaan. Ini sudah seharusnya," kata Han Sen yang masih berbaring di ranjang, seolah sama sekali tak peduli.
Pangeran Jianxing yang awalnya datang untuk memamerkan kemenangannya, justru kesal melihat sikap santai Han Sen yang merusak kesenangan sebagai pemenang.
Han Sen sebenarnya tak ingin mendekam di penjara. Dari informasi Hu Fei tentang penyelidikan Nyonya Jing, ia yakin hukuman panjang mustahil terjadi. Bagaimana Nyonya Jing bisa menyelidikinya kalau ia dipenjara belasan tahun?
Ternyata Pangeran Jianxing tak tahu investigasi Nyonya Jing. Sorot matanya mengamati Han Sen, lalu terhenti pada Qilin Darah yang berbaring di sisi ranjang. "Kepala Lembaga Chu, bagaimana mungkin kakak ke-16 saya yang berstatus mulia malah ditempatkan di sel biasa?" gerutnya sambil mengerutkan kening.
"Tak perlu. Aku nyaman di sini," sergah Han Sen sebelum Chu Nan sempat menjawab.
"Lagipula dia sendiri yang meminta Chu Nan untuk meninggalkan Qilin Darah. Tidak baik berpura-pura tuli dan bisu dalam situasi seperti ini."
Chu Nan juga menambahkan: "Saat ini hanya penahanan sementara. Untuk memudahkan interogasi, semua sementara ditempatkan di sini."
Pangeran Jianxing mencibirkan bibir, memandangi Han Sen di dalam sel sambil berkata dengan suara dingin: "Bai Yi, jangan kau kira dengan memikul semuanya sendiri akan menyelesaikan masalah? Kubilang, kau harus masuk penjara, Qilin Darah juga harus mati. Tak ada yang bisa kau lakukan - inilah akhir tragis bagi yang berani melawanku."
"Kau memang terlalu hebat, salut." Han Sen yang masih berbaring di ranjang tepuk tangan seadanya.
"Kau...!" Pangeran Jianxing mendidih marah, membentak sekretaris di sampingnya: "Bawa Qilin Darah itu keluar! Kurung terpisah dan berikan 'layanan khusus' padanya!"
Chu Nan ragu sebentar, tapi akhirnya menyuruh sekretaris membuka pintu penjara.
Alasan keraguan adalah karena Pangeran Jianxing tidak memiliki jabatan di Pengadilan Hukuman Langit, namun Dekan adalah paman kandung sang pangeran. Jadi tidak baik untuk menolak permintaannya dalam hal-hal seperti ini.
"Sejak kapan Pengadilan Hukuman Langit berubah menjadi kediaman pangeran?" Suara perempuan penuh wibawa bergema dari luar.
Wajah Pangeran Jianxing dan Chu Nan berubah pucat mendengar suara itu. Saat berbalik, mereka melihat Nyonya Jing yang mengenakan busana istana memasuki ruangan.
Chu Nan merasa pahit dalam hati. Pengadilan Hukuman Langit di Klan Huangji terkenal sebagai Gerbang Akhirat. Tempat yang biasa dihindari para bangsawan hanya dengan mendengar namanya, kini berubah seperti bar yang bisa dimasuki sembarang orang.
Namun menghadapi sosok ini, Chu Nan semakin tidak berani melawan. Ia buru-buru mendekat dan memberi hormat: "Chu Nan menghadap Yang Mulia Jing."
Pangeran Jianxing juga tergesa-gesa memberi penghormatan. Di Klan Huangji, ada banyak sosok yang tak boleh ditantang. Nyonya Jing termasuk tiga besar. Sang pangeran lebih memilih membuat Kaisar Putih marah daripada berselisih dengan wanita ini.
Pangeran Jianxing toh adalah putra kandung Kaisar Putih. Sekalipun Kaisar sedang marah sementara, takkan benar-benar menghukumnya. Tapi lain halnya dengan Nyonya Jing. Nyonya Jing terkenal dengan sifatnya yang suka marah tiba-tiba dan kejam tak berperasaan. Banyak pejabat tinggi berkuasa di dalam Klan Huangji yang konon tumbang di tangannya.
"Kepala Chu, bagaimana mungkin Pangeran Keenam Belas ada di sini?" Nyonya Jing melirik ke arah Han Sen di ruang penjara.
"Bibi Kaisar, Kakak Keenam Belas membiarkan ksatria-ksatria..." Pangeran Jianxing buru-buru mendekat hendak menjelaskan.
"Jianxing, sejak kapan kamu bertugas di Hukuman Langit?" Nyonya Jing berbalik badan, sorot matanya menancap ke arah pangeran.
Pangeran Jianxing langsung menggigil ketakutan. Ucapan di ujung lidahnya terhenti, wajahnya mulai memucat.
"Lapor pada Yang Mulia, hanya ada beberapa hal yang membutuhkan kehadiran Pangeran Keenam Belas untuk membantu penyelidikan." Chu Nan menangkap nada bicara Nyonya Jing yang berubah, ia pun tak berani memberikan pernyataan pasti.
"Saya juga punya beberapa hal yang membutuhkan bantuan Bai Yi. Orangnya akan saya bawa dulu." Nyonya Jing berkata sambil di sisinya sudah ada yang masuk, membawa Han Sen dan Qilin Darah keluar.
"Nyonya Jing, ini..." Chu Nan hanya merasa pusing tujuh keliling, dilepas pun tidak bisa, ditahan pun tidak berani.
"Bibi Kaisar, menumpahkan darah di Taman Kaisar adalah dosa besar..." Pangeran Jianxing yang sedang panik menghadang di depan Nyonya Jing.
Saat itu juga, alat komunikasi Chu Nan berdering. Setelah melihat nomornya, ia mengangkat dan berbicara sebentar sebelum menutup alat itu lalu buru-buru berkata pada Nyonya Jing: "Rupanya Yang Mulia Jing sudah berkoordinasi dengan Dekan. Mengapa tidak diberitahu sejak awal? Kalian masih bengong apa di sana? Cepat beri jalan, jangan sampai menghalangi urusan penting Yang Mulia Jing."
Nyonya Jing sama sekali tidak memandang Pangeran Jianxing di hadapannya, langsung berjalan melewatinya.
"Lao Di, sepertinya Kakak tak punya waktu melihat pertunjukanmu. Kalau lain kali ingin berakting lagi, ingat beri kabar padaku. Pasti kusempatkan waktu untuk mendukung." Han Sen berjalan menghadap Pangeran Jianxing, merapikan kerah bajunya sambil tersenyum, lalu pergi dengan angkuh bersama Qilin Darah.
"Brengsek itu!" Wajah Pangeran Jianxing berdistorsi hebat, matanya menyemburkan semburan api amarah.
"Kenapa? Tak mau berterima kasih padaku yang menyelamatkanmu?" Nyonya Jing membawa Han Sen masuk ke kabin kendaraan makhluk, menatapnya yang duduk berseberangan.
"Bibi Kaisar hanya meminjamkanku sementara untuk bantuan pekerjaan. Setelah urusan selesai akan dikembalikan. Apa yang harus kupersembahkan pada Bibi?" Han Sen menatap langsung wajah Nyonya Jing.
Nyonya Jing raut wajahnya langsung berubah dingin, matanya menyorot tajam ke arah Han Sen sambil berkata: "Han Sen, berani sekali kamu! Membunuh pangeran sudah merupakan hukuman mati, kamu malah berani memalsukan identitas pangeran, benar-benar gila-gilaan tak kenal hidup mati."
Han Sen terkesiap dalam hati, namun wajahnya berpura-pura tenang: "Apa maksud perkataan Tante Kaisar ini? Keponakan benar-benar tidak mengerti."
Nyonya Jing tetap tak bergerak, menunjuk ke cincin di jari Han Sen: "Han Sen, dari mana asal cincin di tanganmu itu?"
"Milik Han Sen. Aku dapatkan setelah menguasai raganya." jawab Han Sen.
Nyonya Jing tiba-tiba tersenyum sinis: "Tahukah kau cincin itu bernama Mata Jingling, bisa memantulkan jiwa manusia? Jika kau benar Bai Yi, cobalah bercermin dengan Mata Jingling ini. Lihatlah jiwa yang terpantul - apakah itu Han Sen atau Pangeran Keenam Belas Bai Yi?"
