Ini sebenarnya bukan konspirasi, melainkan taktik terbuka yang legal.
Karena Han Sen membiarkan Burung Sembilan Kepala menyerang duluan, sebenarnya ada kesempatan untuk menang. Itulah mengapa Burung Sembilan Kepala menyetujui taruhan ini. Tapi karena Han Mu memiliki bidang naga, Burung Sembilan Kepala gagal memanfaatkan kesempatan. Saat dia menghentikan serangannya, sebenarnya sudah kalah telak.
“Sekarang bolehkah aku pergi?” Han Sen tersenyum bahagia menatap Burung Sembilan Kepala.
“Pergi sejauh mungkin! Jangan sampai kulihat lagi!” Ekspresi Burung Sembilan Kepala berubah beberapa kali sebelum akhirnya mengumpat keras. Tanpa menghiraukan reaksi Han Sen, dia langsung terbang menghilang.
Han Sen sedikit terkejut, tak menyangka Burung Sembilan Kepala ternyata benar-benar memegang janji. Meski begitu, ini bisa disebut sebagai hal yang baik.
Meski bidang naga bisa memanfaatkan gaya air, jika raga Han Sen terkunci dalam Peti Pemusnah Iblis dan kehilangan koneksi dengan lautan, tetap akan ditarik masuk ke jurang sihir.
Kecuali Han Sen mau mengekspos tubuh Super God-nya, sungguh sulit mengalahkan Burung Sembilan Kepala.
Tanpa ragu, Han Sen langsung melesat ke udara. Tanpa memberi salam pada Buyu, ia langsung menuju arah Teluk Bintang Setengah.
Jika Nyonya Jing belum pergi, seharusnya masih ada di sana. Sekarang terlalu banyak petarung kuat yang mengincar Sumber Dewa Kuno. Dengan kehadiran Nyonya Jing di sisinya, takkan ada yang berani lagi mengincarnya.
Meski sekarang Han Sen punya kesempatan kabur, tapi Bao'er masih berada di Klan Huangji. Karena itu Han Sen tak bisa melarikan diri.
Han Sen baru terbang sejauh ratusan li, tiba-tiba mendengar gemuruh petir di udara. Seorang raksasa bagaikan dewa iblis berdiri di atas awan, sebuah tangan raksasa menghantam ke arahnya.
Tangan raksasa itu perlahan menindih ke bawah, seolah seluruh ruang dikompresi. Bahkan udara mengeras bagaikan baja, membuat raga Han Sen sulit merobek celah udara untuk bergerak.
"Petarung termitosis!" Hati Han Sen membeku. Saat hendak bertarung habis-habisan, tiba-tiba kilatan pedang menyambar menusuk telapak tangan itu.
"Aduh!" Raksasa di awan menjerit sambil menarik tangannya. Sorot matanya bagai dua cahaya ilahi menatap ke kejauhan, di mana seorang wanita anggun yang cantik melangkah di atas ombak, dikelilingi pedang qing yang melayang.
"Nyonya Jing!" Hati Han Sen berbunga-bunga.
Raksasa yang mirip dewa dan iblis itu membelalak penuh kebencian ke arah Nyonya Jing, lalu berbalik dan menghilang. Jelas dia sangat waspada terhadap Nyonya Jing dan tidak mau berkonfrontasi dengannya.
"Siapa sangka Dewa Air Kuno benar-benar memilihmu." Nyonya Jing mendekati Han Sen, matanya menatap sumber energi Dewa Kuno yang tergenggam di tangan pemuda itu.
"Bukankah ini tujuanmu membawaku ke sini?" sahut Han Sen.
"Hanya mencoba peruntungan saja. Awalnya aku tidak terlalu berharap, tapi ternyata kau berhasil." Nyonya Jing berkata dengan nada datar.
Han Sen menggaruk hidungnya, pandangannya menerawang ke lautan berwarna darah di bawah kakinya.
Seolah membaca pikiran Han Sen, Nyonya Jing melanjutkan dengan tetap tenang: "Armada Klan Huangji sudah tiba. Mereka akan segera mengambil alih beberapa bidang bintang di sekitar sini yang telah dikuduskan oleh darah murni Dewa Air Kuno."
Han Sen baru menyadari, tujuan utama Nyonya Jing datang ke sini bukanlah untuk Sumber Dewa Kuno, melainkan bidang bintang yang telah disirami darah murni kehidupan Dewa Air Kuno ini.
Berkat pembaptisan hujan kehidupan ini, planet kehidupan purba akan memasuki era evolusi besar. Bahkan planet-planet yang sebelumnya tidak memiliki kehidupan, akan melahirkan makhluk hidup berkat nutrisi darah murni Dewa Air Kuno.
Selain itu, karena seluruh perairan di sini berasal dari darah Dewa Air Kuno yang mengandung vitalitas luar biasa besar, di masa depan pasti akan tercipta banyak mutan mengerikan. Inilah yang paling dibutuhkan Klan Huangji.
Jika dibandingkan, Sumber Dewa Kuno justru tidak terlalu penting—paling-paling hanya untuk melatih satu jagoan beraliran air. Nilainya tidak bisa disamakan dengan bidang bintang ini.
Saat Han Sen mengikuti Nyonya Jing kembali ke kapal perang, mereka menyaksikan armada Klan Huangji sedang membagi formasi untuk memasuki planet-planet di sekitarnya.
Qilin Darah berada di kapal perang. Yang mengejutkan Han Sen, makhluk itu ternyata menunggu dengan patuh di dalam ruangan tanpa meledakkan sifat galaknya seperti yang dibayangkannya.
Saat melihat Nyonya Jing, Qilin Darah jelas-jelas menunjukkan secuil ketakutan dan permusuhan.
Han Sen kira-kira bisa menebak: setelah dipindahkan ke pulau kecil oleh Dewa Air Kuno, Qilin Darah pasti menolak perintah Nyonya Jing. Pasti ada taktik tertentu yang digunakan sang nyonya hingga makhluk itu kembali dengan patuh ke kapal perang.
"Wanita ini punya maksud tersembunyi dan taktik yang hebat," jari kelingking Han Sen membelai cincinnya sambil berkontemplasi diam-diam, "Tapi kenapa dia tidak melaporkan kepalsuan identitasku sebagai Bai Yi? Kemungkinan terbesar terkait cincin ini. Namun dia juga tidak memaksaku untuk menyerahkannya. Mengapa sebenarnya?"
Untuk sementara tak bisa memahaminya, Han Sen terpaksa menaruh pertanyaan itu di samping dan mengeluarkan Mutiara Naga Bersayap Perak itu. Langsung ia menelannya dan mulai memurnikannya.
"Gen Adipati +1… Gen Adipati +1…"
Suara peningkatan gen Adipati terus bergema di benak Han Sen. Ternyata gen itu bertambah sebanyak sepuluh poin, setara dengan memurnikan sepuluh gen varietas langka tingkat Adipati sekaligus.
"Kalau bisa mendapatkan lebih banyak gen varietas langka tingkat Raja, Genetika Naratif-ku pasti bisa naik level." Han Sen merasa senang sekaligus cemas.
Nyonya Jing tidak berlama-lama di bidang bintang ini. Tugasnya hanya membersihkan rintangan tak terlihat, bukan menduduki dan membangun planet. Sebelum armada menduduki wilayah ini, misinya sudah selesai.
Han Sen tahu pasti ada banyak petarung kuat di sekitar Nyonya Jing, hanya saja mereka tak terlihat di sisinya.
Di balik pendudukan sukses atas bidang bintang sepenting ini, entah berapa banyak makhluk yang telah mengorbankan darah dan nyawa.
Setidaknya klan Dewa Kuno seharusnya tidak mungkin menyerahkan tempat ini dengan mudah. Tidak mungkin Klan Huangji mendominasi wilayah sempurna ini tanpa membayar harga sama sekali.
Setelah kembali ke Kerajaan Kaisar, Han Sen membawa Qilin Darah kembali ke Planet Air. Nyonya Jing tidak menahannya, juga tidak mengatakan apapun. Tidak ada yang membuat masalah untuk Han Sen.
Justru sikap ini yang membuat Han Sen merasa cemas di dalam hati. Dia tidak bisa menebak rencana tersembunyi Nyonya Jing, maupun maksud sebenarnya di balik tindakannya.
"Paling-paling aku dan Bao'er berteleportasi kembali ke perlindungan. Aku tidak percaya dia bisa berbuat apa!" Han Sen bertekad dalam hati sambil menghitung cara merebut kembali Bao'er dari Lan Haixin.
Sebelum Han Sen mencari Lan Haixin, justru Lan Haixin yang lebih dulu datang. Ekspresinya terlihat sangat masam.
“Bai Yi, apakah kamu lupa sesuatu?” Lan Haixin datang ke taman, melihat Han Sen dengan dingin. Ia tidak langsung menyebutkan masalahnya, karena masih ada kecurigaan tentang keaslian Han Sen.
“Tanggal sembilan bulan lalu, aku ingat. Tapi Nyonya Jing terus memaksa aku bekerja, aku tidak bisa berbuat apa-apa.” Han Sen bicara santai, sambil bergumam dalam hati: "Untung ada Bao'er si mata-mata kecil yang memberi tahu guildnya."
“Kalau ingat ya sudah. Sekarang kita melewatkan waktu, harus menunggu dua bulan lagi. Selama ini jangan cari masalah lagi.” Lan Haixin berbalik dan pergi setelah bicara, seolah malas melirik Han Sen sekali pun.
