"Memalukan diri sendiri! Bawa dia!" Pangeran Bintang Pedang berkata dengan suara dingin.
"Bai Yi semakin menjadi-jadi. Hanya karena berpikir untung-untungan memahami patung leluhur dan beruntung mendapat perlindungan ukiran Kaisar, dia sampai lupa diri." Pangeran ke-19 mendengus keras.
Bai Lingshuang juga berada di sekitarnya, alisnya sama-sama berkerut. Tindakan Bai Yi ini memang terkesan terlalu sembrono.
Awalnya, setelah Han Sen mendapatkan perlindungan ukiran Kaisar, Bai Lingshuang masih mempertimbangkan apakah ingin mendekatinya lebih erat, bahkan memiliki niat untuk membentuk aliansi.
Tapi situasi Bai Yi yang baru saja menunjukkan sedikit peningkatan, ternyata dia langsung menjadi begitu sembrono dan arogan. Keinginan Bai Lingshuang untuk merangkulnya pun mulai memudar.
Tidak takut lawan bagaikan Tuhan, yang ditakutkan adalah sekutu sebodoh babi. Sifat sembrono, impulsif, dan pemarah seperti Bai Yi pasti akan menimbulkan masalah besar. Bai Lingshuang sebelumnya masih ragu-ragu, tapi sekarang sudah berniat untuk menyerah.
Han Sen tidak peduli dengan semua itu. Dia hanya bertindak sesuai sifat asli Bai Yi, berusaha sekuat tenaga untuk memerankan Bai Yi.
Apalagi dia memang sudah tidak menyukai cara Pangeran Bintang Pedang. Kesempatan ini tepat untuk memberi pelajaran kepadanya.
Gaya pukulan melilit keempat Ksatria. Dua yang hampir mencapai tahap mitos itu terpaksa mengurungkan niat menyerang Qilin Darah, memprioritaskan menahan pukulan Han Sen ini dulu.
Namun mereka tidak berani membunuh Han Sen, hanya ingin memukul mundurnya.
Menumpahkan darah di Taman Kaisar adalah dosa besar. Tapi jika hanya membunuh Qilin Darah, dengan adanya Dekan Pengadilan Langit - paman Pangeran Bintang Pedang - paling-paling mereka akan dikurung beberapa hari, belum tentu kehilangan nyawa.
Tapi membunuh Bai Yi sang Pangeran Keenam Belas? Itu sudah pasti mati tanpa ampun.
Han Sen tetap nekat. -nya dipaksakan hingga batas kemampuannya. Teknik ini telah melebur dengan Kehendak Air, hasil penyempurnaannya setelah menyaksikan momentum dahsyat Dewa Air Kuno.
Saat ini digunakan, gaya pukulan bagaikan ombak dahsyat yang bergelombang, setiap gelombang lebih kuat dari sebelumnya. Dengan gemilang melawan empat lawan, keempat ksatria itu terdesak ke posisi inferior.
Awalnya dua ksatria setingkat hampir mitos masih ragu untuk bertindak maksimal, khawatir benar-benar membunuh Pangeran Keenam Belas ini. Namun setelah beberapa pukulan, ekspresi mereka berubah total.
Bukan hanya keempat ksatria, Pangeran Bintang Pedang, Bai Lingshuang, Pangeran ke-19, dan semua pangeran-putri kerajaan lainnya terpaku dalam keterkejutan.
Han Sen bagaikan Kaisar yang mendominasi alam semesta berbintang. Gaya pukulannya yang seluas samudra menindih langit malam, memaksa keempat ksatria mundur langkah demi langkah. Kilatan pedang, peluru, dan pukulan mereka terus meletus, namun tetap tak mampu menembus tekanan gaya pukulannya.
Di bawah aliran pukulan yang dahsyat bagai samudera dan naga, bahkan ksatria setengah tahap mitos pun terperosok dalam pusarannya, bagai perahu kecil di tengah badai ganas yang tak sanggup menandingi wibawa langit-bumi.
"Lao Shiliu ternyata sudah mencapai level sehebat ini dalam menguasai Jurus Huangji Jingtian?" Pangeran ke-19 menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan.
Bai Lingshuang juga terlihat bingung. Dalam hal daya hancur Jurus Huangji Jingtian, Sen memang bukan yang terkuat. Namun mereka yang lebih kuat darinya adalah pangeran/putri di level 8-9 bahkan setengah mitos. Hanya Sen satu-satunya yang mampu menunjukkan daya hancur sehebat ini di level Raja bidang pertama.
Selain itu, jurus yang dipelajari Sen adalah versi dasar Huangji Jingtian. Sedangkan jurus para pangeran/putri lain kebanyakan sudah berevolusi melalui penyempurnaan, seperti Jurus Terminal Huangji milik Bai Wei yang dayanya jauh melampaui versi dasarnya.
Sekarang Han Sen menggunakan jurus yang di dalamnya mengandung nuansa air, ini bisa disebut sebagai versi upgrade dari . Lagipula versi upgrade ini adalah hasil kreasi Han Sen sendiri, inilah alasan sebenarnya mengapa Bai Lingshuang terkejut.
Mampu menyempurnakan menjadi jurus tinju eksklusif miliknya sendiri, kecerdasan dan kemampuan seperti ini, mana mungkin hanya dimiliki oleh anggota berpola pikir sederhana?
Bai Lingshuang mengawasi Han Sen yang bagaikan kaisar sedang menekan empat ksatria di udara, di kedalaman matanya tersembunyi ekspresi rumit.
Pangeran Bintang Pedang bahkan menggigit giginya geram. Meski masih sangat kecil, berkat kekuatan klan ibu, di antara para pangeran dan putri kerajaan dia termasuk yang punya nama besar.
Pangeran tak bermoral seperti Bai Yi ini, kini malah dengan tubuh level Raja berhasil menekan empat ksatria miliknya, membuatnya benar-benar sulit menerima kenyataan ini di hati.
Jika itu adalah makhluk setengah tahap mitos dari ras kecil biasa mungkin masih bisa dimaklumi. Sebagai pangeran Klan Huangji, menekan mereka bukanlah hal yang aneh. Tapi keempat ksatria miliknya berasal dari kekuatan besar di dalam Klan Huangji. Meski dua makhluk setengah tahap mitos itu bukan anggota murni Klan Huangji, mereka memiliki sebagian darah Huangji. Kekuatan mereka sedemikian hebatnya hingga bahkan jika bertemu dengan makhluk setengah tahap mitos Huangji biasa, mereka masih memiliki kemampuan bertarung. Belum tentu mereka pasti kalah.
Tapi sekarang, dua makhluk setengah tahap mitos dan dua raja sembilan lapisan bidang bertarung melawan Han Sen, justru ditekan tanpa daya melancarkan serangan balik. Pangeran Bintang Pedang mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat seperti Han Sen. Perasaan ini seperti digigit ular, begitu menyakitkan hingga wajahnya mulai berdistorsi.
"Tak disangka Enam Belas memiliki kekuatan sehebat ini. Benar-benar membuatku memandang dengan pandangan baru." Di atas kepala Naga Kaisar yang jauh, seorang pria berjubah emas duduk bersila, berkata dengan nada datar.
Di sisi pria berjubah emas, duduk seorang pria berzirah hijau. Pria itu mendengus, "Apakah dia benar-benar Lao Shiliu masih diragukan. Untuk apa Putra Mahkota memanggilnya dengan begitu mesra?"
"Saudara Keempat keliru. Jika Ayahanda merestuinya, maka pastilah dia Enam Belas kita," kata Putra Mahkota.
Pangeran Keempat menyeringai dingin, "Menurutku belum tentu. Sifat asli Lao Shiliu mana mungkin punya kecerdasan seperti ini? Ambil contoh nuansa jurus tinjunya. Taktiknya membagi empat lawan lalu mempermainkan para Ksatria itu—mustahil dilakukan si otak kasar dan sederhana itu!"
Putra Mahkota memicingkan matanya sambil mengawasi Han Sen yang sedang bertarung, "Siapa yang tahu? Hati manusia sulit ditebak. Mungkin selama ini kita salah menilai Enam Belas."
Pangeran Keempat tak menjawab, hanya mendengus keras sementara sorot matanya terus menatap Han Sen yang terlihat bagai dewa dan iblis sekaligus.
Dor!
Han Sen menekan dengan satu pukulan, menghantam tubuh ksatria setingkat hampir mitos. Jurus Huangji Jingtian yang telah ditumpuk berkali-kali ini, daya hancurnya entah berapa kali lipat diperbesar. Sekalipun petarung setingkat hampir mitos pun sulit menahan satu serangan. Baju zirahnya hancur terkena pukulan Han Sen, tulang dadanya cekung ke dalam, darah menyembur deras dari mulut ksatria setengah mitos itu.
Tanpa ragu, di detik berikutnya, raga Han Sen telah turun di atas kepala ksatria yang jatuh itu. Satu pukulan lagi dihujamkan, bagai galaksi bintang terbalik, tenaga mengerikan berubah menjadi guncangan air terjun surgawi yang menimpa ke bawah.
"Bai Yi... Berani-beraninya kau membunuh ksatria ku... Aku tidak akan berhenti sampai salah satu dari kita mati..." Pangeran Bintang Pedang matanya merah darah, menjerit dengan suara mengerikan.
"Tidak berani." Suara datar Han Sen bergema, namun jurus Huangji Jingtian yang mengerikan itu nyaris bersamaan menghantam tubuh ksatria setengah mitos tersebut.
