Han Sen tidak menyetujui penjualan kuota masuk Menara Takdir Langit. Bai Lingshuang sangat kecewa, namun tidak memaksanya.
Benar saja, tidak sampai dua hari, datanglah pejabat istana yang memberikan hadiah ujian tengah tahun kepada Han Sen. Namun ada perbedaan dengan yang disebutkan Bai Lingshuang.
Han Sen hanya mendapat token masuk Menara Takdir Langit, tanpa melihat harta mitos yang disebutkan Bai Lingshuang.
Han Sen berpikir sebentar sudah paham, pasti Kaisar Putih masih punya kecurigaan terhadapnya, sehingga harta mitos penghargaan peringkat pertama yang seharusnya ada miliknya tidak diberikan kepadanya.
"Bisa masuk Menara Takdir Langit juga bagus, aku ingin melihat apakah menara itu berbeda dengan Menara Takdir Langit-ku." Hati Han Sen berdebar-debar penuh semangat.
Tanpa keraguan, setelah mengirim pergi sang pejabat, Han Sen langsung membawa token menuju Menara Takdir Langit. Bukan berarti dia terburu-buru, melainkan takut Hu Fei dapat informasi lalu datang mencarinya, kemudian memintanya membantu mencuri barang dari dalam menara tersebut, yang itu terlalu berisiko.
Setelah tiba di Menara Takdir Langit, Han Sen baru tahu mengapa kualifikasi untuk masuk ke menara ini sangat langka. Selain karena Klan Huangji tidak ingin rahasia dalam menara ini diketahui orang, ada alasan penting lainnya. Untuk membuka gerbang Menara Takdir Langit, dibutuhkan empat petarung kuat yang termitosis untuk menyuntikkan tenaga ke dalam menara dengan cara khusus. Barulah mereka bisa bekerja sama membuka gerbang dan mengirimkan satu orang ke dalam Menara Takdir Langit.
Setiap kali gerbang Menara Takdir Langit dibuka, keempat petarung kuat yang termitosis itu menguras banyak tenaga. Setidaknya butuh dua tiga bulan untuk memulihkan tenaga mereka, ditambah harus mengonsumsi beberapa material khusus yang langka selama periode tersebut.
Meski Han Sen sudah mendapatkan izin masuk Menara Takdir Langit, jika ingin masuk dia tetap harus mendaftar janji temu terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan semua prosedur, Han Sen diberitahu bahwa gerbang Menara Takdir Langit baru bisa dibuka tujuh belas hari kemudian. Dia diwajibkan tiba tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan. Jika terlambat satu detik pun, pihak pengelola tidak akan menunggu dan langsung menyatakannya kehilangan hak masuk.
Han Sen agak frustasi, tapi menyadari tujuh belas hari sebenarnya sudah sangat cepat. Hanya Klan Huangji yang mampu mengerahkan sumber daya besar seperti ini. Ras lain mungkin butuh waktu tak tentu hanya untuk mengumpulkan empat petarung termitosis.
Sayangnya, rencana Han Sen untuk menghindari Hu Fei akhirnya meleset.
Baru saja pulang ke rumah, Han Sen langsung melihat Hu Fei yang jelita sedang bersandar di ranjangnya. Sepasang matanya menyipit membentuk bulan sabit, tersenyum manis sambil berkata, "Adik baikku, sudah selesaikan prosedur masuk Menara Takdir Langit?"
"Sudah." Han Sen mengangkat bahu, lalu duduk di kursi sebelahnya.
Hu Fei bangkit dari ranjang, berjalan perlahan ke belakang Han Sen. Lengan putihnya yang halus melingkari tubuh Han Sen dari belakang, jari-jarinya perlahan menggambar lingkaran di dadanya.
Han Sen merasakan kelembutan membalut punggungnya. Wajah sempurna Hu Fei hampir menempel di pipinya, bibir merahnya berbisik di telinganya, "Bantu kakak ambil pusaka ras rubah dari dalam Menara Takdir Langit. Kakak pasti tidak akan mengecewakanmu."
"Bukan aku tidak ingin membantu, aku takut kalau aku mengeluarkan barang itu, tidak akan ada lagi kesempatan berbicara denganmu, Kak." Han Sen berkata dengan pasrah.
Hu Fei menyemburkan tawa, mengulurkan tangan mencubit pipi Han Sen, lalu memeluknya di dadanya: "Mana mungkin Kakak tega membiarkanmu mati? Aku punya cara agar kau bisa membawa keluar barang itu tanpa sepengetahuan dewa atau hantu, sama sekali tidak akan menimbulkan kecurigaan. Setelah berhasil, Kakak bisa langsung membawamu keluar dari Klan Huangji. Saat itu kau akan menjadi penyelamat besar Klan Rubah Pesona kami. Jika mau, kau bisa ikut Kakak kembali ke klan kami. Di sana ada jutaan kecantikan yang bisa kau nikmati sepuasnya."
"Jangan, aku ini orang yang tidak beruntung, tidak punya takdir untuk menikmati kemewahan. Lebih baik jelaskan dulu, sebenarnya apa barang Klan Rubah di Menara Takdir Langit itu? Bagaimana cara mengeluarkannya?" tanya Han Sen.
Ekspresi wajah Hu Fei dipenuhi keluhan, pinggang rampingnya bergoyang lembut. Ternyata ia berbalik dan duduk di pangkuan Han Sen, kedua tangan merangkul leher pemuda itu. Dengan nada sedih ia berkata: "Sudah terlalu lama aku terperangkap di Istana Guigu. Setelah bebas, baru kusadari alam semesta kini tak lagi seperti dulu. Dulu Klan Huangji yang hanya layak jadi budak Santo, sekarang malah jadi salah satu dari Tiga Klan Agung di alam semesta. Sedangkan klan kami, Klan Rubah Pesona, meski belum sepenuhnya merosot, tapi karena harta pusaka direbut Klan Huangji, kerabat kami sulit menembus pos pemeriksaan terakhir untuk mencapai level mitos. Kami terpaksa bertahan hidup dengan mengandalkan kecantikan."
Setelah terhenti sejenak, Hu Fei melanjutkan: "Dari berbagai informasi yang kukumpulkan, harta pusaka itu ternyata diambil oleh Kaisar Bao dari Klan Huangji, lalu disimpan di Menara Takdir Langit. Segala cara telah kucoba tapi tak bisa memasuki menara itu. Akhirnya terpaksa aku memohon bantuanmu, Adik."
"Sikap lemah lembut Hu Fei sungguh memancing belas kasihan. Meski Han Sen tahu Hu Fei jauh lebih kuat darinya, tetap saja hatinya tergerak. Setelah berpikir sejenak, dia berkata: 'Sebenarnya apa sih harta pusaka Klan Rubah Pesona itu? Kenapa Kaisar Bao menaruhnya di Menara Takdir Langit?'"
Hu Fei ragu sejenak sebelum menjawab: "Harta itu bernama Cermin Takdir Sembilan Putaran, harta rahasia khusus mitos klan kami. Anggota Klan Rubah Pesana harus bereinkarnasi sembilan kali melalui cermin itu setelah mencapai level Raja, baru bisa naik ke tingkat mitos. Tanpa cermin itu, klan kami tak lagi punya petarung kuat yang terlahir. Sungguh memilukan bagi sebuah klan atas. Pasti kamu paham."
"Soal alasan Kaisar Bao membawa cermin itu ke menara, aku juga belum tahu pasti. Menurut prinsip, selain anggota klan kami, seharusnya tidak ada yang bisa menggunakan Cermin Takdir Sembilan Putaran."
Han Sen mengerutkan kening sambil berpikir sejenak, lalu memandang Hu Fei yang sedang dalam pelukannya dan bertanya: "Bagaimana cara aku membawa Cermin Takdir Sembilan Putaran keluar?"
Hu Fei mengedipkan matanya dan berkata: "Aku bisa menggunakan teknik rahasia rubah untuk menanamkannya ke dalam raga-mu, sehingga untuk sementara kau akan memiliki tenaga klan kami. Nanti saat kau melihat Cermin Takdir Sembilan Putaran, jika belum terikat, tanpa perlu kau serang, dia seharusnya akan otomatis tertarik padamu. Saat itu kau bisa menguasainya sepenuhnya, membawanya keluar secara diam-diam bukanlah hal sulit."
Hati Han Sen berdebar, ia mengangguk dan berkata: "Jika benar seperti itu, boleh dicoba. Tapi aku hanya bisa berjanji untuk mencoba, tidak berani menjamin keberhasilannya."
Wajah Hu Fei langsung berseri, ia menggenggam pipi Han Sen dan mencium bibir merahnya: "Adik baik, selama kau mau mencoba, itu sudah sangat membantu kakak. Kau menjadi penyelamat besar klan Rubah Pesona kami. Di masa depan jika ada kebutuhan, kakak dan klan pasti akan membantu sepenuh tenaga."
"Kakak terlalu berlebihan. Jika memang dalam kemampuanku, dengan hubungan emosional kita, tentu seharusnya aku membantu kalian." Wajah Han Sen menunjukkan sikap munafik, meski hatinya menyimpan rencana tersembunyi.
"Bagus, basa-basi tidak perlu. Mari kita bertindak cepat. Sekarang akan kutebarkan teknik rahasia klan rubah ke dalam ragamu, memberimu tenaga sementara dari Klan Rubah Pesona kita." Sambil berkata demikian, Hu Fei tiba-tiba duduk tegak, kaki jenjangnya melingkar di pinggang Han Sen, bibir harumnya menyegel retorika pria itu.
