Wan Er masih pingsan. Han Sen langsung melemparkannya keluar, membuat tubuhnya mendarat di tanah yang jauh.
Tapi lemparan ini menggunakan teknik halus, tidak menyebabkan guncangan keras. Tubuhnya mendarat dengan lancar di tanah.
Han Sen ingin menguji: apakah ketika Wan Er tidak dekat, tubuh Super God-nya masih akan menghilang?
Setelah mengabaikan Wan'er, Han Sen langsung mengaktifkan kembali tubuh Super God-nya. Dalam sekejap, dia berubah menjadi makhluk astral yang hampir seperti kosong, rambut panjangnya berkibar-kibar dalam cahaya putih menyala-nyala.
Mata merah darah kembali diusir. Han Sen mempertahankan status tubuh Super God-nya tanpa tanda-tanda penurunan tenaga.
"Ternyata memang dipengaruhi Wan'er? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa mempengaruhi tubuh Super God-ku?" Han Sen terkejut melihat ke arah Wan'er. Tiba-tiba dia menemukan cahaya keemasan mulai menyala dari tubuh Wan'er, mata dan rambutnya perlahan berubah menjadi keemasan.
"Mungkinkah ini bukan hanya pengaruh sepihak, tapi saling mempengaruhi?" Pemandangan ini membuat Han Sen semakin tercengang.
Tanpa pikir panjang, Han Sen mengkristalkan energi Satu Tangan Menutupi Langit. Dengan satu pukulan keras, dia menghantam mata patung batu seribu tangan itu, mencoba untuk menghancurkan organ penglihatannya.
Saat Han Sen mendekati patung batu itu, ribuan mata merah darah di atas telapak tangan patung tiba-tiba berkilauan dengan cahaya mengerikan, membentuk rantai keteraturan seperti kilau darah yang menyorot ke arahnya.
Tubuh Super God Han Sen dengan sengaja mengabaikan kilau merah itu. Semua cahaya darah menembus raganya seolah dia hanyalah ilusi kosong yang tiada.
Tapi saat tinju Han Sen menghantam mata patung batu seribu tangan, dentuman keras menggema. Raga Han Sen langsung terlempar mundur - kekuatan Satu Tangan Menutupi Langit ternyata tak mampu merobek mata itu.
"Lebih tangguh dibanding monster mitos sebelumnya!" Han Sen merinding. Meski sudah menduga hasilnya mungkin begini, tetap saja ada rasa kecewa yang tersisa.
"Tak bisa menghancurkan patung batu berarti tak bisa melepaskan kekuatan mata darah. Meski tubuh Super God-nya kebal, tapi mereka yang terinfeksi mata darah tak mungkin diselamatkan."
Han Sen berbalik hendak meninggalkan Kota yang Rusak, namun patung setinggi tiga ratus meter itu bangkit seperti dewa iblis. Seluruh aula bergetar hebat seiring gerakannya yang mengawasi ketat setiap langkah Han Sen.
"Memang hidup!" tanpa terkejut, Han Sen langsung melesat ke arah Wan'er dengan gesit.
Tapi yang dilihatnya membuatnya terpaku: tubuh Wan'er mengapung dengan rambut dan mata berubah keemasan, persis seperti penampilan pertamanya saat mereka bertemu.
Matanya telah terbuka kembali, tapi tetap kosong tanpa fokus seperti cermin retak yang kehilangan pantulan.
Patung batu seribu tangan baru saja mengayunkan kaki selangkah, bagaikan dewa iblis dengan lebih dari seribu telapak tangan yang hendak menghantam Han Sen. Tapi sebelum telapak tangannya menyentuh tanah, cahaya keemasan tiba-tiba menyambar.
Wan'er si rambut pirang telah muncul secepat teleportasi di hadapan patung itu. Dengan kibasan tangan, kepala patung batu itu langsung terpenggal.
Boom!
Kepala raksasa patung itu menghujam lantai aula, membuat lubang besar di permukaan tanah.
Han Sen tertegun seperti patung. Tubuh mungil Wan'er yang biasa tampak lemah, setelah berubah menjadi rambut pirang, ternyata menyimpan tenaga mengerikan yang sulit dipercaya.
Padahal ramalan di peta keenam sama sekali berbeda. Gambar keenam menunjukkan seseorang bersujud sementara yang lain berdoa ke patung. Tapi sekarang Wan'er malah memenggal kepala patung - untuk apa lagi berdoa?
Kepala terpenggal, patung batu seribu tangan ternyata belum tumbang. Tubuhnya seperti gila, lebih dari seribu lengan mengayun serentak. Mata-mata berdarah memancarkan kilatan cahaya menyilaukan. Lapisan-lapisan cahaya redup berwarna darah menyelimuti, berubah menjadi rantai keteraturan yang mirip ular-ular jahat tak terhitung, menjerat tubuh Wan Er.
Meski tenaga Wan Er sangat kuat, tubuhnya masih berwujud nyata. Berbeda dengan status makhluk astral Han Sen yang kebal terhadap segala sihir, dia tidak memiliki karakteristik imun magis.
Melihat tubuh Wan Er dijerat oleh rantai keteraturan berdarah yang tak terhitung, kepala patung di tanah tiba-tiba mengeluarkan kilatan keganasan. Kepala itu terlempar ke udara, membuka mulut lebar untuk menelan Wan Er.
Hati Han Sen berdebar, ingin membantu Wan Er, tapi tiba-tiba melihat cahaya keemasan memancar dari tubuh Wan Er. Semua rantai keteraturan berdarah meleleh dalam sekejap. Tangan halusnya menekan kepala patung batu yang langsung meledak seperti kembang api.
Kepala sudah hancur, tapi patung batu seribu tangan itu masih belum mati. Tampak terkejut, patung itu berbalik ingin kabur.
Tubuh Wan Er berambut pirang melesat, tiba-tiba muncul di hadapan patung batu seribu tangan. Sebuah tangan menempel di dada hangat patung itu.
Dor!
Seluruh tubuh patung meledak berkeping-keping, berubah menjadi reruntuhan batu yang berhamburan. Lengan-lengannya terpisah dan beterbangan.
"Terlalu kuat!" decak kagum Han Sen. Kekuatan sebesar ini hampir bisa menghancurkan segalanya. Patung batu seribu tangan yang begitu kuat pun langsung dikalahkan.
Lengan-lengan yang jatuh ke tanah, mata berwarna darah di telapak tangan sebagian besar sudah pecah. Yang belum pecah pun sudah mengeluarkan air mata darah, vitalitasnya hampir mengering. Lengan-lengan itu bergeliat dan berdistorsi di tanah bagai ular-ular monster.
Namun tiba-tiba, sebuah bola mata rusak berwarna darah di salah satu telapak tangan terlempar keluar, berubah menjadi kilau merah darah dan berusaha kabur ke luar aula.
Han Sen yang berdiri di gerbang aula langsung menghantamnya dengan Satu Tangan Menutupi Langit saat melihat bola mata darah itu mendekat. Boom! Bola mata itu beterbangan darah, kristalnya pecah, dan jatuh ke tanah.
Begitu bola mata itu hancur, sisa-sisa patung yang masih bergeliat tiba-tiba diam tak bergerak, seolah hanya tumpukan batu biasa belaka.
“Pemburuan Yao Shen Mata Darah varietas mutan mitos, memperoleh roh binatang Yao Shen Mata Darah, gen varietas mutan teridentifikasi.”
Han Sen mendengar suara petunjuk khusus, langsung tertegun sejenak belum sadar. Refleksnya menghantam bola mata itu untuk mencegahnya kabur, sama sekali tak menyangka akan mendapat hasil seperti ini.
Sebelum sempat memeriksa jenis roh binatang Yao Shen Mata Darah, rambut pirang Wan Er sudah berteleportasi di hadapannya. Sepasang bola mata keemasan tanpa fokus itu menghadap ke arah Han Sen, entah apakah benar-benar melihatnya.
Namun telapak tangan Wan Er sudah menepuk kening Han Sen. Dadanya berdesir, tiba-tiba menyadari: Saat Wan Er mencekik lehernya waktu itu, niat membunuh itu nyata. Tapi entah kenapa, akhirnya berubah menjadi... seperti itu.
Melihat Wan'er menampar dengan telapak tangan, Han Sen merasakan firasat bahaya yang sangat mengerikan. Jantungnya berdebar kencang sampai hampir membuatnya sesak napas.
