Han Sen meminta Nyonya Jing menghubungkan dirinya dengan Ishara. Alasan tidak menggunakan alat komunikasinya sendiri adalah karena begitu dia memutuskan untuk kabur, semua komunikasinya setelah hari ini pasti akan diselidiki secara menyeluruh.
Han Sen menceritakan kesulitannya secara verbatim kepada Ishara. Ishara terus mendengarkan penjelasannya tanpa menyela sepatah kata pun. Baru setelah Han Sen selesai memaparkan konteks dan kesulitannya saat ini, Ishara berkata empat kata: "Pergilah ke Istana Surgawi."
Kemudian Ishara langsung memutuskan komunikasi tanpa menambahkan satu patah kata pun.
Pada saat itulah tekad Han Sen akhirnya bulat. Setelah mengembalikan alat komunikasi kepada Nyonya Jing, dia tersenyum dan berkata: "Terima kasih atas perhatian Nyonya selama ini. Semoga nyawa ini masih bisa bertemu Nyonya lagi di masa depan."
"Kesempatannya mungkin tipis. Tapi setelah kau mati, akan kupersembahkan sebatang dupa sebagai tanda penghormatan." Nyonya Jing berkata dengan nada datar.
"Jika benar-benar mati, bisa mendapatkan dupa dari Nyonya, itu juga hal yang mengharukan." Han Sen berpikir sejenak, lalu menatap Nyonya Jing berkata: "Di sini masih ada satu hal yang ingin kumohon, harap Nyonya bisa merawat Qilin Darah. Jika Nyonya berkenan, sebaiknya jadikan dia sebagai bawahan. Aku pasti akan mengingat kebaikan Nyonya ini."
"Sifat Qilin Darah itu sangat galak, mungkin tidak mudah dijinakkan untuk dijadikan bawahan." Nyonya Jing berkata.
"Ini tidak sulit. Nyonya hanya perlu membawa benda ini untuk mencarinya, dia pasti akan patuh pada perintah Nyonya." Han Sen mengeluarkan suatu benda dan memberikannya kepada Nyonya Jing.
"Memiliki bawahan setengah dewa yang hampir mencapai tahap mitos, hal baik seperti ini tentu tidak ada alasan untuk ditolak." Nyonya Jing menerima benda itu, matanya menatap tajam Han Sen: "Kamu benar-benar sudah memutuskan untuk pergi? Sebaiknya pikirkan sekali lagi. Sekalipun Istana Surgawi mau berselisih dengan Klan Huangji untuk menampungmu, perjalanan ini sama mengerikannya dengan neraka. Belum tentu kamu bisa bertahan hidup hingga sampai ke Istana Surgawi."
"Kehidupan bergantung pada takdir. Meski pergi ke Kuil Agung bisa menyelamatkan nyawa, tapi itu sama saja dengan mendekam di penjara. Orang bebas dan tidak terikat sepertiku, hidup di tempat seperti itu lebih buruk dari kematian. Lebih baik mengambil risiko," kata Han Sen.
Meski bukan sepenuhnya ucapan tulus Han Sen, tapi ini memang salah satu alasan penting mengapa dia enggan pergi ke Kuil Agung.
"Kalau begitu pergilah sekarang. Kuharap kau bisa bertahan lebih lama. Jika perhitunganku benar, pasukan bantuan akan tiba dalam 40 jam lebih. Dan sekarang aku harus melaporkan urusanmu," kata Nyonya Jing tanpa basa-basi, meski kemampuan tempurnya belum pulih. Bukan sifatnya untuk berbasa-basi.
"Selamat tinggal, Nyonya. Tolong laporkan keberangkatanku ke Istana Surgawi." Han Sen memberi hormat perlahan, lalu menggendong Wan'er yang pingsan mendekati Bao'er dan yang lain.
Melihat Han Sen membawa Bao'er dan yang lain meninggalkan ruang varietas langka, Daun Berguguran berkata dengan raut wajah penuh keanehan: "Nyonya, benarkah dia memilih untuk memberontak dari Klan Huangji?"
“Meski agak di luar dugaan, tapi tidak aneh orang nekat seperti dia memilih seperti ini.” Ucapan Nyonya Jing terdengar biasa, namun sorot matanya menyiratkan kerumitan.
“Apa mereka bisa kabur?” Daun Berguguran ragu cukup lama, akhirnya tetap bertanya.
“Tak mungkin.” Jawaban Nyonya Jing tegas, ini memang keyakinannya yang sebenarnya.
Han Sen memang luar biasa, tapi bagaimanapun dia hanya Level Raja di bidang satu lapis. Bahkan petarung kuat yang termitosis sekalipun, jika dikejar-kejar sepenuh tenaga oleh Klan Huangji, hampir pasti mati. Bedanya hanya berapa hari bisa bertahan.
Ishara ingin Han Sen kabur ke Istana Surgawi. Karena ada Tai Shang di belakang layar Istana Surgawi, jika mereka mau melindungi Han Sen, Klan Huangji takkan bisa memaksakan diri masuk untuk membunuh.
"Tapi Istana Surgawi belum tentu mau melindungi Han Sen. Bahkan jika mereka mau, perjalanan Han Sen menuju Istana Surgawi hampir mustahil untuk dicapai."
Setelah menunggu satu jam, Nyonya Jing baru berhasil menghubungi saluran khusus Kaisar Putih: "Kakanda, sudah bisa dipastikan itu Han Sen. Sekarang dia sudah kabur dari ruang varietas langka dan sedang dalam perjalanan ke Istana Surgawi."
……
Setelah keluar dari ruang varietas langka, Han Sen mengayunkan tangannya. Seketika sekumpulan kristal putih terbang keluar, berubah menjadi seekor paus putih raksasa di kehampaan.
Teknologi ras kristal "Paus Putih Besar" yang setara dengan artefak tingkat dewa. Inilah salah satu modal Han Sen untuk kabur. Dengan ini, dia bisa berlayar di kehampaan dalam waktu lama tanpa perlu mendekati planet mana pun untuk persediaan.
"Han Sen... Benarkah kita harus kabur? Bagaimana jika kita kembali dan berdebat baik-baik? Mungkin mereka akan memaafkan kita?" Suara Ning Yue terdengar hampir menangis.
“Pria sejati takkan pernah menoleh ke belakang.” Han Sen mengemudikan Paus Putih Besar, sorot matanya penuh semangat, sama sekali tidak terlihat takut.
“Pria sejati takkan pernah menoleh ke belakang.” Bao'er bersemangat mengayunkan tinju mungilnya sambil berteriak.
“Aku bukan pria sejati... Aku hanya wanita lembut... Biarkan aku keluar... Aku mau memohon maaf pada mereka... Pasti mereka akan mengampuni wanita kecil malang dan polos seperti ini...” Ning Yue menjerit-jerit sambil menghantamkan pintu, akhirnya tak berdaya duduk di dalam sambil terisak-isak. Pedang kecil hijau di pinggangnya sama sekali tidak menarik perhatian.
Han Sen dan Bao'er sama sekali mengabaikannya. Ning Yue yang semakin terpengaruh Pedang kecil hijau itu, perlahan berubah menjadi wanita gampang nangis.
Han Sen sekarang bahkan tak berani mendekati Ning Yue, atau lebih tepatnya takut mendekati pedang kecil hijau itu. Bagaimana jika dirinya juga terpengaruh dan berubah seperti wujud Ning Yue sekarang? Itu benar-benar lebih buruk dari kematian.
“Wakil Kapten Bao'er, kamu yang mengemudi.” Han Sen berdiri dan menyerahkan kursi pengemudi kepada Bao'er.
“Siap, Kapten Ayah.” Bao'er duduk dengan gembira di kursi pengemudi, mengambil alih tugas mengemudikan Paus Putih Besar.
Sementara itu, Han Sen mempelajari peta bintang. Untuk mencapai Istana Surgawi, perjalanan mereka dipenuhi kesulitan. Jika mengambil rute biasa, kemungkinan mereka mencapai Istana Surgawi hampir mustahil.
“Sepertinya kita harus melewati Bidang Bintang Tianxia, lalu menembus Bidang Bintang Kacau menuju Istana Surgawi.” Han Sen merenung diam-diam sambil menatap peta bintang. Ini jalur paling berbahaya, tapi juga paling aman.
Hanya di jalur inilah kekuatan Klan Huangji tidak bisa sepenuhnya mengendalikan. Namun untuk melintasi dua bidang bintang ini, bahkan petarung kuat yang termitosis pun hampir mustahil selamat.
Tentang Bidang Bintang Kacau, Han Sen sudah merasakan kengeriannya saat mengikuti Ksatria Es Biru ke sana sebelumnya.
Bidang Bintang Tianxia juga merupakan area yang sangat mengerikan. Di sana terdapat ruang varietas langka yang luas tak berbatas, namun berbeda dengan ruang varietas langka biasa, tidak ada alam semesta berbintang maupun daratan, hanya hamparan awan kemerahan tak berujung. Berbagai instrumen elektronik di dalam awan kemerahan ini hampir tidak berguna karena pengaruh medan magnet. Armada biasa sama sekali tidak bisa melintasi Bidang Bintang Tianxia.
Ditambah lagi, di balik hamparan awan kemerahan yang luas itu tersembunyi banyak varietas langka mengerikan, bahkan tak jarang terdapat makhluk mitos tingkat dewa. Menyeberangi Bidang Bintang Tianxia bagi seorang petarung mitos biasa adalah hal yang sangat sulit.
Justru karena alasan inilah Han Sen memilih melewati Bidang Bintang Tianxia sebelum beralih ke Bidang Bintang Kacau. Orang-orang Klan Huangji pasti tidak menyangka dia berani mengambil jalur ini.
Hampir dalam semalam, nama Han Sen menggema di seluruh Alam Semesta Genetik Raya.
Sebelum hari ini, mungkin banyak makhluk di Alam Semesta Genetik yang tidak tahu siapa Han Sen. Tapi dengan dikeluarkannya daftar buronan kosmik oleh Klan Huangji, seluruh makhluk di Alam Semesta Genetik kini mengingat seorang pria kristal bernama Han Sen.
Tentu saja, yang juga mereka ingat adalah penawaran hadiah "harga langit" itu, yang bahkan membuat banyak petarung kuat yang termitosis jantungnya berdebar kencang.
